Alkindo Naratama Bidik Penjualan Tumbuh Lebih dari Dua Kali Lipat pada 2023

Alkindo Naratama (ALDO) akan memulai proses commissioning mesin baru untuk meningkatkan kapasitas produksi kertas coklat berbahan daur ulang (recycled brown paper).

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Des 2022, 17:23 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 17:23 WIB
Mesin baru PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) (Foto: Alkindo Naratama)
Mesin baru PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) (Foto: Alkindo Naratama)

Liputan6.com, Jakarta - PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) emiten bergerak di bisnis kertas dan bahan kimia optimistis kinerja keuangan  akan membaik pada 2023. Hal ini didukung pertumbuhan kebutuhan produk berbahan kertas coklat berbahan daur ulang.

Selain itu, perseroan juga memiliki jalinan relasi kuat dengan pelanggan korporasi. Perseroan menyatakan, prospek 2023 tersebut searah dengan pandangan Bank Indonesia (BI) kalau nilai transaksi e-commerce akan terus naik hingga 2024.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, total nilai transaksi e-commerce pada 2022 mencapai Rp 489 triliun, naik menjadi Rp 572 triliun pada 2023, dan kembali naik menjadi Rp 689 triliun pada 2024.

Dalam hal ini, peningkatan transaksi e-commerce juga berarti akan ada peningkatan kebutuhan kemasan kertas dari barang-barang yang dijual melalui transaksi e-commerce tersebut. Karena itu, Alkindo Naratama optimistis penjualan 2023 dapat tumbuh lebih dari dua kali lipat, seiring pengoperasian mesin-mesin baru perseroan yang diharapkan dapat mulai beroperasi secara komersial pada awal 2023.

Perseroan akan memulai proses commissioning mesin-mesin baru untuk meningkatkan kapasitas produksi kertas coklat berbahan daur ulang (recycled brown paper) pada 15 Desember 2022.

Commissioning adalah proses memastikan bahwa semua sistem dan komponen dari mesin baru tersebut sesuai dengan persyaratan operasional yang direncanakan. 

Setelah commissioning berjalan lancar, maka kapasitas produksi kertas coklat berbahan daur ulang ALDO akan meningkat menjadi 220.000 ton per tahun dari kapasitas produksi saat ini yang sekitar 80.000 ton per tahun.

"Kami optimis peluang pasar produk berbahan kertas coklat hasil daur ulang akan makin bertumbuh seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan,” kata Direktur Utama Alkindo Naratama, H. Sutanto," ujar dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (12/12/2022).

Alkindo Naratama Incar Pendapatan Rp 3 Triliun pada 2023

Pertumbuhan Bisnis Kemasan Ramah Lingkungan
Karyawan menyelesaikan pekerjaan pengolahan kertas daur ulang PT Alkindo di Padalarang Jawa Barat (9/6/2022). Pembungkus ramah lingkungan Hexa Wrap dapat digunakan mengemas barang untuk pengiriman, terutama untuk pasar e-commerce yang terbuat dari kertas coklat (recycled paper). (Liputan6.com/HO/Aldo)

Sebelumnya, PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) menargetkan kenaikan pendapatan hampir dua kali lipat pada 2023. Perusahaan yang bergerak pada bisnis kertas dan bahan kimia itu mengincar pendapatan sebesar Rp 3 triliun, naik 76 persen dari target tahun ini yang sebesar Rp 1,7 triliun.

Peningkatan target tersebut dipicu oleh bertambahnya mesin kertas coklat berbahan daur ulang (recycled brown paper) pada anak usaha perseroan, PT Eco Paper Indonesia.

Alkindo Naratamasedang mengembangkan mesin kedua dengan kapasitas 500 ton per hari. Saat ini Eco Paper memiliki satu mesin produksi dengan kapasitas 250 ton per hari untuk produk kertas coklat berbahan daur ulang.

"Kami mengharapkan mesin baru dapat beroperasi pada akhir tahun ini. Dengan bertambahnya mesin baru, produksi recycled brown paper akan meningkat menjadi 220 ribu ton per tahun dari kapasitas produksi saat ini yang sekitar 80 ribu ton per tahun,” kata Direktur Utama PT Alkindo Naratama Tbk, Herwanto Sutanto dalam keterangan resmi, Senin (10/10/2022).

Selain bertambahnya kapasitas produksi, perseroan juga optimistis peningkatan kinerja pada masa mendatang didukung oleh semakin terbukanya pasar produk daur ulang. Setelah pandemi, permintaan terbesar pada produk kertas daur ulang berasal dari Fast Moving Consumer Good (FMCG) dan e-commerce.

