Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BRI (BBRI) memutuskan menghentikan penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi berkelanjutan III mulai 29 Oktober 2021.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (4/11/2021), BRI memutuskan menghentikan PUB obligasi berkelanjutan III seiring pertumbuhan dana pihak ketiga diproyeksikan mampu mendukung pemenuhan kewajiban jangka pendek dan pertumbuhan kredit.
Selain itu, hasil penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue meningkatkan likuiditas perseroan.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRIÂ (BBRI) telah menyelesaikan rights issue. Dalam aksi tersebut, BRI melepas 28.213.191.604 saham baru atau 28,21 miliar saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
Jumlah saham tersebut sebanyak-banyaknya 18,62 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah rights issue.
BRI menargetkan dana PUB obligasi berkelanjutan III Rp 20 triliun. Perseroan telah merealisasikan obligasi berkelanjutan III tahap 1 tahun 2019 sebesar Rp 5 triliun. Adapun PUB obligasi berkelanjutan III yang tidak diterbitkan Rp 15 triliun.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Aset BRI Sentuh Rp 1.619 Triliun
Sebelumnya, aset PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mencapai Rp 1.619,77 triliun di akhir kuartal III 2021. Jumlah ini naik 11,87 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau secara year on year (yoy).
Direktur Utama BRI Sunarso menuturkan, kenaikan aset yang cukup besar di tengah pandemi Covid-19 ini dikarenakan perseroan melakukan konsolidasi dan integritasi holding ultra mikro.
"Aksi korporasi ini nantinya akan berdampak kepada laporan keuangan konsolidasian BRI, di antaranya total aset BRI meningkat," jelas Sunarso dalam Laporan Kinerja BRI Kuartal III-2021, Rabu, 27 Oktober 2021.
Sunarso melanjutkan, peningkatan aset ini juga karena pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) dan juga penyaluran kredit.
Realisasi penyaluran kredit pada akhir September 2021 mencapai Rp 1.026,42 triliun atau tumbuh 9,74 persen secara yoy. Angka ini jauh di atas pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang di angka 2,21 persen.
Sunarso mengungkapkan, salah satu faktor utama penopang pertumbuhan kredit konsolidasian BRI yakni penyaluran kredit segmen UMKM yang tumbuh 12,50 persen yoy atau mencapai Rp 848,60 triliun pada akhir September 2021.
Capaian tersebut membuat proporsi kredit UMKM dibanding total kredit BRI pun meningkat dari semula 80,65 persen pada akhir September 2020 menjadi 82,67 persen pada akhir September 2021.
"Peningkatan penyaluran kredit UMKM yang sangat signifikan pada kuartal III 2021 tidak terlepas dari pembentukan sinergi holding Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM, disamping pemulihan kondisi ekonomi akibat kian melandainya pandemi," tandasnya.
Â
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Â
Advertisement