BEI Catat Hampir 200 Ribu Investor Aktif Transaksi Harian Saham

BEI mencatat jumlah investor mencapai 5,3 juta investor hingga Mei 2021. Dari jumlah itu, 2,5 juta merupakan investor saham.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Jul 2021, 18:03 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 18:02 WIB
Ciptakan Investor Pasar Modal Berkualitas Lewat Kompetisi Saham
Suasana saat peserta mengikuti kompetisi Trading Challenge 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/12). Kompetisi Trading Challenge 2017 ini sebagai sarana untuk menciptakan investor pasar modal berkualitas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah capaian tertinggi atau rekor dalam perdagangan selama paruh tahun ini. Di antaranya, ada rata-rata volume transaksi harian yang mencapai 18,7 miliar lembar saham hingga Juni 2021.

"Sampai dengan Juni kemarin sudah ada 18,7 miliar lembar saham yang ditransaksikan secara rata-rata per harinya. Kemudian rata-rata nilai transaksi harian ini juga highest ever, rekor, angkanya di Rp 13 triliun lebih (Rp 13,54 triliun)," ujar Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi dalam Mid Year Economic Outlook Day #1, Selasa (6/7/2021).

Lalu, frekuensi transaksi harian saham juga kembali mencatatkan rekor. Saat ini angkanya sudah mencapai 1,23 juta. "Ini kembali menjadi yang tertinggi di ASEAN," kata Hasan.

Tak kalah menggembirakan, kapitalisasi pasar menembus rekornya pada Maret 2021 dengan nilai Rp 7.512 triliun. Sementara pada Juni sedikit turun, yakni berada pada posisi Rp 1.209 triliun.

"Jadi kelihatannya momentum ini masih terus berlanjut sampai dengan posisi terakhir di 2021," ujar Hasan.

Pada 2020, BEI juga mencatatkan rekor tambahan investor. Total investor bertambah sekitar 1,4 juta, dengan 600 ribu di antaranya merupakan investor saham. Tren itu berlanjut hingga tahun ini. Dalam paparannya, Hasan mengungkapkan per akhir Mei, angkanya di 5,3 juta investor, dan masih terus bertambah hingga hari ini.

"Per akhir Mei, angkanya di 5,3 juta. Dan hari ini sudah lebih dari 5,5 juta investor. Jadi sudah melampaui angka pertambahan tahun kemarin. 2,5 juta di antaranya adalah investor saham," kata Hasan.

Selain dari jumlahnya yang naik secara signifikan, Bursa juga mencatat kenaikan rata-rata investor aktif harian yang turut melonjak. Yakni mencapai 199 ribu hingga 2 Juli 2021.

"Jadi kalau tahun lalu terjadi loncatan, ada 95 ribu investor kita yang bertransaksi rata-rata setiap harinya. Sampai dengan posisi terakhir angkanya sudah mencapai hampir 200 ribu. Jadi luar biasa,” ujar Hasan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

OJK Sebut Stabilitas Pasar Modal Masih Terjaga

20151117-Pasar-Modal-Jakarta-AY
Peserta mengikuti cara berinvestasi Mandiri Skuritas di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Mandiri Sekuritas terus mendorong pertumbuhan jumlah investor pasar modal di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sejumlah indikator ekonomi menunjukkan perbaikan sepanjang 2021. Meski pada perkembangannya harus dihadapkan pada angka kasus COVID-19 yang saat ini kembali melonjak. Salah satu indikator tersebut yakni pasar modal.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memaparkan, per 2 Juli 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 6.023,01.

"Memang tidak sebesar di awal tahun kemarin. Tapi ini angkanya masih menguat 0,63 persen secara mtd (month to date), atau naiak 0,73 persen ytd (year to date),” ujar dia dalam Mid Year Economic Outlook Day #1, Selasa (6/7/2021). Adapun pada Juni 2021, OJK mencatat transaksi beli bersih atau net buy sebesar Rp 24,7 triliun.

"Jadi di pasar modal kelihatannya volatilitasnya masih terjaga," ia menambahkan.

Sementara itu, penghimpunan dana di pasar modal per 29 Juni 2021 mencapai Rp 67,8 triliun dari 68 penawaran umum, yang khususnya bersumber dari sektor keuangan.

Sejalan dengan itu, jumlah investor juga terus mengalami kenaikan. Data OJK mencatat saat ini ada sekitar 5,37 juta investor pasar modal, atau naik 96 persen yoy. Jumlah tersebut didominasi oleh investor berskala ritel dan investor kategori millennial.

"Jadi kita paham bahwa saat ini ruang untuk konsumsi lebih sempit sehingga milenial tertarik  selain uangnya disimpan di bank juga dicoba dimasukkan pasar modal. Ini adalah fenomena yang bagus,” kata Wimboh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya