Melihat Potensi Investasi Sektor Saham Teknologi

Ashmore Asset Management Indonesia melihat potensi investasi di sektor saham teknologi.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Agu 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2021, 17:00 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Dalam laporan PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk menyebutkan, investasi di sektor saham teknologi menjadi pertimbangan. Ashmore Asset Management Indonesia melihat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan mengungguli sektor ekonomi tradional.

“Oleh karena itu salah satu cara yang disorot dari sektor digital, adalah untuk investasi di bank digital dan perusahaan teknologi termasuk e-commerce,” tulis Ashmore Asset Management Indonesia, dikutip Minggu (22/8/2021).

Ashmore menyatakan, sektor teknologi bukan sepenuhnya sektor baru bagi investor global mengingat penerapan digitalisasi telah meningkat pesat sejak 20 tahun lalu.

Sektor teknologi yang tidak asing lagi tersebut menjadi alasan investor institusi untuk mendekati sektor teknologi lebih holistik dan alasan masuknya ke sektor teknologi dalam dua minggu terakhir. Lalu bagaimana investasi di saham BUKA?

Ashmore Asset Management Indonesia tidak mengubah pandangannya terhadap saham BUKA sebelum dan sesudah penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). "Kami percaya. Pada dasarnya, kami tidak mengubah pandangan kami tentang perusahaan sebelum dan sesudah IPO,” tulis Ashmore.

Pertama, pandangan tersebut didukung perseroan sebagai pelopor yang mengintegrasikan pasar dengan bisnis distribusi grosir online di Indonesia. Kedua, Bukalapak juga memiliki monetisasi yang solid.”Bukalapak fokus turunkan customer acquisition cost (CAC) dengan memanfaatkan hubungannya dengan Mitra dan mempromosikan program rujukannya,” tulis Ashmore.

Selain itu, Ashmore Asset Management Indonesia menilai, Bukalapak didukung oleh Ant Financial, GIC, dan Emtek yang baru-baru ini investasi di Grab Indonesia.

Pasca IPO, neraca Bukalapak memiliki kas Rp 24 triliun yang merupakan dua kali lipat besaran dana tunai perusahaan yang telah dikeluarkan dalam 10 tahun terakhir. Hal itu memungkinkan perseroan untuk tumbuh ekspansi melalui rencana bisnis strateginya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Lalu bagaimana dengan strategi dan posisi portfolio?

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ashmore Asset Management Indonesia melihat pemerataan pasar Indonesia akan berubah secara struktural dengan pengenalan lebih banyak saham teknologi ke depan. “Kami percaya volatilitas pasar saat ini mungkin menawarkan kesempatan untuk masuk kembali dan peninjauan kembalki strategi,” tulis Ashmore.

Selain itu, investor asing juga secara konsisten membeli saham ketika pasar saham sedang merosot dalam lima terakhir. Hal itu bukan kejutan, seiring Ashmore menemukan lebih banyak aliran dana investor ke Indonesia dan ASEAN dan mengurangi posisi di pasar China.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi beli investor asing mencapai Rp 1,8 triliun pada 16-20 Agustus 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya