Menko Airlangga: Kinerja Rupiah Lebih Baik Dibanding Mata Uang India, Brazil dan Turki

Nilai tukar terdepresiasi signifikan ke level 16.500 per dolar AS di Maret 2020. Demikian pula dengan IHSG yang terus mengalami koreksi.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Des 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2020, 20:00 WIB
Airlangga Hartarto
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sangat baik selama 2020. Hal ini mengingat ekonomi Indonesia masih tertekan pandemi Covid-19.  

Pada penutupan perdagangan Rabu ini, rupiah menguat 80 poin di level 14.050 per dolar AS. Sedangkan IHSG melemah 57,1 poin atau 0,95 persen ke posisi 5.979,07.

"Secara umum kinerja nilai tukar dan IHSG kita sepanjang 2020 terbilang cukup baik. Level ini telah mendekati level sebelum pandemi Covid-19," kata Airlangga dalam Penutupan Perdagangan BEI 2020, di Jakarta, Rabu (30/12/2020).

Dia menyebut, jika dibandingkan dengan negara lain, nilai tukar mata uang Garuda masih lebih baik daripada India, Brazil, Turki, dan Afrika Selatan. Kemudian dari sisi IHSG, kinerjanya juga lebih baik daripada bursa di Thailand, Singapura, maupun Filipina.

Mantan Menteri Perindustrian itu menyadari, sektor keuangan memang sempat tertekan oleh pandemi Covid-19. Nilai tukar terdepresiasi signifikan ke level 16.500 per dolar AS di Maret 2020. Demikian pula dengan IHSG yang terus mengalami koreksi dan turun hingga mencapai level dibawah 4.538 di akhir Maret 2020.

"Penurunan indeks IHSG ini menyebabkan nilai market capitalization Indonesia anjlok ke Rp 4.556,3 triliun atau turun lebih dari Rp 2.690 triliun dibandingkan posisi awal 2020," jelasnya.

Perlahan tapi pasti. Kinerja keduanya saat ini sudah menunjukan tren positif sampai dengan penutupan hari ini. Bahkan sudah berada di level sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rencana Vaksinasi Bawa Rupiah Menguat di Penghujung 2020

Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Jakarta, Senin (9/11/2020). Rupiah dibuka di angka 14.172 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.210 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perdagangan akhir tahun 2020, rupiah ditutup menguat 80 point di level 14.050 per dolar AS dibandingkan sebelumnya di level 14.130 per dolar AS. Diperkirakan perdagangan selanjutnya, rupiah dibuka menguat di level 14.040 - 14.080 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai kondisi ini dipicu kebijakan pemerintah yang akan melakukan program vaksinasi nasional tahun depan. Setidaknya akan ada vaksinasi kepada 181 juta penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun.

"Pemerintah dengan sigap membuat perencanaan berupa terobosan-terobosan untuk melakukan vaksinasi secara cepat dan tepat," kata Ibrahim kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (30/12/2020).

Vaksinasi yang bertujuan untuk menciptakan kekebalan komunitas (herd immunity) ini direncanakan akal dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang pertama vaksinasi dilakukan pada Januari 2021 hingga April 2021.

"Pada gelombang pertama ini, vaksin akan disuntikkan kepada 1,3 juta petugas kesehatan dan 17,4 juta petugas publik," kata dia.

Pada gelombang pertama, Pemerintah juga mempertimbangkan memberikan vaksin kepada 21,5 juta penduduk lanjut usia yang berumur di atas 60 tahun. Namun penyuntikan dilakukan setelah mendapat informasi keamanan vaksin misalnya tertuang dalam data uji klinis tahap 3 atau izin penggunaan darurat dari BPOM.

Sementara itu, gelombang kedua vaksinasi akan dilakukan pada April 2021. Vaksin akan disuntikkan kepada 63,9 juta masyarakat rentan atau masyarakat di daerah dengan risiko penularan tinggi.

Selanjutnya masyarakat lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin dengan jumlah 77,4 juta penduduk.

"Melihat perencanaan Pemerintah yang optimis akan imunisasi vaksin, maka pelaku pasar kembali gembira dan merespon positif terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan yang akan kembali membaik," kata dia.

Arus modal asing juga diperkirakan kembali masuk dalam pasar finansial dalam negeri. Sehingga, kata Ibrahim, wajar jika rupiah di akhir tahun ditutup menguat mendekati 14.000.

Sentimen Eksternal

Sementara itu dari sisi eksternal penguatan rupiah dipicu pelaku pasar mencerna berita Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat, Mitch McConnell menunda pemungutan suara untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan stimulus AS.

McConnell menunda pemungutan suara untuk meningkatkan jumlah cek stimulus dari USD 600 menjadi USD 2.000. Namun, Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan distribusi cek stimulus USD 600 yang disetujui akan dimulai secepatnya.

Selain itu, Federal Reserve juga memperpanjang tanggal berakhirnya Program Pinjaman Jalan Utama delapan hari hingga 8 Januari. Tujuannya, untuk memproses banyak aplikasi yang diajukan sejak Mnuchin mengakhiri fasilitas kredit darurat bank sentral pada November.

"Semua mata sekarang tertuju pada pemilihan putaran kedua di Georgia, yang akan berlangsung pada 5 Januari, yang akan menentukan apakah Demokrat atau Republik mengontrol Senat," kata dia.

Jika pemilihan menghasilkan kemenangan bagi Demokrat, ekspektasi kebijakan fiskal yang terus menerus akan membebani dolar dan menjadi bullish untuk logam mulia. Sisi lain, peluncuran vaksin Covid-19 terus berlanjut secara global.

Uni Eropa akan membeli 100 juta dosis BNT162b2, yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech SE. Jumlah kasus Covid-19 global terus meningkat. Amerika Serikat juga telah melaporkan kasus pertama virus Covid-19 jenis B177.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya