Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah sentimen baik global dan domestik akan pengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kuartal IV 2021.
Head of Investment Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, dari domestik, kondisi kasus COVID-19 masih akan menjadi perhatian. Ia mengatakan, jika kondisi kasus COVID-19 tetap dapat terkendali bahkan terus turun dapat jadi katalis positif.
Rilis laporan keuangan emiten hingga kuartal III 2021 juga akan menjadi sentimen pada akhir 2021. Wawan mengatakan, pelaku pasar akan melihat laporan keuangan kuartal III 2021 apakah lebih baik dari semester I 2021.
Advertisement
Baca Juga
“Keputusan Bank Indonesia soal suku bunga juga jadi perhatian. Melihat fundamental, Bank Indonesia punya ruang untuk turunkan suku bunga. Akan tetapi, the Fed umumkan akan tapering. Dengan demikian, kemungkinan Bank Indonesia pertahankan suku bunga,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin (4/10/2021).
Wawan mengatakan, dari sentimen global, isu taring off the Fed akan menjadi perhatian pelaku pasar. “Tapering lebih berdampak ke obligasi ketimbang saham. Tapering (dilakukan-red) suplai obligasi akan naik, kurangi likuiditas, investor asing akan tarik dana dari pasar negara berkembang,” kata dia.
Harga komoditas juga jadi katalis untuk IHSG. Wawan menuturkan, harga komoditas cenderung naik termasuk crude palm oil (CPO) dan batu bara. “Harga batu bara sudah sentuh rekor tertinggi sepanjang masa USD 228 per ton untuk pengiriman 3-6 bulan ke depan,” kata dia.
Wawan menuturkan, China sedang krisis energi picu aksi beli komoditas termasuk batu bara di posisi harga apapun. “China sedang masalah diplomasi dengan Australia. Harga batu bara sentuh rekoR USD 228, emiten batu bara ketiban rezeki terutama emiten batu bara yang melakukan ekspor,” kata dia.
Sementara itu, Analis PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menuturkan, sentimen tapering off the Fed yang perlu dicermati oleh pelaku pasar.
“Dampaknya sepertinya tidak terlalu signifikan dan IHSG lebih fokus ke fundamental domestik yang bisa mempengaruhinya,” ujar dia.
Sedangkan pengamat pasar modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada menuturkan, sejumlah sentimen yang bayangi IHSG antara lain rilis data ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021, nilai tukar rupiah dan harga komoditas yang cenderung naik.
“Harga batu bara sudah naik terus. Jadi pertanyaan apakah kuartal IV bisa bertahan naik,” ujar dia.
Reza menambahkan, pertemuan the Federal Reserve dan perkembangan kasus COVID-19 juga jadi perhatian pasar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Target IHSG Akhir 2021
Untuk prediksi IHSG hingga akhir 2021, Sukarno perkirakan IHSG berada di posisi 6.400-6.500. Sedangkan Reza prediksi, IHSG berada di posisi 6.400-.6.600.”Posisi 6.400-6.600 itu sudah cukup bagus,” kata dia.
Sementara itu, Wawan perkirakan IHSG bakal di kisaran 6.500-6.600. Wawan menuturkan, penguatan IHSG itu didorong pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) masih terus berlangsung hingga akhir 2021 tetapi ada sejumlah kelonggaran. Selain itu, harga batu bara stabil di harga tinggi juga jadi katalis positif untuk IHSG.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi beli investor asing mencapai Rp 1,9 triliun pada Senin, 4 Oktober 2021. Hal itu mendorong total aksi beli investor asing sentuh Rp 17,9 triliun pada 2021.
IHSG pun naik 1,83 persen pada Senin, 4 Oktober 2021 ke posisi 6.342,69. Secara year to date, IHSG menguat 6,08 persen.
Advertisement