Wall Street Beragam, Indeks Nasdaq Melonjak Berkat Saham Amazon

Wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 4 Februari 2022 didukung dari laporan keuangan yang positif.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Feb 2022, 06:11 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2022, 06:11 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada penutupan perdagangan Jumat, 4 Februari 2022. Indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq melonjak seiring sentimen positif yang berkelanjutan dari laporan keuangan sehingga memperpanjang penguatan yang dipimpin oleh saham teknologi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,5 persen menjadi 4.500,53. Sedangkan indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen menjadi 14.098,01. Indeks Dow Jones turun tipis 21,42 poin atau 0,06 persen menjadi 35.089,74.

Pada pekan ini, indeks S&P 500 menguat 1,5 persen. Indeks Nasdaq bertambah 2,4 persen dan indeks Dow Jones naik 1,1 persen. Kenaikan indeks  menandai kenaikan minggu kedua pada 2022. Pada bulan lalu, indeks utama di wall street berada di bawah tekanan karena kekhawatiran suku bunga yang lebih tinggi menyeret nama-nama saham teknologi.

Saham Amazon memimpin kenaikan indeks S&P 500 dan Nasdaq. Saham Amazon melonjak 13,5 persen karena pendapatan kuartalan yang kuat dan pendapatan cloud yang mengalahkan prediksi.

Lonjakan saham Amazon juga menjadi kenaikan satu hari terbesar sejak 2015. Saham Snap meroket 58,8 persen setelah melaporkan kinerja keuangan. Saham Pinterest menguat 11,2 persen.

"Investor berada dalam periode volatilitas tetapi teknologi telah dipilih, dan sekarang banyak trader mengatakan ini adalah waktu untuk konstruktif terutama pada beberapa perusahaan yang telah terbukti berkali-kali mampu mengelola berbagai kondisi dan memberikan pandangan optimistis ke depan, seperti Amazon, Apple dan Alphabet,” ujar Analis Senior Oanda, Edward Moya dilansir dari CNBC, Sabtu (5/2/2022).

Traders juga menimbang laporan tenaga kerja jauh lebih kuat dari perkiraan dan potensi dampaknya terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat ke depan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Imbal Hasil Obligasi Melonjak

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun melonjak di atas 1,9 persen sehingga mencapai level tertinggi sejak Desember 2019 setelah laporan pekerjaan Januari menunjukkan kenaikan 467.000 dalam gaji.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan kecil sekitar 150.000, dan sejumlah ekonom memperkirakan penurunan besar. Ekonom telah memperingatkan gelombang omicron dapat menghantam laporan tenaga kerja saat survei berlangsung.

"Untuk pasar, laporan pekerjaan adalah semua tentang Fed, dan kejutan hari ini baik dalam penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan upah menjaga the Fed di jalur untuk mulai menaikkan suku bunga pada Maret, dan kenaikan empat kali atau lebih tahun ini," ujar Asset Allocation Strategist LPL Financial, Barry Gilbert.

Imbal hasil acuan telah melonjak dari 1,51 persen pada akhir 2021 karena the Federal Reseve lebih agresif melawan inflasi menandakan akan memperlambat pembelian obligasi dan menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini. Suku bunga tinggi telah membebani saham, terutama saham teknologi dengan valuasi tinggi.

Adapun wall street keluar dari sesi yang bergejolak seiring saham meta yang merosot menyeret asham teknologi kapitalsiasi besar lebih rendah. Saham meta merosot 26,4 persen pada perdagangan Kamis pekan ini seiring laba kuartalan yang mengecewakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya