Saham BRAM Menghijau Usai Umumkan Bagi Dividen Interim 2022

Saham BRAM menguat 1,16 persen ke posisi Rp 8.750 per saham pada penutupan perdagangan sesi pertama, Rabu, 5 Oktober 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Okt 2022, 13:34 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2022, 13:34 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) bergerak di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi pertama, Rabu, 5 Oktober 2022. Penguatan saham BRAM ini di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menghijau dan rencana bagi dividen interim 2022.

Mengutip data RTI, saham BRAM menguat 1,16 persen ke posisi Rp 8.750 per saham. Saham BRAM dibuka naik 50 poin ke posisi Rp 8.700 per saham. Saham BRAM berada di level tertinggi Rp 8.750 dan terendah Rp 8.625 per saham. Total frekuensi perdagangan 88 kali dengan volume perdagangan 273 saham. Nilai transaksi Rp 237,1 juta.

Sementara itu, IHSG melambung 0,71 persen ke posisi 7.122,45. Indeks saham LQ45 menguat 0,59 persen ke posisi 1.020,67. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.131,88 dan terendah 7.086. Sebanyak 328 saham menguat dan 180 saham melemah. 177 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 826.914 kali dengan volume perdagangan 16,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.192. Seluruh sektor saham menghijau. Indeks sektor saham transportasi IDXtransportasi pimpin penguatan dengan naik 2,42 persen, diikuti indeks sektor saham energi IDXenergy bertambah 1,4 persen dan indeks sektor saham IDXhealth menanjak 1,1 persen.

Pada pekan ini, saham BRAM menguat dua hari berturut-turut. Saham BRAM menguat tipis 0,90 persen ke posisi Rp 8.375 per saham. Pada 4 Oktober 2022, saham BRAM naik 3,28 persen ke posisi Rp 8.650 per saham.

Namun, sepanjang September 2022, saham BRAM melemah 8,03 persen ke posisi Rp 8.300 per saham. Saham BRAM berada di level tertinggi Rp 8.975 dan terendah Rp 8.200 per saham. Total volume perdagangan 33.400 saham dengan nilai transaksi Rp 281,9 juta. Total frekuensi perdagangan 151 kali.

Pemegang saham Indo Kordsa per 31 Agustus 2022 antara lain Kordsa Teknik Tekstil A.S sebesar 61,59 persen, Endang Lestari Pujiastuti sebesar 16,57 persen, PT Risjadson Suryatama sebesar 5,61 persen, dan masyarakat sebesar 16,23 persen.

Tebar Dividen Interim 2022

Ilustrasi dividen (Photo by Gerd Atlmann on Pixabay)
Ilustrasi dividen (Photo by Gerd Atlmann on Pixabay)

PT Indo Kordsa, emiten bergerak di pembuatan dan pemasaran ban, filamen yarn dan bahan baku polyester ini akan membagikan dividen interim 2022. Keputusan pembagian dividen interim itu telah disetujui dewan komisaris pada 29 September 2022. Perseroan akan membagikan dividen interim 2022 Rp 135 miliar. Dividen interim yang dibagikan itu setara Rp 300 per saham.

Pembagian dividen interim 2022 itu berdasarkan data keuangan per 31 Juli 2022 antara lain laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 16,64 miliar, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar Rp 898,11 miliar, dan total ekuitas sebesar Rp 3,29 triliun.

Berikut jadwal pembagian dividen interim 2022:

-Tanggal cum dividen di pasar regular dan pasar negosiasi pada 11 Oktober 2022

-Tanggal ex dividen di pasar regular dan pasar negosiasi pada 12 Oktober 2022

-Tanggal cum dividen di pasar tunai pada 13 Oktober 2022

-Tanggal ex dividen di pasar tunai pada 14 Oktober 2022

-Tanggal daftar pemegang saham yang berhak atas dividen tunai pada 13 Oktober 2022 pukul 16.00

-Tanggal pembayaran dividen pada 19 Oktober 2022

 

Imbal Hasil IHSG Salip Bursa AS dan China

IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan tertekan hingga akhir tahun. Secara year to date, imbal hasil (return) dari IHSG tercatat sebesar 6,5 persen, cenderung turun dibanding realisasi akhir tahun lalu  sebesar 10,2 persen.

Meski begitu, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengatakan, imbal hasil itu melampaui bursa luar negeri antara lain Amerika Serikat (AS), China, Hong Kong, hingga Singapura.

"Indonesia sangat resilient, indeks return kita termasuk tinggi dibandingkan negara-negara lain termasuk ASEAN,” kata dia, ditulis Rabu (5/10/2022).

Sebagai perbandingan, imbal hasil indeks acuan Thailand SET minus 6 persen ytd, Malaysia JCI miinus 10,8 persen ytd, Philippine PSEi minus 18,8 persen. Kemudian Vietnam VN turun paling dalam yakni 27,5 persen, Singapore STI turun 0,5 persen, China CSI 300 turun 23 persen, Hong Kong Hang Seng turun Rp 27 persen. UK FTSe turun 6,4 persen, US S&P 500 turun 22,8 persen, dan India SENSEC turun 2,5 persen. 

Merujuk pada perkembangan ekonomi saat ini, baik global maupun domestik, Mandiri Sekuritas turun menurunkan target IHSG hingga akhir tahun.

"IHSG 7.300 sebelum kenaikan harga BBM. Kita memang turunan karena pada saat ini lebih priced in karena fokus ke The Fed,” kata dia.

Sektor Saham

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ke depan, Adrian mengatakan sektor yang masih menarik untuk dicermati, selain energi dan komoditas, yakni konsumsi. Informasi saja, IDX energy memang terpantau mencatatkan kinerja paling mentereng yakni tumbuh 70 persen ytd. Disusul IDX Industry yang naik 24 persen ytd.

Lalu IDX Transportation tumbuh 10 persen, dan IDX konsumer non siklikal sebesar 5 persen, dan IDX Health dan IDX Infrastructure masing-masing tumbuh 3 persen ytd dan 2 persen ytd. Lebih lanjut, Adrian mengungkapkan sejumlah sentimen investasi pasar modal ke depan, antara lain kenaikan consumer price index (CPI) dalam negeri dan kenaikan suku bunga yang berisiko terhadap daya beli masyarakat menengah ke bawah, serta risiko normalisasi harga komoditas setelah kuartal IV 2022.

"Salah satu potensi sektor konsumsi dasar, tapi masih lihat apakah saham ini sudah priced in ke daya beli. Semoga sudah, sehingga tahun depan bisa resilience. Kita jagokan bank juga,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya