Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) optimistis bisa mencatatkan laba pada 2022. Hal itu merujuk pada kinerja sepanjang kuartal I 2022 yang disebut telah mencatatkan laba.
"Yang pasti, tahun ini kita sudah pasti net profit. Di Januari, Februari dan Maret ini kita sudah membukukan profit dalam laporan keuangan kita,” ungkap Direktur Utama Bank Raya Indonesia, Kaspar Situmorang dalam paparan publik perseroan, Kamis (31/3/2022).
Untuk mewujudkan hal itu, perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi. Kaspar menyebutkan, setidaknya ada dua strategi. Pertama yakni mengacu pada pembagian ekosistem antara ekosistem BRI dan ekosistem non-BRI.
Advertisement
Baca Juga
"Kita membagi melalui ekosistemnya, BRI sebesar 70 persen dari seluruh kegiatan kita di tahun ini dan 30 persen-nya lagi menggunakan ekosistem non BRI," kata Kaspar.
Kedua, Bank Raya telah dan juga akan melakukan beberapa langkah strategis dalam upaya perbaikan kinerja perseroan. Seperti manajemen biaya, cross selling dan optimalisasi layanan digital. Hal itu dilakukan dalam rangka mencapai kegiatan operasional yang lebih efisien.
"Dalam jangka panjang, kami juga berharap bahwa hal ini dapat mendukung akselerasi bisnis digital perseroan perseroan dan berkontribusi pada profitabilitas," ujar dia.
Bank Raya Indonesia membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp 3,04 triliun sepanjang 2021. Kinerja tersebut berbanding terbalik dari periode yang sama 2020, di mana perseroan masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 31,26 miliar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Siap Masuk Bisnis Digital pada 2022
Sebelumnya, manajemen PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) atau BRI Agro menyampaikan, kinerja Perseroan diperkirakan mengalami perlambatan.
Hal itu lantaran Perseroan saat ini tengah berbenah dan menata kembali portofolio bisnisnya menjadi fokus pada pengembangan bisnis digital.
"Sejalan dengan upaya Perseroan untuk melakukan refocusing dari kredit menengah ke bisnis digital, maka pada Juli 2021, Perseroan diperkirakan akan mengalami kerugian," ujar Direktur Keuangan dan Operasional BRI Agro, Arif Wicaksono dalam paparna publik, Senin, 27 September 2021.
Ia menambahkan hal itu bisa terjadi karena merupakan dampak dari ada peningkatan non performing loan (NPL) untuk kredit-kredit yang konvensional. Serta tambahan untuk pencadangannya.
Untuk itu, pada semester II 2021, Perseroan telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi hingga akhir 2021 untuk membawa bank kembali ke tingkat yang lebih sehat.
Harapannya mulai 2022, Perseroan telah siap sepenuhnya memasuki era bisnis digital. "Langkah transformasi ini tetap memperhatikan good corporate governance (GCG), pengelolaan manajemen risiko dan persyaratan kecukupan pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh regulator,” pungkas Arif.
Advertisement