Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan pengalihan subsidi BBM. Akibatnya, harga sejumlah jenis bahan bakar subsidi naik. Di antaranya, Pertalite dari Rp 7.600 menjadi Rp 10.000. Solar subsidi Rp 5.150 menjadi Rp 6.800. Pertamax nonsubsidi Rp 12.500 menjadi Rp 14.500.
Kebijakan ini turut mempengaruhi prospek sejumlah emiten. Chief Economist & Head of Fixed Income Research Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menyebutkan, sejumlah sektor menarik untuk dicermati saat BBM mulai naik. Sebaliknya, ada pula sektor emiten yang terdampak signifikan sehingga sebaiknya dihindari dulu.
Baca Juga
"Saya bertahun-tahun enggak suka sama konsumer. Tapi habis BBM naik, saya mulai berubah pandangannya ke konsumer karena kita sebentar lagi mau pemilu," kata dia dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (3/9/2022).
Advertisement
"Mungkin habis BBM naik, story negatif untuk konsumer berakhir. Tai aku gak sarankan beli sekarang. Tapi diperhatikan, cari harga bawah," ia menambahkan.
Sebaliknya, Fakhrul mengatakan sektor transportasi mendapat dampak langsung dari kebijakan kenaikan BBM. Pada saat bersamaan, tren pengiriman barang saat ini mulai landai siring longgarnya pembatasan sosial akibat pandemi. Sehingga dinilai berdampak pula bagi kinerja perusahaan. Apalagi baru-baru ini pemerintah juga berencana menaikkan tarif kendaraan online.
"Mereka terpengaruh dengan kondisi (naiknya BBM) saat ini. Apalagi kirim-kirim sudah kenceng lagi momentumnya,” kata Fakhrul.
Fakhrul mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi ini bisa menjadi momentum kendaraan listrik naik daun sebagai alternatif transportasi tanpa BBM. Namun, menurut dia industri kendaraan listrik masih cukup prematur dan perlu waktu lebih lama untuk dampak itu terlihat.
"Untuk menghitung valuasinya jangan melihat bahwa kita akan bakal immediate pakai kendaraan listrik. Tapi bakal di-speed up development nya, iya. Pemerintah daripada menaikkan minyak, mereka lebih senang investasi ke mobil listrik. Tapi jangan expect itu bakal langsung berimpact pada laporan keuangannya,”ujar Fakhrul.
Harga BBM Naik, Pertalite Jadi Rp 10.000, Solar Rp 6.800 dan Pertamax Rp 14.500 per Liter
Sebelumnya, Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Istana Negara.
"Pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM subsidi," kata Menteri ESDM Arifi Tasrif.
Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter
"Harga BBM naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.
Kenaikan harga baru ini berlaku mulai hari ini 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
Advertisement
Harga BBM Naik Mulai Hari Ini 3 September 2022 Pukul 14.30 WIB
Sebelumnya, kenaikan harga BBM akhirnya diumumkan pemerintah. Harga BBM yang naik meliputi BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar serta BBM nonsubsidi yaitu Pertamax.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan, kenaikan harga BBM untuk ketiga jenis bahan bakar minyak ini berlaku mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
"Ini berlaku 1 Jam sejak saat diumumkan penyesuaian harga dan akan berlaku pada 14.30 WIB," kata dia di Istana Kepresidenan, Sabtu (3/9/2022).
Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter
"Harga BBM Pertalite naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.
Harga BBM Naik Bakal Gerus Laba Emiten
Pemerintah akhirnya mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Analis menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut dapat jadi sentimen negatif untuk pasar modal.
Analis PT Jasa Utama Capital Cheryl Tanuwijaya menuturkan, kenaikan harga BBM bersubsidi dapat menggerus laba emiten sehingga berdampak kurang baik untuk pasar modal. Hal ini lantaran dapat menekan daya beli konsumen. “Bisa meningkatkan inflasi karena biaya produksi naik sehingga harga barang dan jasa naik,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (3/9/2022).
Namun, kenaikan harga BBM bersubsidi ini tidak mengejutkan sehingga diharapkan dampaknya minim.
“Kenaikan ini sesuai dengan perkiraan pasar sebesar 30-35 persen sehingga tidak mengejutkan. Diharapkan dampaknya bisa lebih minim,” ujar dia.
Ia menuturkan,sektor saham yang terdampak kenaikan harga BBM tersebut transportasi dan konsumen non primer. Saham-saham yang terdampak, Cheryl mencontohkan antara lain PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).
Sedangkan sektor saham yang tidak terganggu dengan kenaikan harga BBM bersubsidi ini, menurut Cheryl yaitu sektor perbankan dan komoditas.
Advertisement