Siap Hilirisasi Batu Bara, Belanja Modal Bukit Asam Capai Rp 3,8 Triliun

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan meningkatkan investasi untuk mengembangkan diversifikasi usaha dan hilirisasi batu bara.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 12 Mar 2021, 20:37 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2021, 20:37 WIB
Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja menggunakan alat berat saat menurunkan muatan batu bara di Pelabuhan KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) siap melakukan hilirisasi batu bara pada 2021. Tak tanggung-tanggung, perusahan tambang tersebut telah menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp3,8 triliun.

Hal itu diungkapkan secara langsung oleh Direktur Utama Bukit Asam, Arviyan Arifin. Dalam pemaparannya, Ia menyebut, hilirisasi batu bara akan dilakukan melalui proyek gasifikasi dan masuk dalam proyek strategis nasional (PSN).

"Perseroan akan meningkatkan investasi untuk mengembangkan diversifikasi usaha dan hilirisasi batu bara. Total investasi di 2021 kita targetkan sebesar Rp3,8 triliun," katanya secara virtual, Jumat, (12/03/2021).

Optimistis dengan proyek yang akan dijalankan tahun ini, belanja modal yang digelontorkan tahun ini meningkat 192 persen dibandingkan 2020. Tercatat tahun lalu capex yang dianggarkan hanya Rp1,3 triliun.

Tak hanya itu, Arviyan juga menekankan bila hilirisasi batu bara mampu memberikan dampak positif, salah satunya mendapatkan cadangan devisa.

"Batu bara bisa menjadi produk Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti atau substitusi LPG, saya yakin proyek ini Commercial Operation Date (COD) di 2024," ujarnya.

Terkait kerja sama, perusahaan BUMN tersebut menegaskan telah melakukan perjanjian kerja sama dengan Pertamina, dan Air Products Chemical Inc pada Feruari 2021 lalu.

"Hanya menghitung waktu agar pabrik bisa berjalan dan menghasilkan produk DME yang bisa menjadi produk substitusi elpiji," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Hilirisasi Batu Bara

Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja menggunakan alat berat saat menurunkan muatan batu bara di Pelabuhan KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Ridwan Djamaluddin menyebut, hilirisasi batu bara saat ini sudah dilakukan Coal Gasification dan Underground Coal Gasification (UCG) yang masih dalam tahap perencanaan atau pembangunan.

Untuk coal upgrading, coal briquetting, dan cokes making saat ini sudah selesai konstruksi. Selain itu, masih ada potensi hilirisasi batu bara lainnya yang bisa dikembangkan, yakni coal liquefaction dan coal slurry.

"Untuk batu bara, selain pemanfaatan langsung, pemerintah juga memerintahkan badan usaha untuk melakukan hilirisasi batu bara,"

Ada Coal Gasification, Underground Coal Gasification, Coal Upgrading, Coal Briquetting, Cokes Making, Coal Liquefaction, dan Coal Slurry. Semua ini dalam rangka meningkatkan pemanfaatan batu bara, sekaligus juga menggunakan batu bara dengan cara yang lebih bersih.

Salah satu proyek hilirisasi batubara yang sudah berjalan cukup maju adalah pengembangan batubara melalui Coal to Dimethyl Ether (DME). Proyek ini dilakukan oleh PT Bukit Asam, bekerja sama dengan Pertamina dan Air Products, di Tanjung Enim dengan target COD pada 2024.

"Ini semua dilakukan untuk mengurangi impor LPG sebesar 1 juta ton pertahun atau senilai Rp9,2 triliun/tahun apabila kita berhasil menjalankan program ini,".

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya