Saat Rencana BP Jamsostek Kurangi Investasi Saham Kejutkan Pasar

Berikut rangkuman mengenai rencana BP Jamsostek untuk kurangi porsi investasi saham dan reksa dana.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 01 Apr 2021, 11:15 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2021, 11:15 WIB
Dahsyat, Jokowi Naikkan Beasiswa BP Jamsostek 1350% Tanpa Kenaikan Iuran
BPJS Ketenagakerjaan ubah nama panggilan menjadi BP Jamsostek.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, BPJS Ketenagakerjaan atau BPJamsostek menegaskan bila pihaknya akan mengurangi komposisi investasi di saham dan reksa dana.

Hal ini ternyata memiliki pengaruh cukup besar terhadap laju gerak saham pada perdagangan saham Rabu, 31 Maret 2021. IHSG sempat melemah 1,78 persen atau 107,97 poin ke posisi 5.963,46. Indeks saham LQ45 susut 2,01 persen ke posisi 898,46. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Liputan6.com pun telah merangkum empat poin penting terkait rencana BPJamsostek, berilu ulasannya ditulis Kamis (1/4/2021):

1. Alasan Rencana Mengurangi Investasi di Saham dan Reksa Dana

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan atau BPJamsostek Anggoro Eko Cahyo menyebut, dana Jaminan hari tua (JHT) pada Asset Matching Liabilities (ALMA) sering kali mengalami defisit.

Hal ini menjadi alasan utama kenapa BP Jamsostek akhirnya mengurangi investasi saham dan reksa dana. Dalam pemaparannya, Ia menegaskan lebih dari 23 persen dana JHT terdapat pada saham dan reksa dana.

2. Jadi Sentimen Negatif

Keputusan ini ternyata menjadi salah satu sentimen negatif yang mempengaruhi gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Rabu kemarin, IHSG melemah 1,78 persen atau 107,97 poin ke posisi 5.963,46. Investor asing melakukan aksi jual Rp 386,52 miliar di pasar reguler yang juga menekan IHSG.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Respons Analis

Penerapatan Keselamatan Kerja di Masa Pandemi
Pekerja membersihkan kaca gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (26/02/2021). BP Jamsostek menekankan dua aspek penting terkait pandemi Covid-19, yakni isu kesehatan dan perekonomian dengan jaminan sosial bagi para pekerja dan penerapan K3. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

3. Respons Analis

Melihat hal ini, Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji membenarkan, langkah yang akan diambil BP Jamsostek menjadi salah satu sentimen negatif sehingga mempengaruhi gerak IHSG. "Salah satu sentimen negatif saja," ujar dia.

Namun, pengamat pasar modal Teguh Hidayat beranggapan IHSG memang sudah turun dalam perdagangan sepekan, dan tidak ada kaitannya secara langsung dengan rencana pemangkasan investasi BP Jamsostek.

"Enggak ada ya. Pasar memang sudah turun seminggu ini. Cuma hari ini memang secara psikologis sudah menembus di bawah 6.000. Jadi orang melihat itu,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

"Seminggu ini turunnya memang lumayan karena kemarin masih di 6.300, jadi sudah turun lebih dari 5 persen dan masalah BPJS saya kira enggak ya karena mereka memang nyangkut istilahnya,” ia menambahkan.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai investasi BP Jamsostek, secara persepsi hal ini memang negatif. Hal ini  karena BP Jamsostek adalah salah satu pelaku pasar dengan dana besar yang ketika mereka masuk pasar dapat memberikan dorongan positif.

"Dengan aset yang terus bertumbuh, kemungkinan besar ketika dikatakan bobot di saham dan reksa dana dikurangi, yang terjadi bukan saham dan reksa dana dijual. Tapi ketika ada fresh fund, mereka tidak menambah,” kata dia.

4. Komentar BEI

Meski mempengaruhi laju IHSG, Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menyebut, kebijakan investasi dari para pengelola dana publik adalah kebijakan yang independen. BEI menghargai keputusan dari para pengelola dana.

"Kebijakan investasi dari para pengelola dana publik adalah kebijakan yang independen dan bursa menghargai keputusan dari para pengelola/manajer investasi,” ujar dia.

Laksono menuturkan, dana kelolaan BP Jamsostek besar tetapi dominan di efek bersifat utang pemerintah dan deposito. Dana kelolaan investasi BP Jamsostek mencapai Rp 487,09 triliun pada 2020.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya