Bank Danamon Tunda Spin Off Unit Usaha Syariah, Ini Alasannya

Wakil Direktur Utama Bank Danamon, Honggo Widjojo Kangmasto menuturkan, dengan pengesahan UU P2SK yang membatalkan tidak wajib spin off sehingga ajukan surat ke OJK.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Feb 2023, 06:36 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2023, 06:36 WIB
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) menunda spin off unit usaha syariah (UUS), Danamon Syariah. Hal itu dilakukan seiring disahkannya Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan (UU P2SK).

Wakil Direktur Utama Bank Danamon, Honggo Widjojo Kangmasto menuturkan, pihaknya tunduk terhadap Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 

Dalam UU tersebut mengharuskan UUS milik Bank Umum Konvensional (BUK) wajib melakukan pemisahan menjadi Bank Umum Syariah, selambat-lambatnya tahun 2023 atau 15 tahun sejak berlakunya Undang-Undang Perbankan Syariah.

"Jadi awalnya kami tunduk UU 21 Tahun 2008, selambat-lambatnya Juli 2023 harus spin off," kata Honggo dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/2/2023).

Honggo mengaku, pihaknya sudah mempersiapkan untuk melakukan spin off Danamon Syariah. "Danamon sudah melakukan persiapan-persiapan spin off syariah, tapi disahkan UUP2SK yang membatalkan tidak wajib spin off Juli 2023," ujar dia.

Dengan demikian, pada Januari 2023, Bank Danamon mengajukan surat kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena akan menunda spin off ini.

"Danamon akan menunda spin off ini dengan masksud pada saat mempunyai cukup waktu mengembangkan bisnis lebih baik," kata dia.

Selain itu, Bank Danamon juga akan mengikuti Peraturan OJK (POJK) terbaru. Sementara itu, Bank Danamon Indonesia mencatatkan laba bersih konsolidasi setelah pajak Rp 3,3 triliun sepanjang 2022 atau meningkat 110 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

Direktur Keuangan Bank Danamon Muljono Tjandra menuturkan, pertumbuhan yang kuat disebabkan kenaikan pendapatan bunga bersih dan penurunan biaya cost of credit (COC).

Selain itu, net interest margin (NIM) naik 30 bps dibandingkan tahun lalu atau mencapai 8 persen. Lalu, rasio cost of credit membaik 200 bps dibandingkan tahun lalu menjadi 2,4 persen.

"Total credit finance Bank Danamon sebesar Rp 146,7 triliun atau naik sebesar 12 persen dibandingkan tahun lalu. Tertinggi sepanjang sejarah danamon. Pertumbuhan yang sehat ini didukung oleh kredit perbankan komersial dan institusi keuangan atau sering kita sebut IBFI dan kredit consumer," kata Muljono.

 

CASA Bank Danamon Melonjak

Bank Danamon
Bank Danamon (Foto: Istimewa)

Selaras fokus Bank Danamon dalam tingkatkan porsi dana murah saldo giro dan tabungan atau CASA meningkat 12 persen dibandingkan tahun lalu Rp 81,3 triliun tertinggi dalam sejarah Perseroan. Dengan demikian, rasio giro atau tabungan atau CASA menjadi 63,9 persen dari 59,1 persen pada 2021. 

"Hal ini merupakan pencapaian tertinggi Bank Danamon. Tahun 2022 kami tetap konsisten melanjutkan pengelolaan biaya operasional disiplin dengan dibarengi inevstasi area IT digital, printing dan SDM," kata dia.

Pada tahun lalu, melalui pilot projek mulai perkenalkan next generation brand konsep sebagai upaya transformasi jaringan kantor pajak untuk tingkatkan pelayanan ke nasabah Bank Danamon. 

"Kami lihat investasi-investasi ini perlu dilakukan sesuai komitmen kami untuk dukung keberlangsungqn pertumbuhan bisnis di masa mendatang," ujar dia.

Tak hanya itu, non performing loan (NPL) 2022 turun jadi 2,6 persen atau membaik 10 bps dibandingkan tahun sebelumnya didiukung NPL coverage rasio paling tinggi sepanjang sejarah Bank Danamon 231,8 persen. Sedangkan, rasio loan at risk termasuk restrukturisasi covid under toleransi turun 340 bps dibandingkan posisi tahun sebelumnya diangka 12,6 persen.

Rasio intermediasi makroprudensial atau RIM, naik menjadi 92,1 persen yang tunjukan tingktakan likuiditas sangat baik. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum tetap jadi yang terkuat dikelasnya diposisi 26,3 persen.

Sementara itu, anak perushaan Bank Danamon PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance juga mencetak pertumbuhan kenaikan pembiayaan 10 persen dibandingkan tahun lalu di mana pertumbuhan pembiayaan 2022 mencapai 22 persen. 

Itama Ranoraya Kantongi Kredit Rp 450 Miliar dari Bank Danamon

Ilustrasi pinjaman (Foto: Unsplash/Scott Graham)
Ilustrasi pinjaman (Foto: Unsplash/Scott Graham)

Sebelumnya, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), perusahaan yang bergerak di bidang peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi (HiTech Healthcare Solutions) mendapatkan fasilitas  kredit Rp 450 miliar dari  PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon). Fasilitas kredit yang diberikan Bank Danamon  tersebut meliputi Kredit Modal Kerja sebesar Rp 300 miliar dan sisanya berupa fasilitas Bank Garansi.  

Rencananya, dana tersebut akan digunakan untuk perluasan pasar, pengembangan produk dan pengembangan SDM. Penandatanganan pemberian fasilitas kredit dilakukan oleh Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) Heru Firdausi Syarif dengan  Business Head Enterprise Banking Bank Danamon Region Jawa Barat Flint Indrawan Kamil di Jakarta, awal Oktober lalu.

Bertindak sebagai penjamin PT Global Dinamika Kencana, selaku pemegang saham terbesar di IRRA.“Dengan dukungan Bank Danamon, IRRA dapat terus berkembang maju untuk memberikan yang terbaik bagi kesehatan masyarakat  Indonesia,” ujar Heru dalam keterangannya, Kamis (20/10/2022).

 

Potensi Permintaan Alat Kesehatan

Menurut dia, peluang pasar produk alat kesehatan (alkes) di Indonesia masih  menjanjikan. Hal itu seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kualitas kesehatan dan bertambahnya jumlah fasilitas layanan kesehatan di Indonesia.Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun 2021, jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 3.112  unit dan puskesmas sebanyak 10.260 unit.

Jumlah itu belum ditambah dengan ribuan klinik yang berada di seluruh pelosok negeri.Pertumbuhan jumlah rumah sakit 2021  mencapai 5,17% dibandingkan tahun 2020 (year on year/YoY)).

Pertumbuhan juga diperkirakan masih berlanjut pada  2022 ini dan berimbas pada permintaan alat kesehatan. Hingga Juli 2022, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan,  jenis produk alat kesehatan dari luar negeri yang beredar di Indonesia mencapai 154.041 atau sekitar 87,3 %. Sementara  jenis alkes dari  produk lokal yang beredar hanya mencapai 22.422 atau 12,7 persen .

Berdasarkan data yang disajikan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, pertumbuhan sarana produksi alat kesehatan terus meningkat. Dari 193 perusahaan di tahun 2015, telah mencapai 891 perusahaan pada  2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya