Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten rokok telah melaporkan kinerja keuangan perusahaan untuk tahun buku 2022 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, umumnya emiten rokok mencatatkan kenaikan pada sisi pendapatan. Sayangnya, beberapa perusahaan mencatatkan kinerja laba yang tak sejalan.
PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) terpantau memimpin, baik dari pertumbuhan pendapatan maupun laba. Sepanjang 2022, pendapatan WIIM tercatat sebesar Rp 3,7 triliun. Pendapatan itu naik 35,51 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 2,73 triliun.
Baca Juga
Dari raihan itu, perseroan berhasil mengukuhkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun buku 2022 yakni Rp 249,33 miliar. Naik 41,13 persen dibandingkan laba 2021 sebesar Rp 176,67 miliar.
Advertisement
Kondisi serupa dicatatkan oleh PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC). Penjualan ITIC sepanjang 2022 naik 17,11 persen menjadi Rp 279,18 miliar dari Rp 238,4 miliar pada 2021. Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 23,95 miliar. Laba ini naik 30,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 18,37 miliar.
Laba HMSP dan GGRM Kompak Amblas
Dua perusahaan rokok raksasa, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) kompak mencatatkan penurunan dari sisi laba.
Namun, HM Sampoerna masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan, sementara pendapatan GGRM turun tipis sepanjang 2022. Penjualan bersih HMSP sepanjang tahun lalu tercatat sebesar Rp 111,21 triliun. Penjualan ini naik 12,48 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 98,87 triliun.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 6,32 triliun. Laba ini susut 11,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 7,14 triliun. Sementara Gudang Garammembukukan pendapatan sebesar Rp 124,68 triliun pada 2022.
Pendapatan itu turun 0,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 124,88 triliun. Sejalan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut 50,41 persen menjadi Rp 2,78 triliun dari Rp 5,61 triliun pada 2021.
Menakar Prospek Saham Emiten Rokok di Tengah Sentimen Cukai hingga Kebijakan Pemerintah
Sebelumnya, sejumlah saham emiten rokok menguat meski dibayangi sejumlah sentimen negatif. Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menuturkan, saham emiten rokok sementara ini sentimennya masih kurang baik, terutama karena kenaikan cukai hingga 10 persen pada 2023.
Akibatnya, sentimen tersebut bakal menekan margin, terutama pada saham yang mayoritas produknya SKM, seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
"Sehingga menekan margin terutama pada saham yang mayoritas produknya SKM seperti GGRM," kata Jono kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (28/1/2023).
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani mengatakan, prospek saham emiten rokok masih kurang baik. Bahkan, prospek kinerja keuangan dan industrinya pun sedang melandai karena beberapa kebijakan, seperti kenaikan pajak.
"Mayoritas perusahaan rokok mengalami penurunan laba bersih mereka secara tahunan. Selain itu permintaan di masa depan untuk rokok berpotensi tersendat seiring semakin mahalnya harga rokok dan meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengurangi kebiasaan sering merokok," kata Arjun.
Advertisement
Sentimen Saham Emiten Rokok
Arjun menjelaskan, sentimen yang memberikan pengaruh terhadap saham emiten rokok, antara lain kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesadaraan masyarakat terhadap bahaya rokok, seperti menaikan tarif rokok yang sudah diterapkan.
"Selain itu, produk alternatif seperti e-cigarette bisa jadi alternatif lebih sehat untuk masyarakat yang ingin mengalih kebiasaan rokok mereka ke alternatif yang lebih sehat," kata dia.
Namun, Arjun tidak merekomendasikan saham emiten rokok untuk jangka panjang, karena sentimennya tetap negatif dan prospeknya kurang bagus serta lemahnya kinerja keuangan.
Bagi para investor, Arjun menilai trading jangka pendek masih ada potensi. Ia merekomendasikan beli untuk saham GGRM dengan target harga Rp 23.900 per saham dengan harga support Rp 21.700 per saham.
"Tapi untuk short term trading ada potensi. Masih bisa beli GGRM menurut saya target price Rp 23.900 dengan harga support Rp 21.700," kata Arjun.
Saham Emiten Rokok Melompat
Sebelumnya, saham emiten rokok terpantau mengepul dalam perdagangan beberapa hari terakhir. Untuk diketahui, setidaknya ada empat saham emiten rokok yang saat ini diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Antara lain, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM), PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Pada perdagangan hari ini, Kamis 26 Januari 2023 harga saham keempat emiten itu terpantau berada di zona hijau.
Melansir data RTI, harga saham WIIM naik 10 poin atau 1,31 persen pada penutupan sesi I. WIIM dibuka pada posisi 765 dan bergerak pada rentang 750---970. Dalam sepekan, harga saham WIIM telah naik 9,93 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham WIIM telah naik 69,96 persen.
ITIC ditutup naik 2 poin atau 0,74 persen ke posisi 274 pada perdagangan sesi I. ITIC dibuka pada posisi 272 dan bergerak pada rentang 268---286. Harga saham ITIC telah naik 10,48 persen dalam sepekan. Dalam satu terakhir, harga saham ITIC naik 0,74 persen.
Harga saham dua raksasa rokok HMSP dan GGRM juga naik signifikan. GGRM naik 1.500 poin atau 7,48 persen ke posisi 21.550. GGRM dibuka pada posisi 10.050 dan bergerak pada rentang 20.050---21.925. Dalam sepekan, saham GGRM telah 26,58 persen.
Sayangnya, harga saham GGRM malah terkoreksi 30,26 persen dalam satu tahun terakhir. Tak jauh berbeda dengan GGRM, saham HMSP juga ditutup naik pada perdagangan sesi I hari ini. HMSP naik 65 poin atau 7,18 persen ke posisi 970.
Saham HMSP dibuka pada posisi 905 dan bergerak pada rentang 895---970. Harga saham HMSP naik 17,58 persen dalam sepekan. Namun dalam satu terakhir, harga saham HMSP terkoreksi 1,1,52 persen.
Advertisement