Saat Varian Omicron Bayangi Bursa Saham Global

Sejumlah negara memperketat pembatasan untuk mencegah penyebaran varian omicron. Bagaimana strategi hadapinya?

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Des 2021, 22:05 WIB
Diterbitkan 05 Des 2021, 22:05 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Varian baru COVID-19 omicron telah menyita perhatian sejak akhir November 2021. Merebaknya varian baru COVID-19, omicron ini juga telah memicu sejumlah negara membatasi kegiatan termasuk perjalanan. Lalu bagaimana dampaknya ke bursa saham?

Sejumlah negara memperketat pembatasan untuk mencegah penyebaran varian omicron. Dikhawatirkan varian baru COVID-19 itu dapat menyebabkan kasus COVID-19 melonjak. Berdasarkan laporan awal, varian omicron penyebarannya lima kali lebih cepat.

Pemerintah Indonesia sudah mulai perpanjang hari karantina dari tiga hari menjadi 10 hari dan orang asing yang datang dari negara atau wilayah dengan kasus terkonfirmasi tidak diperkenankan masuk.

Sejak laporan pertama varian omicron pada 24 November 2021, bursa saham global turun tiga persen. Imbal hasil obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun menjadi 1,4 persen. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2 persen seiring kabar tersebut.

“Sejauh ini koreksi yang terjadi sehat karena reli yang terjadi sejak Oktober 2021. Mayoritas laporan mengenai omicron bergejala ringan, dan tranmisinya lebih seperti flu,” tulis PT Ashmore Asset Management Indonesia, dikutip Minggu (5/12/2021).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Strategi Hadapi Potensi Pembatasan?

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ashmore melihat Indonesia secara khusus belum meningkatkan aktivitas pembatasan domestik signifikan. Oleh karena itu, kondisi dan aktivitas makro ekonomi pada kuartal IV 2021 akan meningkat dibandingkan kuartal III 2021. "Memungkinkan relatif membaik secara fundamental,” tulis Ashmore.

Inflasi Oktober-November 2021 cenderung naik. Pada Oktober 2021 tercatat 1,66 persen kemudian 1,75 persen pada November 2021.

"Inflasi terus mencerminkan peningkatan permintaan, meskipun belum menandakan overheating, kita terus berharap pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut hingga 2022 dengan baik seiring tingkat vaksinasi dan booster diperkenalkan pada awal 2022,” tulis Ashmore.

Namun, penyebaran varian omicron masih tahap awal. Ashmore melihat jika terjadi koreksi lebih lanjut di pasar imbas varian baru tersebut menjadi kesempatan masuk ke pasar saham dengan memilih valuasi saham menarik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya