Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Senin, 1 Agustus 2022. Pergerakan wall street pada awal Agustus 2022 ini lesu seiring investor mempertanyakan apakah reli baru-baru ini terus berlanjut setelah Juli menjadi bulan terbaik sejak 2020.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks utama menghentikan kenaikan beruntun tiga hari. Indeks S&P 500 melemah 0,28 persen ke posisi 4.118,63. Indeks Nasdaq susut 0,18 persen ke posisi 12.368,98. Indeks Dow Jones tergelincir 46,73 poin atau 0,14 persen ke posisi 32.798,40.
Baca Juga
Indeks Dow Jones melemah meski Boeing naik 6,13 persen setelah AS menyetujui rencana melanjutkan pengiriman 787. Sektor energi merupakan hambatan besar di pasar karena harga minyak turun. Saham Diamondback Energy, ExxoMobil, Chevron, dan Devon Energy merosot.
Advertisement
Laporan manufaktur yang lebih baik dari perkiraan membantu sentimen. Saham produsen chip seperti AMD dan Nvidia menguat ke wilayah positif. Laporan tersebut juga menunjukkan meski harga tergelincir, sebuah perkembangan positif di tengah inflasi yang tinggi.
Pada Jumat, 29 Juli 2022, semua indeks utama menguat dan membukukan kenaikan secara mingguan serta menutup bulan terbaik pada 2022. Indeks Dow Jones naik 6,7 persen pada Juli 2022, dan indeks S&P 500 naik 9,1 persen.
Indeks Nasdaq bertambah 12,4 persen seiring investor memilih saham teknologi yang paling terpukul selama pasar bearish ini. Untuk setiap indeks, kinerja Juli merupakan yang terbaik sejak 2020.
"Pasar dapat menguji reli substansial yang terjadi pekan lalu karena mereka mempertimbangkan kemajuan yang telah dibuat Federal Reserve sejauh ini untuk membendung laju inflasi,” ujar Chief Investment Strategist Oppenheimer, John Stolzfus, dikutip dari CNBC, Selasa (2/8/2022).
Pekan ini, investor memiliki lebih banyak data ekonomi dan pendapatan perusahaan untuk dicermati investor.
Laporan nonfarm payrolls Juli dari Biro Statistik Tenaga Kerja akan memberikan lebih banyak wawasan tentang pasar tenaga kerja. Pertumbuhan lapangan kerja yang solid telah membuat ekonom mengatakan AS saat ini tidak dalam resesi, meskipun dua kuartal berturut-turut Produk Domestik Bruto (PDB) negatif. Selain itu, ada rilis kinerja Caterpillar, PayPal dan Starbucks.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Wall Street Perkasa Tersengat Lonjakan Saham Amazon
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada sesi ketiga berturut-turut pada Jumat, 29 Juli 2022. Wall street Inbergerak di zona hijau seiring laba teknologi yang kuat dan melihat kekhawatiran masa lalu tentang inflasi yang tinggi dan resesi.
Pada penutupan perdagangan wall street, semua rata-rata indeks utama menguat sehingga mendorong pekan yang positif dan bulan terbaik sepanjang 2022. Indeks Dow Jones menanjak 315,50 poin atau hampir 1 persen menjadi 32.845,13. Indeks S&P 500 menguat 1,4 persen menjadi 4.130,29. Indeks Nasdaq bertambah sekitar 1,9 persen ke posisi 12.390,69.
Pada pekan ini, indeks Dow Jones bertambah hampir 3 persen, sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik sekitar 4,3 persen dan 4,7 persen. Pada Juli 2022,indeks Dow Jones menguat 6,7 persen. Indeks S&P 500 menanjak 9,1 persen. Indeks Nasdaq masih di wilayah bearish atau menurun, tetapi masih naik sekitar 12,4 persen. Kenaikan itu terbesar secara bulanan untuk tiga indeks acuan utama di wall street sejak 2020.
Kinerja itu sangat kontras dari enam bulan sebelumnya ketika bursa saham jatuh ke level bearish atau menurun. Pasar berbalik karena ketakutan investor tentang langkah agresif kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) mulai berkurang dan gagasan inflasi mungkin telah mencapai puncaknya mulai menetap.
"Mulai dari posisi sentimen tertekan dan posisi bearish adalah aset, tetapi gambaran yang lebih besar adalah pergeseran halus dalam inflasi dan ekspektasi inflasi dan dengan demikian ekspektasi pasar untuk jalur the Fed,” ujar Investment Strategy Analyst Baird, Ross Mayfield, dikutip dari CNBC, Sabtu (30/7/2022).
Ia menambahkan, akhir-akhir ini ketahanan ketahanan laba perusahaan menambah sentimen positif di pasar.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Masih Ada Kekhawatiran Inflasi
Namun, beberapa tetap khawatir dengan tingkat inflasi dengan perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina dan kemungkinan pasar bisa berubah lebih rendah lagi.
Pada Jumat, 29 Juli 2022, biro analisis ekonomi melaporkan indeks pengeluaran konsumsi pribadi Juni naik 6,8 persen dalam 12 bulan. Indikator inflasi yang diawasi ketat oleh the Fed ini mencapai level tertinggi sejak Januari 1982.
“Ini mungkin terbukti menjadi reli pasar bearish pada akhirnya, ini sangat umum terjadi selama pasar bearish yang lebih lama, tetapi kombinasi dari penangguhan suku bunga, sentimen dan posisi bearish, ketahanan perusahaan dan konsumen dalam menghadapi inflasi sudah cukup untuk memicu reli dalam aset berisiko,” ujar Mayfield.
Pada Jumat pekan ini, investor juga mendapatkan pembacaan akhir dari indeks sentimen konsumen Universitas Michigan, yang berada di posisi 51,5 pada Juli 2022. Indeks itu sedikit meningkat dari pembacaan awal dan naik dari level terendah sepanjang masa pada Juni di 50.
Laba Perusahaan Teknologi Angkat Indeks
Namun demikian, keuntungan dari dua saham terbesar memimpin rata-rata indeks utama lebih tinggi. Saham Amazon melonjak hampir 10,4 persen setelah raksasa e-commerce itu melaporkan penjualan lebih kuat dari perkiraan untuk kuartal sebelumnya.
Sementara itu, Apple naik 3,2 persen setelah membukukan pendapatan iPhone lebih baik dari perkiraan. Chevron dan Exxon Mobil juga membukukan hasil lebih baik dari perkiraan untuk kuartal sebelumnya membawa saham mereka masing-masing menguat 8,9 persen dan 4,6 persen.
Namun, kumpulan hasil laporan keuangan perusahaan cenderung beragam. Saham Roku merosot sekitar 23,1 persen setelah perusahaan meleset dari perkiraan dan memperingatkan perlambatan iklan. Saham produsen chip Intel turun hampir 8,6 persen setelah hasil kuartalannya jauh dari harapan.
“Pasar mengambil banyak kenyamanan di musim laporan keuangan dengan laba yang beragam karena kekhawatiran bahwa itu tidak akan beragam, itu akan lebih seragam negatif,” ujar Chief Investment Strategist BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma.
Ia mencontohkan, ketika Intel menurunkan harapan setahun penuh. Microsoft mengeluarkan perkiraan laba yang cerah pada 2023. Sedangkan Walmart memangkas prospek laba dan Amazon memberikan panduan optimistis.
“Anda berpikir nasib mereka terikat cukup erat, tetapi Anda melihat yang satu berjuang sedikit lebih banyak dari pada yang lain,” kata dia.
Advertisement