Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten perkebunan produsen crude palm oil (CPO) telah menyampaikan laporan keuangan hingga kuartal III 2021. Emiten-emiten dalam sektor ini mencatatkan kenaikan kinerja, didorong kenaikan harga CPO.
Komoditas kembali menguat naik setelah kurang bergairah pada pertengahan 2021. Namun, Senior Investment Strategist, OCBC Bank, Vasu Menon mengatakan, harga komoditas tidak mengalami kenaikan signifikan seperti awal tahun ini. Kenaikan harga komoditas kemungkinan akan lebih terdiferensiasi.
"Kami tetap positif pada harga minyak untuk sisa tahun ini,” kata dia dalam Monthly Outlook OCBC Bank, dikutip, Sabtu (30/10/2021).
Advertisement
Baca Juga
Vasu menjabarkan, hal itu pertama karena persediaan yang rendah menimbulkan risiko kenaikan yang signifikan untuk harga minyak dalam waktu dekat. Kedua, membaiknya COVID-19 dan latar belakang vaksinasi, baik di AS maupun global, memberikan ruang untuk optimisme baru atas pertumbuhan global. Ketiga, lonjakan harga gas alam, terutama di Eropa.
Sebagian karena berkurangnya pasokan gas Rusia - dapat memicu peralihan gas ke minyak bumi untuk pembangkit listrik dan menguntungkan harga minyak.
"Kami tetap skeptis bahwa kenaikan minyak saat ini adalah ‘siklus super’. Kami memperkirakan kenaikan minyak akan berlanjut,” ujar dia.
Ia menambahkan, pihaknya meningkatkan perkiraan harga Brent untuk tiga bulan menjadi USD 85 per barel, tetapi penurunan kembali ke bawah USD 80 tetap mungkin terjadi dalam waktu satu tahun karena OPEC+ melepaskan pembatasan pasokannya dan produsen AS meningkatkan produksi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Keuangan hingga Kuartal III 2021
Hingga kuartal III 2021, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan pendapatan senilai Rp 3,90 triliun, naik 72,01 persen dari pendapatan per kuartal ketiga 2020 sebesar Rp 2,25 triliun. Disusul PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) sebesar USD 190,93 juta atau sekitar Rp 2,72 triliun, naik 61,27 persen yoy.
Selanjutnya pendapatan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencapai Rp 18,01 triliun, naik 35,21 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Serta PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatat penjualan sebesar Rp 5,1 triliun atau naik 15 persen yoy.
Dari sisi laba, SGRO memimpin dengan kenaikan mencapai 2.767 persen atau senilai Rp 509,66 miliar, dibandingkan laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 17,77 miliar.
Disusul ANJT yang mencatatkan kenaikan laba 1.634 persen yoy, menjadi USD 26,04 juta atau sekitar Rp 370,53 miliar dibandingkan USD 1,5 juta atau Rp 21,36 miliar hingga kuartal III 2020.
Kemudian laba DSNG naik 162 persen yoy atau mencapai Rp 424 miliar hingga kuartal III 2021. Sementara AALI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,47 triliun, naik 152,2 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp 582,5 miliar.
Advertisement
Kinerja Aset hingga Liabilitas
Dari keempat emiten tersebut, tiga di antaranya mencatatkan kenaikan aset. Hanya aset DSNG yang mengalami penurunan, menjadi Rp 13,96 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 14,15 triliun.
Aset SGRO menjadi sebesar Rp 9,76 triliun, naik tipis dari posisi akhir Desember 2020 yang senilai Rp 9,74 triliun. Aset lancar tercatat mencapai Rp 1,51 triliun dan aset tak lancar sebesar Rp 8,24 triliun.
Aset AALI juga tercatat naik mencapai Rp 29,69 triliun, dari posisi akhir tahun lalu yakni Rp 27,78 triliun. Jumlah ini terdiri dari aset lancar sebesar Rp 8,95 triliun dan aset tidak lancar Rp 20,74 triliun.
Serta aset ANJT yang naik dari USD 636,14 juta atau sekitar Rp 9,05 triliun per 30 Desember 2020, menjadi USD 641,98 juta atau Rp 9,13 triliun. Terdiri dari aset lancar USD 71,44 juta dan aset tidak lancar USD 570,55 juta.
Sebaliknya, dari sisi liabilitas, tiga dari empat emiten tersebut mencatatkan penurunan, dan hanya AALI yang mencatatkan kenaikan liabilitas.
Bila akhir tahun lalu AALI hanya mampu mengukuhkan liabilitas sebesar Rp 8,53 triliun, hingga kuartal III tahun ini AALI berhasil mencatatkan liabilitas Rp 9,11 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka panjang Rp 6,68 triliun, sedangkan jangka pendek Rp 2,42 triliun.
Sementara liabilitas SGRO turun menjadi Rp 5,47 triliun dari sebelumnya Rp 5,94 triliun. Liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp 1,51 triliun dan liabilitas jangka panjang ditutup di angka Rp 3,96 triliun.
Begitu pula dengan liabilitas DSNG, turun dari Rp 7,92 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 7,44 triliun hingga September 2021. Liabilitas ANJT juga turun dari USD 240,39 juta atau Rp 3,42 triliun di akhir 2020, menjadi USD 224,63 juta atau Rp 3,2 triliun hingga kuartal III 2021.
Kemudian dari sisi ekuitas keempat emiten semuanya mengalami kenaikan dibandingkan posisi akhir Desember 2020. Ekuitas SGRO hingga akhir September 2021 mencapai Rp 4,28 triliun, naik dari posisi akhir Desember 2020 yang sebesar Rp 3,79 triliun.
Ekuitas AALI berada di angka Rp 20,57 triliun, meningkat dibandingkan akhir tahun lalu yakni Rp 19,24 triliun. Total ekuitas DSNG naik dari Rp 6,23 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 6,52 triliun hingga September 2021.
Serta ekuitas ANJT hingga September 2021 tercatat sebesar USD 417,35 juta atau Rp 5,94 triliun, dibandingkan posisi akhir tahun USD 395,76 juta atau Rp 5,63 triliun
Gerak Saham Emiten CPO
Namun demikian, peningkatan kinerja ini nampaknya belum dibarengi dengan kinerja sahamnya. Pada perdagangan Jumat, 29 Oktober 2021, saham SGRO ditutup stagan pada level 2.230.
Pada perdagangan sebelumnya, saham SGRO bahkan acap terkoreksi usai mencatatkan kenaikan tertingginya pada 18 Oktober, yakni 310 poin atau 15,5 persen. Saham AALI ditutup naik 700 poin atau 6,98 persen ke level 10.725, setelah ditutup minus pada dua perdagangan sebelumnya secara berturut-turut.
Tak jauh berbeda, saham DSNG ditutup naik 15 poin atau 2,65 persen pada perdagangan Jumat, 29 Oktober 2021 ke posisi 580. Sebelumnya, saham DSNG terkoreksi di kisaran 2,5 persen pada dua hari perdagangan selama berturut-turut.
Saham ANJT ditutup naik 30 pon atau 3,68 persen ke level 845 setelah terkoreksi 40 poin atau 4,67 persen pada perdagangan sebelumnya.
Meski begitu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan prospek saham CPO sampai akhir 2021 masih positif. Hal itu seiring tren kenaikan harga CPO.
Ia menuturkan, ada sejumlah emiten yang bisa dicermati. "Strategi untuk saham CPO bisa trading buy atau hold AALI, BWPT, LSIP, SIMP, SSMS,” ungkapnya kepada Liputan6.com
Advertisement