Liputan6.com, Jakarta - Musim Ramadan dan Lebaran kerap jadi momentum tahunan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena ada perputaran uang yang meningkat.
Namun, Ramadan dan Lebaran tahun ini yang terjadi di bulan yang sama, Maret 2025, diprediksi tak cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I (Q1) 2025 di atas 5 persen.
Baca Juga
Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menilai perputaran ekonomi Indonesia sebelum Ramadan 2025 memang agak lesu. Terlihat dari deflasi dua bulan beruntun yang terjadi pada Januari dan Februari 2025.
Advertisement
"Dengan situasi deflasi dua bulan berturut-turut, daya beli rendah, karena kan konsumsi rumah tangga penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar," ujar Tauhid kepada Liputan6.com, Selasa (11/3/2025).
Selain itu, ia menganggap musim Ramadan dan Lebaran 2025 unik dari kacamata ekonomi. Meskipun terjadi pada satu bulan yang sama, namun kontribusinya terhadap perekonomian akan terpecah di kuartal I dan II 2025.
Mengingat Maret 2025 jadi bulan terakhir pada triwulan pertama tahun ini. Sementara perputaran ekonomi pasca Lebaran 2025 akan terjadi di periode awal kuartal II atau April 2025.
"Jadi momentum puasa itu didapat di kuartal pertama, tapi momentum Lebaran itu didapat di kuartal kedua. Artinya peningkatan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya, karena tidak full di kuartal pertama, tapi terbagi," bebernya.
Menurut dia, kuartal II 2025 lebih beruntung lantaran imbas ekonomi di momen Lebaran akan sangat terasa. Lantaran masyarakat usai lebaran biasanya lebih jor-joran untuk membeli barang hingga mengeluarkan ongkos mudik ke kampung halaman.
"Kalau kita lihat spending utama di momentum Hari Raya dan Ramadan ini berbeda. Mungkin kalau di momentum puasa rata-rata kan barang konsumsi. Pembelian makanan/minuman itu kan naik, plus juga pakaian. Tetapi, di Lebaran itu biasanya ada traveling, konsumsi ikut naik dan lain sebagainya," urainya.
"Jadi saya kira karena pola belanja masyarakat berbeda, itu akan terjadi peningkatan, tapi tidak sebesar kuartal sebelumnya pada saat Lebaran," kata Tauhid.
Belum Capai 5%
Untuk itu, Tauhid memprediksi momen Ramadan dan Lebaran kali ini belum cukup kuat mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 di atas 5 persen. Sebaliknya, efek Lebaran justru akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025.
"Kuartal I 2025 saya kira konsumsi rumah tangga, terus agregat pertumbuhan ekonomi mungkin masih di bawah 5 persen ya, tapi akan meningkat di atas 5 persen di kuartal kedua," ungkap dia.
"Karena tadi, momentum Lebarannya terjadi di kuartal kedua. Otomatis konsumsi rumah tangga dan lain sebagainya biasanya lebih tinggi," ucap Tauhid seraya menegaskan.
Secara keseluruhan, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di musim Ramadan dan Lebaran 2025 belum akan sekuat tahun sebelumnya, yang sulit tertandingi gara-gara bertepatan dengan momen pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
"Kurang sedikit, karena tahun sebelumnya itu ada momentum Pemilu dan lain sebagainya. Uang pemerintah banyak beredar di masyarakat," ujar Tauhid.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2024
Sebagai catatan, momen Ramadan tahun lalu terjadi tak lama selang Pilpres 2024 yang digelar pada Februari 2024. Peristiwa ini turut berperan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 yang mampu tumbuh 5,11 persen.
Pertumbuhan ekonomi Januari Maret I 2024 ini naik jika dibandingkan dengan kuartal I 2023 lalu yang sebesar 5,03 persen.
Adapun pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 ini merupakan yang tertinggi sejak 2019 lalu untuk kategori pertumbuhan ekonomi kuartal pertama.
