Liputan6.com, Jakarta - PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) membidik pertumbuhan pendapatan hingga Rp 1,4 triliun dan laba bersih Rp 100 miliar pada 2023, usai menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Raihan pendapatan perseroan pada 2022 sebesar Rp1,2 triliun dan untuk laba bersih sekitar Rp 60 miliar. Direktur Nusantara Sawit Sejahtera Miniwati Kasmita menuturkan, pihaknya menargetkan pendapatan hingga Rp 1,4 triliun dan laba bersih Rp 100 miliar pada 2023.
Baca Juga
"Pendapatan Rp 1,4 triliun dan laba bersih Rp 100 miliar pada tahun ini," kata Miniwati saat ditemui di BEI, Jumat (10/3/2023).
Advertisement
Menurut ia, kinerja tersebut akan ditopang oleh segmen bisnis Crude Palm Oil (CPO), Tandan Buah Segar (TBS) dan Palm Kernel (PK). Selain itu, kontribusi penjualan terbesar berasal dari penjualan dalam negeri. Lantaran, perseroan tidak melakukan ekspor dan belum ada rencana ekspor dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Nusantara Sawit Sejahtera juga akan memperluas lahan perkebunan 3.000 hektare (Ha) pada tahun ini. Sedangkan, hingga saat ini total lahan 26.000 Ha.
Sementara itu, perseroan sedang mengembangkan dua wilayah, yakni Kapuas dan Gunung Mas di Kalimantan Tengah. Peningkatan lahan di wilayah Kapuas sebesar 1.000 Ha dan Gunung Mas 2.000 Ha.
"Kami siapkan (belanja modal) sekitar Rp 200 miliar lebih untuk penambahan pabrik dan lahan. Dari dana internal 30-40 persen ada dana dari IPO juga, dana itu ada dua sumbernya perbankan dan internal, IPO hanya tambahan," ujar dia.
Di samping itu, perseroan juga akan menambah pabrik baru dan ditargetkan rampung pada kuartal IV tahun ini. Dengan begitu, produksi secara keseluruhan diprediksi mencapai 400.000 ton TBS pada 2023.
Harga Saham NSSS Dibuka Naik Rp 11 saat Perdagangan Perdana di BEI Hari Ini 10 Maret 2023
Sebelumnya, PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk resmi tercatat dengan kode emiten NSSS di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat, 10 Maret 2023. Lantas, bagaimana laju saham NSSS pada perdagangan perdana?
Mengutip data RTI, saham NSSS dibuka naik Rp 11 ke posisi Rp 138 per saham dari harga awal Rp 127. Harga saham NSSS berada di posisi Rp 129 atau 1,57 persen pada pukul 9.25 WIB.
Saham Nusantara Sawit Sejahtera berada di level tertinggi Rp 138 dan terendah Rp 126 per saham. Total frekuensi perdagangan 20.123 kali dengan volume perdagangan 394,15 juta saham. Nilai transaksi harian Rp 51,61 miliar.
Perusahaan holding dan aktivitas konsultasi manajemen lainnya, PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSS) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana atau intial public offering (IPO) pada hari ini 10 Maret 2023.
Dalam aksi korporasi ini, perseroan melepas sebanyak 3,568 miliar saham kepada publik. Jumlah saham yang ditawarkan tersebut mencapai 15 persen dari modal disetor NSS setelah penawaran umum perdana saham.
Perseroan merampungkan penawaran awal (book building) pada 17-22 Februari 2023. Setelah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Februari 2023, NSS lalu melanjutkan dengan masa penawaran umum perdana saham pada 2- 8 Maret 2023.
Presiden Direktur Nusantara Sawit Sejahtera, Teguh Patriawan menyebut nilai nominal saham Perseroan sebesar Rp50 per saham.
"Harga perdana saham NSS ini sebesar Rp127 per lembar. Itu berarti dana yang kami himpun melalui IPO saham ini sebesar Rp453,165 miliar," kata Teguh dalam keterangan resminya, Jumat (10/3/2023).
Advertisement
IPO Nusantara Sawit Sejahtera Alami Kelebihan Permintaan
Teguh mengatakan, selama masa penawaran umum, berdasarkan sistem e-IPO, perseroan mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 13,9 kali. Hal ini menunjukan tingginya animo investor terhadap saham IPO NSS.
Seiring dengan penawaran umum perdana saham, NSS juga menerbitkan sebanyak 1,784 miliar waran seri I, atau sebanyak 8,82 persen dari total saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO ini disampaikan.
Setiap pemegang dua saham baru berhak memperoleh satu waran seri I, dimana setiap pemegang satu waran seri I berhak membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp190 per saham.
"Jika seluruhnya dilaksanakan oleh pemegang waran seri I, dana yang akan diperoleh NSS mencapai Rp338,982 miliar," ungkap Teguh.
PT Mitra Agro Dharma Unggul merupakan pemegang saham mayoritas NSS sebelum IPO dengan persentase kepemilikan sebesar 59,11 persen. Kemudian Ir. Teguh Patriawan memiliki 17,12 persen saham, PT Nusantara Makmur Lestari 10,75 persen, Yantoni Kerisna sebesar 6,14 persen, Thomas Tampi sebesar 5,00 persen, dan PT Bina Palangka Makmur sebesar 1,88 persen.
Menurut Teguh, dana hasil IPO rencananya akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas produksi, pembiayaan penanaman baru, dan modal kerja entitas anak. Dana tersebut akan disalurkan melalui mekanisme penyertaan modal.
Dana Hasil IPO
PT Borneo Sawit Perdana (BSP) menjadi salah satu anak usaha yang akan menerima suntikan modal dengan dana hasil IPO. Sekitar 33 persen akan digunakan untuk belanja modal dalam membangun pabrik kelapa sawit seluas 40 hektare (ha) berkapasitas 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam dan fasilitas pendukungnya.
Sekitar 9,4 persen akan digunakan untuk pemenuhan modal kerja BSP dalam pembelian pupuk dan agrochemical atau bahan kimia pertanian.
PT Bina Sarana Sawit Utama (BSSU) juga akan mendapat suntikan dana hasil IPO, sekitar 47 persen akan digunakan untuk belanja modal dalam rangka penanaman baru perkebunan sawit. Dari jumlah tersebut, 15 persen di antaranya akan dipakai untuk pembebasan lahan seluas 6.831 ha agar berstatus hak guna usaha (HGU). Adapun sisa anggaran akan dipakai untuk proses pembibitan hingga pemupukan selama periode belum menghasilkan.
Kemudian, sekitar 10,6 persen dana hasil IPO akan disalurkan kepada PT Prasetya Mitra Muda untuk pemenuhan modal kerja PMM dalam pembelian pupuk dan agrokimia atau bahan kimia pertanian.
"Dana yang diperoleh Perseroan dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan untuk belanja modal ke entitas anak dengan mekanisme penyertaan modal," imbuhnya.
Advertisement