Liputan6.com, Jakarta - Mandiri Sekuritas mempertahankan proyeksi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di posisi 7.510 hingga akhir 2023. Proyeksi tersebut belum mengalami revisi sejak awal tahun.
Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menilai, arah IHSG akan lebih banyak dipengaruhi sentimen global seperti arah kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
Baca Juga
“Untuk target IHSG, kita masih belum lakukan revisi. Jadi masih sama seperti proyeksi awal tahun di level 7.510 untuk tahun ini,” kata dia dalam Jumpa Pers Equity and Fixed Income Markets Outlook 2023, Rabu (7/6/2023).
Advertisement
Merujuk pada sentimen global itu, Adrian menilai sektor yang selama ini terimbas kenaikan suku bunga kemungkinan akan berbalik arah, seiring proyeksi suku bunga yang landai. Sementara untuk sentimen di dalam negeri, Adrian mengatakan investor akan banyak mencermati isu pemilihan umum (pemilu).
Secara historis, musim pemilu memang akan mendongkrak kinerja sektor konsumer sebagai konsekuensi dari aliran dana kampanye. Selain dua sentimen itu, faktor lain yang mendorong kinerja IHSG tahun ini adalah pertumbuhan EPS (Earnings per Share) dan struktur neraca perdagangan yang lebih baik.
"Jadi prospek cerah karena perlambatan inflasi dan siklus kenaikan suku bunga The Fed yang memuncak. Selain itu data inflasi di Amerika sudah melewati puncaknya, sehingga US treasury yield akan turun, serta dolar melemah,” kata Adrian.
Pada perdagangan hari ini, Rabu 7 Juni 2023, IHSG ditutup naik 0,01 persen ke posisi 6.619. Berdasarkan data Bursa EFek Indonesia (BEI), total frekuensi perdagangan di seluruh pasar tercatat sebanyak 1,41 juta kali. Volume saham yang ditransaksikan mencapai 17,4 juta lembar senilai Rp 10,3 triliun.
Menanti Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed, Sektor Saham Ini Berpotensi Cuan
Sebelumnya, pelaku pasar masih menanti arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Seiring inflasi AS yang makin stabil, suku bunga The Fed diperkirakan mulai landai. Saat itu terjadi, akan berimbas pada prospek sejumlah sektor saham, terutama sektor yang sensitif terhadap suku bunga.
"Tahun depan atau akhir tahun ini key driver global (lebih menjadi perhatian). Kalau domestik ada pemilu, global adalah kapan The Fed turunkan suku bunga, kapan cate cut bisa agresif. Sehingga saham-saham yang selama ini terimbas kenaikan suku bunga akan berbalik arah. Makanya kita masukkan rate sensitive sector di semester II untuk top pick-nya," kata Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer dalam Jumpa Pers Equity and Fixed Income Markets Outlook 2023, Rabu (7/6/2023).
Khusus untuk pemilu, Adrian mengatakan sektor konsumer akan menjadi juara. Hal itu merujuk pada tingkat konsumsi yang cenderung naik saat periode pemilu sebagai konsekuensi dari aliran dana kampanye. Sementara dari sentimen suku bunga The Fed, Adrian menyebutkan beberapa sektor saham yang berpotensi rebound salah satunya teknologi.
"Rate sensitive sector, sebenarnya kita sudah masukkan dari awal tahun. Jadi memang salah satunya teknologi yang kita masukkan, GOTO. Lalu kalau untuk lainnya kia juga masukkan telko dan nanti tower company," imbuh Adrian.
Dari sisi indeks harga saham gabungan (IHSG), Mandiri Sekuritas masih belum melakukan revisi. Perusahaan memperkirakan IHSG bisa menembus 7.510 sampai akhir 2023. Terdapat beberapa hal penopang IHSG di tahun depan. Beberapa faktor yang mendorong kinerja IHSG tahun ini adalah pertumbuhan EPS (Earnings per Share) dan struktur neraca perdagangan yang lebih baik.
Advertisement
Target IHSG pada 2023
Sebelumnya, pertumbuhan investasi dan pasar modal dinilai bakal tumbuh pada tahun ini. Dengan demikian, Mandiri Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 7.510 pada 2023.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana optimistis pertumbuhan investasi dan pasar modal pada 2023.
"Memang banyak concern mengenai kondisi perekonomian dunia dan Indonesia pada 2023, tapi kami tetap optimis bahwa pertumbuhan investasi dan pasar modal Indonesia akan terus naik. Tahun ini kita proyeksikan IHSG di 7.510," kata Oki di sela acara Mandiri Investment Forum, ditulis Kamis (2/2/2023).
Di sisi lain, Oki menyebutkan, IHSG sedikit terdampak dengan adanya rotasai dana investor asing ke China.
"Memang ada IHSG sedikit terdampak dengan adanya rotasi dana investor asing ke China, karena China reopening lebih awal dari yang kita perkirakan tapi kita yakin pertumbuhan perusahaan-perusahaan dari sisi EPS kita prediksi 17 persen di luar komoditas," kata dia.
Dia mengatakan, Indonesia dinilai masih sangat baik dibandingkan dengan emerging market lainnya.
"Jadi ini sangat baik sekali dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan di emerging market lain. Ini yang membuat kita sangat optimis," ujar dia.
Sementara itu, Oki melihat animo investor baik ritel, institusi, investor strategis sangat besar.
"Kita melihat animo investor baik ritel dan institusi sangat besar dan juga strategis investor. Tahun ini berbeda dengan tahun lalu di mana strategic investor benar-benar khususnya di middle east datang ke Indonesia untuk investasi di Indonesia," katanya.
Bakal Bawa BUMN IPO pada 2023
Sebelumnya, PT Mandiri Sekuritas (Mandiri Sekuritas) sudah mengantongi sejumlah perusahaan yang siap gelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana mengatakan kebanyakan calon emiten yang IPO lewat Mandiri Sekuritas memiliki nilai emisi di atas Rp 1 triliun. Dia sempat mengungkap perusahaan pelat merah yang akan IPO lewat Mandiri Sekuritas.
"Kita perkirakan semua (calon emiten) di atas Rp 1 triliun.Pokoknya perusahaannya bagus-bagus. BUMN ada. Dan itu gede-gede semua,” kata Oki di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman menyebutkan terdapat entitas anak dan cucu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pipeline IPO di Bursa. Adapun BEI memasang target 55 perusahaan tercatat pada 2022. Realisasinya sampai dengan tahun ini sudah mencapai 54 perusahaan. Total perusahaan tercatat di BEI saat ini sebanyak 820 perusahaan.
"Jadi sisa (pipeline) sebanyak 39 perusahaan akan dibawa (IPO) ke tahun depan. Termasuk anak BUMN. Ada beberapa anak BUMN. Tapi ada kerahasiaan, saya tidak bisa sebut nama sebelum proses bookbuilding,” kata dia.
Namun, sebagai gambaran, Iman memastikan empat perusahaan yang siap IPO tahun ini semuanya merupakan perusahaan swasta. Sehingga kemungkinan IPO anak cucu BUMN akan terjadi pada tahun depan.
"Jadi, untuk IPO anak cucu BUMN tahun ini bisa mungkin ataupun tidak. Tapi lebih ke tahun depan karena empat perusahaan yang mau IPO swasta semua,” pungkas Iman.
Advertisement