Saham Xiaomi Naik 5 Persen Setelah Berencana Produksi Mobil Listrik

Bulan lalu, Xiaomi resmi mendaftarkan bisnis kendaraan listriknya Xiaomi EV, Inc.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Okt 2021, 16:49 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2021, 16:49 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Produsen smartphone asal China, Xiaomi, berencana produksi kendaraan listrik pada paruh pertama 2024 secara massal. Usai pengumuman tersebut, saham Xiaomi di Hong Kong melonjak lebih dari 5 persen pada Selasa, 19 Oktober 2021.

Dilansir dari CNBC, Selasa (19/10/2021), Xiaomi mengumumkan ekspansi pada Maret 2021. Perseroan masuk industri mobil listrik dan berencana untuk investasi USD 10 miliar atau sekitar Rp 140,74 triliun (asumsi kurs 14.074 per dolar Amerika Serikat) ke dalam bisnis selama 10 tahun ke depan.

Bulan lalu, Xiaomi resmi mendaftarkan bisnis kendaraan listriknya Xiaomi EV, Inc. Xiaomi EV sekarang memiliki 300 karyawan, kata perusahaan itu pada September, dengan Lei Jun ditunjuk sebagai CEO Perusahaan. Pasar kendaraan listrik China semakin ramai, dengan masuknya pemain baru.

Raksasa pencarian China Baidu meluncurkan perusahaan mobil listrik mandiri pada Januari dan bulan berikutnya, Februari, perusahaan mempekerjakan seorang CEO untuk bisnis itu.

Ketika Xiaomi secara resmi meluncurkan mobil listrik, maka perusahaan akan berhadapan dengan kompetitor asal negeri tirai bambu itu. Seperti Nio dan Xpeng serta pembuat mobil yang lebih besar seperti Tesla dan BYD milik Elon Musk.

Firma riset pasar Canalys memperkirakan 1,9 juta kendaraan listrik akan dijual di China pada 2021, tumbuh 51 persen secara tahunan (yoy).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bursa Saham Asia Menguat pada 19 Oktober 2021

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Selasa, 19 Oktober 2021 seiring saham teknologi menguat di regional. Hal ini seiring tersengat sentimen positif dari wall street.

Di China, indeks Shanghai menguat 0,7 persen ke posisi 3.593,15. Indeks Shenzhen menanjak lebih dari 1 persen menjadi 14.499,77. Indeks Hang Seng menguat 1,43 persen.

Indeks Jepang Nikkei 225 melompat 0,65 persen ke posisi 29.215,52. Sementara itu, indeks Topix menguat 0,36 persen ke posisi 2.026,57. Indeks Korea Selatan Kospi menguat 0,74 persen ke posisi 3.029,04.

Indeks Australia ASX 200 mendatar di posisi 7.374,90. Dari hasil pertemuan bank sentral Australia menunjukkan Bank Sentral Australia mengharapkan ekonomi Australia kembali tumbuh pada Desember.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 1,14 persen. Saham teknologi di Asia menguat pada perdagangan Selasa pekan ini. Indeks Hang Seng teknologi melompat lebih dari 3 persen. Saham Alibaba menguat 1,3 persen dan Meituan naik 1,8 persen.

Saham Softbank melompat 3,06 persen. Saham produsen chip Korea Selatan SK Hynix melambung 0,62 persen. Investor juga mengawasi supplier Apple di Asia setelah umumkan produk baru pada Senin, 18 Oktober 2021.

Saham Taiyo Yuden melemah dua persen, dan Murata Manufacturing tergelincir 0,74 persen.

Di sisi lain, saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Company menguat 1,69 persen. Saham Luxshare melonjak 6,32 persen.

Indeks dolar AS berada di posisi 93,62, dari posisi sebelumnya 93,94. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 114,01. Harga minyak menguat pada jam perdagangan di Asia. Harga minyak Brent berjangka naik 0,57 persen ke posisi USD 84,82 per barel. Harga minyak berjangka Amerika Serikat bertambah 0,92 persen ke posisi USD 83,2 per barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya