Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka menyelimuti dunia usaha Indonesia. Pengusaha dan Pendiri Medco Energi Arifin Panigoro tutup usia pada Minggu, 27 Februari 2022.
Arifin Panigoro meninggal dunia pada pukul 02.29 PM waktu Rochester Minneapolis Amerika Serikat (AS) atau pada Senin 28 Februari 2022 pukul 03.29 AM WIB.
Kabar tersebut juga dibenarkan oleh Direktur dan Chief Admistrative Officer Medco Energi, Amri Siahaan.
Advertisement
“Telah berpulang ke Rahmatullah Bapak Dr HC. Ir H.Arifin Panigoro bin Yusuf Panigoro usia 76 tahun. Pada Minggu, 27 Februari 2022, pukul 02.29 PM waktu Rochester Minneapolis USA atau Senin, 28 Februari pukul 03.29 AM WIB,”,
Baca Juga
Arifin Panigoro merupakan pendiri grup medco dan membawa menjadi perusahaan energi dan sumber daya alam terkemuka di Asia Tenggara. Ia mendirikan grup Medco yang berawal dari pendirian Meta Epsi Pribumi Drilling Company (MEDCO) pada 1980, tepatnya 9 Juni 1980. Arifin mengembangkan usaha dengan akuisisi Tesoro di Kalimantan Timur pada 30 Desember 1992, demikian mengutip laman Medco Energi, Senin (28/2/2022).
Arifin pun membawa Medco Energi International untuk melepas saham perdana ke publik pada 1994. Selanjutnya perseroan bergerak di bidang eksplorasi, penambangan dan produksi minyak dan gas bumi serta industri pertambangan dan energi lainnya ini akuisisi Stanvac Indonesia pada 1995.
Kemudian Medco menemukan lapangan minyak terbesar di Kaji dan Semoga, Blok Rimau Sumatera Selatan pada 31 Desember 1996. Setahun kemudian tepatnya pada 30 Desember 1997, perseroan mengawali aktivitas hilir.
Menambah Portofolio
Medco Energi pun menambahkan portofolio Blok Simenggaris, Western Madura dan Senoro-Toili pada 2000. Selanjutnya pada 2002, perseroan akuisisi 25 persen Blok Tuban. Medco Energi pun teken perjanjian pemasokan gas dengan PLN pada 2003.
Selain mengembangkan bisnis di dalam negeri, Medco juga ekspansi usaha di luar negeri. Salah satunya dengan memperoleh kontrak EPSA IV untuk area 47, Libya pada 2005. Perseroan pun menemukan cadangan sebesar 352 MMBOE di Area 47, Libya pada 2007. Medco pun akuisisi Blok 82 dan 83 di Yaman pada 2008.
Pada 2009, perseroan menandatangani perjanjian penjualan LNG dengan pembeli dari Jepang dan Korea Selatan. Pada 2010, perseroan mendapatkan operatorship di Libya dan membuat tiga temuan. Hal itu antara lain perpanjangan kontrak 20 tahun untuk Blok South dan Central Sumatra, Blok A dan Blok Bawean, Indonesia.
Pada 2011, perseroan memperoleh persetujuan komersialisasi untuk Area 47, Libya. Kemudian pada 2012, akuisisi Blok 9 Malik, Yaman dan pengiriman perdana batu bara sebanyak 38.000 ton. Perseroan juga mendapatkan PROPER Emas untuk Blok Rimau selama dua tahun berturut-turut.
Advertisement
Merampungkan Akuisisi Newmont
Selain itu, tonggak penting perseroan dengan mengamankan pendanaan proyek Senoro sebesar USD 260 juta pada 2013. Selain itu, pertukaran aset dengan Salamander untuk aset Bangkanai dengan Simenggaris dan Bengara.
Perseron pun mengembangkan usaha dengan akuisisi delapan wilayah kerja minyak dan gas di Tunisia, melalui akuisisi Storm Venture International (Barbados) Ltd pada 2014. Setahun kemudian, perseroan teken perjanjian pasokan gas Block A dengan Pertamina. Untuk harga gas yang disepakati sebesar AS$ 9,45/MMBTU. Perseroan juga mendapatkan tambahan 25 tahun beroperasi di Karim Fields Kecil, Oman.
Kemudian PT Medco Energi Internasional Tbk pun merampungkan transaksi akuisisi saham PT Newmont Nusa Tenggara senilai USD 2,6 miliar pada November 2016. PT Newmont Nusa Tenggara operasikan tambang tembaga dan emas Batu Hijau di Kepulauan Sumbawa, Indonesia.
Arifin pernah mengatakan, salah satu alasannya ingin akuisisi Newmont sebagai upaya pengembangan perusahaan.
Selama ini Medco bergerak di bidang eksplorasi dan produksi migas. Medco juga punya industri hilir yang produksi elpiji, distribusi bahan bakar diesel dan pembangkit tenaga listrik.
"Diversifikasi. Saya kira baik diversifikasi, karena minyak itu baru oke 2-3 tahun lagi. Lama. Kalau kita hanya rely on minyak saja berat menahannya. Kalau 2015 ini US$ 160 juta kita jeblok. Dua tahun lagi begitu ya bubar perusahaan," ujar dia pada 6 April 2016.
Oleh sebab itu, menurut dia, sangat penting bagi perusahaan untuk menambah lini bisnis. Bahkan untuk merealisasikan hal ini, Arifin mengaku tidak segan membangun pabrik pemurnian (smelter) seperti yang telah diatur pemerintah.
"Emas relatif stabil. Kalaupun turun tapi enggak sejeblok komoditi kayak batu bara. (Smelter) Itu harus. Itu kita sudah janji," ujar dia.
Ekspansi Usaha
Pada 2016, perseroan juga akuisisi 40 persen kepemilikan operator PSC South Natuna Sea Blok B.
Perseroan pun menyelesaikan rights issue dengan rasio 3:1 pada Desember 2017 dan mendapatkan pendanaan Rp 2,64 triliun. Perseroan juga akuisisi kepemilikan pengendali di Medco Power Indonesia sehingga total kepemilikan menjadi 88 persen.
Pada 2018, perseroan memperoleh perpanjangan kontrak 20 tahun hingga 2042 untuk Blok Tarakan dan hingga 2043 untuk Blok Rimau. Selain itu, perseroan operasikan komersial pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla Unit Ketiga pada 8 Mei 2018.
Setahun kemudian tepatnya Desember 2019, MedcoEnergi ekspansi portofolio minyak dan melalui akuisisi Ophir Energy Plc, kemudian menjadi perusahaan energi dan sumber daya alam terkemuka di Asia Tenggara. Pada 2020, perseroan merayakan hari jadi ke-40. Perseroan berhasil hadapi tantangan akibat pandemi COVID-19 serta jatuhnya harga minyak dan permintaan energi.
Advertisement