Liputan6.com, Jakarta - Investor pasar modal tanah air dinilai kian melek terhadap model bisnis perusahaan teknologi dan memiliki eksposur terhadap sektor teknologi.
Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer menuturkan, hal itu sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi digital di dalam negeri. Google, Temasek, dan Bain memperkirakan ekonomi digital Indonesia akan capai USD 124 miliar pada 2021.
Baca Juga
Sebagai contoh, Adrian menyebutkan IPO Bukalapak yang cukup sukses dan mencatatkan sejumlah rekor. Debut Bukalapak dinilai menjadi pintu perusahaan teknologi lain untuk turut mendaftarkan perusahaan mereka di Bursa efek Indonesia (BEI).
Advertisement
“Dari IPO Bukalapak, banyak sekali perusahaan teknologi mungkin membuka mata bahwa listing di Indonesia untuk perusahaan yang didirikan oleh orang Indonesia juga, itu sangat possible,” kata dia dalam Whitepaper Launching by Mandiri Group, Selasa (7/12/2021).
Adrian menilai, investor sudah mulai menyadari potensi ekonomi digital ke depan. Sehingga memiliki eksposur pada perusahaan teknologi menjadi penting.
"Di public investor saya melihat mereka sudah aware bahwa memiliki exposure terhadap sektor teknologi itu sangat penting. Tapi mungkin perlu diingat juga bahwa harga saham itu dinamikanya memang berbeda-beda,” imbuhnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Potensi Pertumbuhan Sektor Teknologi
Adrian juga mengatakan, pertumbuhan sektor teknologi berpotensi melebihi melampaui PDB Indonesia. Sebagai gambaran, Adrian menyebutkan posisi pertumbuhan PDB Indonesia di kisaran 4,5 persen selama lima tahun terakhir dengan inflasi yang terjaga di kisaran 3 persen. Menurutnya, pertumbuhan sektor teknologi dapat melebihi itu.
"Kita jangan lihat 2 bulan terakhir. Tapi kalau kita melihat 3-5 tahun dari sekarang, bagaimana jika perusahaan teknologi terus bertumbuh 20an persen, atau mungkin ratusan persen,” kata dia.
Namun begitu, kondisi fundamental perusahaan tetap menjadi hal utama yang harus dicermati. Sebagai catatan, Adrian mengatakan perusahaan teknologi yang mencatatkan rugi, belum tentu memiliki prospek yang kurang cemerlang pada masa mendatang.
"Jadi kita melihat bahwa investor sudah bisa memilah-milah. Bukan berarti perusahaan ini rugi kita enggak berani berinvestasi. Tidak (begitu). Investor bisa melihat bahwa rugi ini mungkin karena perusahaan harus mengakuisisi customer baru," ujar dia.
Advertisement