Inovasi

Pabrik PT Alkindo Naratama Tbk (Dok: PT Alkindo Naratama Tbk)
Pabrik PT Alkindo Naratama Tbk (Dok: PT Alkindo Naratama Tbk)

Untuk itu, perseroan melakukan inovasi untuk melayani pasar tersebut, salah satunya dengan memproduksi hexa wrap, kertas coklat berbentuk struktur sarang lebah dan dapat menggantikan gelembung plastik (bubble wrap).

Produk lainnya yaitu paper box dan paper bag, kemasan yang terbuat dari kertas yang dapat digunakan sebagai wadah makanan, obat-obatan, kosmetik, dan lain-lain.

Prospek pasar kemasan kertas masih sangat menjanjikan. Ini diiringi dengan semakin meningkatnya tren penjualan online dari tahun ke tahun. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat nilai transaksi e-commerce di Indonesia, mencapai Rp 108,54 triliun sepanjang kuartal I 2022. Realisasi itu tumbuh 23 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

“Tren belanja online ini sudah menjadi gaya hidup. Namun ada masalah yang ditinggalkan yaitu penggunaan plastik. Kami memberikan solusi dengan produk-produk yang ramah lingkungan dari bahan daur ulang,” ujar Herwanto.

 

BCA Kucurkan Pembiayaan Hijau Rp 472 Miliar kepada Anak Usaha Alkindo

PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) produksi brown paper dari bahan daur ulang (Dok: Alkindo Naratama)
PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) produksi brown paper dari bahan daur ulang (Dok: Alkindo Naratama)

Sebelumnya, PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) emiten yang bergerak pada bisnis kertas dan bahan kimia yang terintegrasi melalui anak usahanya PT Eco Paper Indonesia (ECO) menerima pembiayaan hijau dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sekitar Rp472 miliar.

Kerja sama pembiayaan hijau dari BCA tersebut merupakan sebagai bentuk dukungan usaha dan investasi di segmen ekonomi sirkular yang menjadi bisnis inti dari ECO.

Pendanaan ini bertujuan mendukung pengembangan bisnis ECO yang bergerak pada produksi daur ulang kertas. Pembiayaan hijau ini juga merupakan sebuah kepercayaan terhadap komitmen perseroan dalam pengembangan green product dan green process pada bisnisnya.

"Kami sangat bangga dapat menerima fasilitas pembiayaan hijau dari BCA yang sejalan dengan fokus bisnis ALDO dan ECO pada bisnis Environmental, Social, and Governance (ESG),” ujar Direktur Utama Alkindo Naratama, H.Sutanto dikutip dari keterangan tertulis, ditulis Sabtu (24/6/2022).

Pembiayaan yang dilakukan melalui penandatanganan perjanjian dan kesepakatan bersama pada akhir tahun lalu ini diharapkan dapat memperkuat usaha kami dalam mendukung ekonomi sirkular di Indonesia.

"Adapun BCA dan ECO juga tengah menjajaki kemungkinan kerja sama lanjutan dalam pembiayaan hijau lainnya. Maka kami akan terus berinovasi dalam mengembangkan bisnis berkelanjutan Perusahaan,” ujar dia.

Perseroan menggunakan kertas daur ulang yang diproduksi ECO untuk memproduksi berbagai macam produk kertas konversi dengan konsep ramah lingkungan.

Inisiatif tersebut menjadikan kertas daur ulang menjadi bernilai untuk digunakan menjadi berbagai macam produk. Kertas coklat seperti kraft liner, eco board, dan core board adalah produk utama dari ECO yang menjadi bahan baku bagi industri kertas konversi.

Kembangkan Bisnis

PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) kembali meluncurkan green product sebagai pengganti gelembung plastik (bubble wrap) pertama di Indonesia, yaitu Hexcel Wrap (Dok: PT Alkindo Naratama Tbk)
PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) kembali meluncurkan green product sebagai pengganti gelembung plastik (bubble wrap) pertama di Indonesia, yaitu Hexcel Wrap (Dok: PT Alkindo Naratama Tbk)

ECO sebagai produsen kertas daur ulang telah berhasil memperoleh sertifikat Forest Stewardship Council (FSC) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).

Sertifikasi FSC ialah sertifikasi yang menyatakan produk yang digunakan berasal dari hutan dengan pengelolaan yang baik dan memberikan manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, hal ini juga selaras dengan kerja sama BCA dan ECO untuk bisnis berkelanjutan melalui pembiayaan hijau.

"Adanya dukungan pembiayaan hijau ini tentu menjadi kesempatan kami untuk terus berinovasi dan mengembangkan bisnis ALDO khususnya untuk pertumbuhan ekonomi sirkular di Tanah Air,” ujar dia.

Ia mencontohkan, dengan perseroan menggunakan bahan baku dari ECO sudah membuat paper bag dan paper box ke sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG), Food and Beverages (F&B), dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Adanya paper bag dan paper box ini merupakan upaya kami untuk mendorong penggunaan produk-produk ramah lingkungan,” ujar dia.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya