SSIA Nego Perusahaan Jepang Masuk Subang Smartpolitan

Jepang menjadi salah satu pasar terbesar PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) setelah China.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 09 Jul 2022, 18:30 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2022, 18:30 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) tengah menyelesaikan negosiasi dengan perusahaan dari Jepang untuk proyek Smarpolitan di Subang, Jawa Barat. Diharapkan, negosiasi dapat disepakati pada kuartal III 2022.

"Kita sedang negosiasi perusahaan Jepang untuk di Subang. Mungkin bisa pecah telur mudah-mudahan kuartal III dengan satu perusahaan dari Jepang," kata Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk, Johannes Suriadjaja dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (9/7/2022).

Jepang menjadi salah satu pasar terbesar perseroan setelah China. Selain dua negara itu, juga ada Korea Selatan. Sayangnya, permintaan dari pasar China masih belum cukup agresif. Mengingat China masih memberlakukan penguncian maski telah ada sedikit relaksasi.

Pada saat bersamaan, negeri tirai bambu itu tengah mematangkan stimulasi pertumbuhan ekonomi 5 persen.

"Kalau China saya lihat mungkin di kuartal IV karena relaksasi. Saat ini Pemerintah china ingin membahas stimulasi ekonomi mereka untuk bisa tumbuh 5 persen melalui pembangunan infrastruktur," imbuh Johannes.

Dari sisi sektornya, Johannes mengatakan otomotif mendominasi dengan kebutuhan lahan 30–100 hektar. Pasar Asia Tenggara sendiri dinilai potensial untuk diversifikasi supply chain.

Berkaca pada situasi pandemi dan geopolitik yang terjadi beberapa waktu terakhir dan menyebabkan gangguan pada supply chain. Pandemi COVID-19 juga sempat menghambat upaya negosiasi yang biasa dilakukan secara tatap muka. Sehingga terjadi tren penurunan saat banyak negara melakukan pengecekan mobilitas.

"Inquiries banyak cuma mereka masih belum comfort untuk berkunjung ke Indonesia, kecuali untuk perusahan yang sudah ada di Southeast asia. Potensial tenant mau beli tanah masih secara tradisional. Jadi bos-bosnya banyak yang mau lihat sendiri,” kata dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kontrak Baru 2022

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) optimistis bisa mewujudkan target kontrak baru hingga akhir 2022, bahkan melampauinya. Hingga paruh pertama 2022 saja, perseroan mengantongi kontrak baru Rp 1,6 triliun.

Head of Investor Relations & Corporate Communications PT Surya Semesta Internusa Tbk, Erlin Budiman mengatakan, raihan itu telah melampaui setengah dari target hingga akhir tahun.

"Enam bulan pertama, perseroan sudah meraih Rp 1,6 triliun kontrak baru. Jadi kalau kita lihat target Rp 1,9 sampai akhir tahun, achievement-nya sudah lebih dari 50 persen. Kami optimis target ini tercapai sampai akhir tahun,” ujar Erlin dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (9/7/2022).

Adapun raihan kontrak baru pada semester I 2022 tercatat lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,07 triliun. Untuk tahun ini, perseroan memang menenangkan target yang konservatif, mempertimbangkan perkembangan pandemi covid-19 dan percepatan ekonomi. Sehingga secara full year, target kontrak baru tahun ini lebih rendah 29 persen dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 2,68 triliun.

 

Target Perseroan

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara dari sisi pendapatan, perseroan optimistis akan lebih tinggi dibanding tahun lalu. Yakni naik 14 persen menjadi Rp 1,3 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 1,67 triliun. Keyakinan itu tercermin dari pendapatan pada kuartal I tahun ini yang tercatat lebih tinggi mencapai Rp 630 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 342 miliar.

"Sampai akhir tahun revenue perseroan akan mengalami peningkatan 14 persen dari tahun sebelumnya. Kalau pencapaian di kuartal i sudah double dari tahun sebelumnya,” imbuh Erlin.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 8 Juli 2022, saham SSIA naik 1,08 persen ke posisi Rp 376 per saham. Saham SSIA dibuka naik dua poin ke posisi Rp 374 per saham.

Saham SSIA berada di level tertinggi Rp 378 dan terendah Rp 368 per saham. Total frekuensi perdagangan 126 kali dengan volume perdagangan 18.711 saham. Nilai transaksi Rp 698,1 juta.

Surya Semesta Internusa Kantongi Rp 562 Miliar dari Divestasi Saham Dua Perusahaan

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) melepas kepemilikan sahamnya di PT SLP Surya Ticon Internusa (SLPSTI) dan PT Surya Internusa Timur (SIT) kepada Frasers Property Thailand Pte Ltd pada Senin, 6 Juni 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), fRASEditulis Selasa (7/6/2022), PT Surya Internusa Semesta Tbk melepas 23.200.000 saham perseroan di PT SLP Surya Token Internusa dengan nilai nominal Rp 301,60 miliar. Selain itu, perseroan juga melepas 1.200.000.000 saham SIT dengan nilai  nominal Rp 120 miliar.

Adapun nilai transaksi penjualan saham dalam SLPSTI sebesar Rp 430,58 miliar dan penjualan saham dalam SIT Rp 131,59 miliar. Dengan demikian, perseroan meraup dana Rp 562,09 miliar dari penjualan saham dalam SLPSTI dan SIT.

“Dengan divestasi ini, perseroan tidak memiliki penyertaan saham lagi di kedua perusahaan tersebut (SLPSTI dan SIT), dan sebagai gantinya mendapatkan tambahan dana dari hasil penjualan saham,” tulis manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi BEI.

Manajemen PT Surya Internusa Semesta Tbk menyatakan transaksi penjualan saham tersebut bukan merupakan transaksi material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK Nomor 17/POJK.04/2020 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha dan bukan merupakan suatu transaksi afiliasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK Nomor 42/POJK.04/2020 tentang transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan.

"Tidak terdapat hubungan afiliasi antara perseroan dengan Frasers Property Thailand (Indonesia) Pte Ltd,” tulis perseroan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya