Wall Street Kompak Tertekan, Investor Khawatir Sektor Perbankan Sebelum Keputusan Suku Bunga The Fed

Wall street kompak merosot pada perdagangan Selasa, 2 Mei 2023. Indeks S&P 500 alami koreksi terbesar. Koreksi wall street terjadi seiring investor khawatir krisis perbankan.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Mei 2023, 06:28 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2023, 06:28 WIB
Wall Street Kompak Tergelincir Imbas Investor Khawatir Krisis Perbankan
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Rabu, 2 Mei 2023 waktu setempat karena kekhawatiran pelaku pasar kembali seputar penularan di sektor perbankan regional jelang keputusan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Selasa, 2 Mei 2023  karena kekhawatiran pelaku pasar kembali seputar penularan di sektor perbankan regional jelang keputusan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Dikutip dari CNBC, Rabu (3/5/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 367,17 poin atau 1,08 persen ke posisi 33.684,53. Indeks S&P 500 susut 1,16 persen ke posisi 4.119,58. Indeks Nasdaq terpangkas 1,08 persen ke posisi 12.080,51. Rata-rata tiga indeks acuan jatuh untuk sesi kedua berturut-turut.

Saham bank merosot dengan SDPR S&P Regional Banking ETF melemah lebih dari 6 persen. Pelaku pasar mempertanyakan stabilitas lembaga keuangan regional yang kecil setelah krisis yang melanda wall street pada Maret 2023 dan menyebabkan berakhirnya Silicon Valley Bank dan First Republic Bank. Bank regional PacWest dan Western Alliance masing-masing turun 27 persen dan 15 persen.

Sementara itu, saham JPMorgan Chase merosot 1,6 persen. Sehari sebelumnya, saham JPMorgan naik setelah pengambilalihan First Republic Bank regional. Bank besar lainnya termasuk Goldman Sachs dan Citigroup juga turun lebih dari 2 persen. Saham Bank of America susut 3 persen.

“Kami berpikir bahwa kekhawatiran seputar sektor bank, dikombinasikan dengan kegelisahan terkait plafon utang, dan yang paling penting, kekhawatiran atas sikap kebijakan suku bunga the Fed yang tidak pasti di masa depan, semuanya berkontribusi terhadap sentimen penghindaran risiko ini,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk, dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, area seperti sektor bank yang sudah mengalami tekanan juga melihat kegelisahan yang lebih besar karena faktor-faktor penyebab lainnya ini.

Menanti Pertemuan the Fed

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Pertemuan kebijakan bank sentral atau the Federal Reserve (the Fed) dalam dua hari ini diprediksi dengan bank sentral AS bakal dongkrak suku bunga 25 basis poin (bps) pada Rabu, 3 Mei 2023 waktu setempat. Menurut the CME Group’s FedWatch, pelaku pasar menilai peluang sekitar 85 persen dari kenaikan suku bunga. Investor akan mencari petunjuk apakah the Fed akan mempertahankan suku bunga yang stabil setelah pertemuan ini, atau apakah akan lebih mengetatkan kebijakan moneter untuk melawan inflasi.

Hal yang membebani sentimen pada perdagangan Selasa, adalah kabar dari Departemen Keuangan AS kalau negara itu dapat mencapai batas utang lebih cepat dari yang diharapkan. Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan pada Senin, 1 Mei 2023 kalau AS mungkin kehabisan langkah untuk membayar utangnya paling cepat 1 Juni 2023, lebih awal dari tenggat akhir Juli yang diperkirakan Goldman.

“Anda memiliki koktail sempurna untuk hari bebas risiko. Ini adalah hari bebas risiko dengan tiga situasi biner menatap dari cakrawala jangka pendek,” ujar Chief Market Strategist B.Riley Wealth Management, Art Hogan.

 

 

Krisis Perbankan AS Masih Jadi Perhatian Pelaku Pasar

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Goldman Sachs mengatakan, investor belum sepenuhnya bergerak melewati krisis bank pada Maret 2023 karena saham perbankan diperdagangkan lebih rendah pada perdagangan Selasa pekan ini.

Analis perusahaan mencatat setelah kegagalan Silicon Valley Bank dan Signature Bank pada Maret 2023, kekhawatiran pasar dengan cepat diredakan dengan suntikan deposit di First Republic Bank.

“Sejak mencapai titik terendah di 3.808 pada 13 Maret, S&P 500 naik hampir 10 persen pada Senin malam di belakang ketegangan yang mereda, serta musim laba yang  kuat sejauh ini dan konsensus yang berkembang kalau the Fed akan segera menghentikan siklus kenaikan suku bunga selama setahun,” tulis Analis Goldman Sachs.

Analis Goldman menambahkan, pada perdagangan Selasa, 2 Mei 2023, pihaknya melihat kembali kekhawatiran pada Maret 2023 setelah JPMorgan mengumumkan akuisisi First Republic Bank pada Senin, 1 Mei. Saham bank regional susut 4 persen.

Sektor saham energi dan keuangan mencatat kinerja buruk pada perdagangan Selasa pekan ini seiring semua sektor S&P 500 berubah menjadi merah.

The Energy Select Sector SPDR Fund melemah hampir 5 persen, diikuti the Financial Select Sector SPDR Fund merosot 2,7 persen.

Sementara itu, sektor saham consumer discreationary dan health care mengalami koreksi terbatas. The Consumer Discreationary Select Sector SPDR Fund (XLY) dan Health Care Select Sector SPDR Fund (SLV) masing-masing melemah 0,9 persen dan 1 persen.

Penutupan Wall Street 1 Mei 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat atau wall street kompak tertekan pada perdagangan saham Senin, 1 Mei 2023. Indeks Dow Jones melemah pada awal pekan ini setelah penyitaan aset First Republic oleh pemerintah pada akhir pekan dan bank dijual kepada JPMorgan Chase.

Dikutip dari CNBC, Selasa (2/5/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 46,46 poin atau 0,14 persen ke posisi 34.051,70. Indeks S&P 500 melemah 0,04 persen menjadi 4.167,87. Indeks Nasdaq susut 0,11 persen menjadi 12.212,60.

Saham JPMorgan Chase naik 2,1 persen setelah menjadi pemenang lelang untuk First Republic. Bank besar itu akuisisi semua simpanan pemberi pinjaman First Republic yang bermasalah dan “sebagian besar aset”. Kesepakatan ini membuat JPMorgan Chase yang telah menjadi salah satu bank terbesar di Amerika Serikat akan menjadi lebih besar lagi.

CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon menuturkan, kesepakatan itu menyelesaikan sebagian besar kejatuhan di sektor perbankan yang telah dimulai sejak keruntuhan tiba-tiba Sillicon Valley Bank pada Maret 2023.

“Hanya ada begitu banyak bank yang offside dengan cara ini. Mungkin ada satu lagi bank yang lebih kecil, tapi ini menyelesaikan semuanya, bagian dari krisis ini sudah berakhir,” ujar dia.

Jamie Dimon memberitahukan kepada pemegang saham melalui telepon setelah kesepakatan diumumkan. CEO Infrastructure Capital Management Jay Hatfiel mewaspadai kesepakatan pengambilalihan dapat meredam kejatuhan lebih lanjut di antara saham-saham bank regional.

“Saya tidak akan terkejut jika tidak ada lagi serangan terhadap bank regional, oleh short seller. Terutama tidak begitu banyak selama musim laba, tetapi saat kita memasuki Mei dan Juni, dan saat orang mencari shorts untuk melakukan lindungi nilai,” ujar dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya