Bukalapak Pilih Fokus Perbaiki Keuntungan Ketimbang Bakar Uang

Bukalapak yang akan segera mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini fokus untuk catatkan keuntungan atau profit.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 09 Jul 2021, 14:41 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2021, 14:40 WIB
Muhammad Rachmat Kaimuddin, CEO Baru Bukalapak
Muhammad Rachmat Kaimuddin, CEO Bukalapak. Dok: Bukalapak

Liputan6.com, Jakarta - Strategi 'bakar uang' acap disebut sebagai salah satu strategi bisnis dari perusahaan rintisan (startup). Perusahaan rintisan menggunakan modalnya habis-habisan demi kenyamanan pengguna layanan.

Tujuannya, agar konsumen merasa bergantung atau ‘kecanduan’. Sehingga berpotensi menggunakan layanan Startup dalam jangka menengah hingga panjang.Namun, berbeda dengan Bukalapak.

Alih-alih bakar uang, platform e-commerce yang akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini fokus untuk catatkan keuntungan atau profit.

"Banyak yang bilang bahwa di perusahaan teknologi jika mau tumbuh lebih besar harus bakar uang yang lebih banyak. Tapi cara pikir kami di Bukalapak sedikit berbeda. Kami ingin tumbuh sekaligus memperbaiki profitabilitas kami,” kata Presiden Direktur Bukalapak, Muhammad Rachmat Kaimuddin dalam paparan publik, Jumat (9/7/2021).

Sekadar mengenang, Rachmat mengatakan Bukalapak dimulai dari tempat yang sederhana dan modal hanya Rp 80.000. Ia sadar betul, ketersediaan dana yang terbatas itu harus digunakan secara baik dan optimal.Kini, Bukalapak menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar, khususnya di tanah air.

Sebagai perusahaan, Rachmat ingin kinerja perusahaan terus bertumbuh dari tahun ke tahun.“Tapi kami tidak ingin sekadar tumbuh. Kami ingin pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pendapatan

Bukalapak.
Bukalapak.

Sejak 2018 hingga 2020, Bukalapak berhasil meningkatkan nilai transaksi sebesar 3 kali lipat. Yaitu dari Rp 28 triliun pada 2018, menjadi Rp 85 triliun pada akhir 2020. Raihan ini juga naik dibandingan pada 2019 sebesar Rp 57,39 triliun.

Dari sisi pendapatan tumbuh 4,6 kali lipat dari Rp 292 miliar pada 2018, menjadi Rp 1,35 triliun pada akhir 2020. Sementara pada 2019 tercatat sebesar Rp 1,07 triliun. Tumbuh 115 persen secara rata-rata per tahun.Pada 2020, Bukalapak berhasil memperbaiki posisi Ebitda, dari minus Rp 2,69 triliun jadi minus Rp 1,67 triliun.

"Perbaikan lebih dari Rp 1 triliun,” kata Rachmat.

Rachmat mengatakan, pihaknya berupaya agar kinerja tetap positif ke depan sehingga mencatat untung."Kami berusaha agar tren ini terus berlanjut. Sehingga kami dapat menjadi perusahaan yang menguntungkan dan berkelanjutan untuk masa depan ,” ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya