Liputan6.com, Jakarta - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) bakal memboyong anak usahanya, PT Kimia Farma Apotek (KFA) melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Direktur Utama Kimia Farma David Utama menjelaskan, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk membawa anak usahanya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika sudah siap, KFA bakal segera menggelar IPO.
Baca Juga
"Pasti ada (rencana IPO), kalau sudah siap pasti lari kesana," kata David saat ditemui di Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Advertisement
David menegaskan, IPO tersebut tidak akan digelar dalam waktu dekat ataupun akhir tahun ini. Meski demikian, ia belum bisa menjabarkan kapan persisnya aksi penggalangan dana di pasar modal itu berlangsung.
Selain itu, dalam rangka memperkuat bisnisnya, Kimia Farma baru saja menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Adapun kerja sama yang dimaksud adalah untuk saling bersinergi dan berkolaborasi dalam memberikan layanan kesehatan yang baik bagi masyarakat Indonesia.
MoU tentang Pengembangan Kerja Sama Strategis Bidang Layanan Kesehatan ini menjadi landasan strategis bagi kedua perusahaan termasuk afiliasi atau entitas anak usahanya untuk melakukan kerja sama melalui berbagai aktivitas, kegiatan, dan transaksi.
Pada saat yang sama, PT Medika Komunika Teknologi (KlikDokter), anak perusahaan Kalbe yang bergerak di bidang bidang layanan Kesehatan berbasis digital dan PT Kimia Farma Apotek (KFA), anak perusahaan Kimia Farma di sektor ritel kesehatan, menandatangani dua perjanjian kerja sama.
Pertama, perjanjian kerja sama tentang penebusan obat secara online dengan resep digital dan fisik (e-prescription dan non e-prescription) melalui aplikasi KlikDokter dan melalui marketplace KALStore yang dilakukan pelayanannya melalui outlet apotek KFA. Kedua, perjanjian kerja sama tentang layanan telemedicine melalui video call pada aplikasi Kimia Farma Mobile.
MoU pengembangan kerja sama strategis bidang layanan kesehatan ini menjadi bentuk komitmen Kimia Farma dan Kalbe dalam mendukung program kesehatan pemerintah melalui upaya preventif dan promotif. MoU juga mencakup kolaborasi pemasaran dan penjualan masing-masing produk kedua perusahaan baik secara offline maupun online.
Hingga saat ini apotek milik Kimia Farma yang tersebar di Indonesia telah mencapai 1.247 unit.
Kinerja Semester I 2023
Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan penjualan Rp 4,95 triliun. Raihan itu naik 11,78 persen dibandingkan semester I 2022 yang tercatat sebesar Rp 4,43 triliun.
"Raihan pendapatan Kimia Farma secara konsolidasi hingga Juni 2023 disokong oleh kuatnya penjualan produk dan peningkatan jasa layanan laboratorium medis dan klinik," ungkap Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, David Utama dalam keterangan resmi, Senin (31/7/2023).
David mengatakan, dari sisi kategori produk, obat generik menyumbang pendapatan sebesar Rp 1,07 triliun atau meningkat sekitar 25,26 persen dari Rp 858,96 miliar. Selain itu, penjualan produk etikal dan lisensi juga meningkat 13,99 persen menjadi sebesar Rp 1,89 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yaitu sebesar Rp 1,65 triliun.
Adapun penjualan obat over the counter (OTC) dan kosmetika tumbuh 4,85 persen, dari periode tahun 2022 sebesar Rp1,01 triliun menjadi Rp 1,06 triliun pada semester I tahun 2023.
Advertisement
Kontribusi Kinerja
Sementara itu, kategori alat kesehatan berkontribusi senilai Rp 49,02 miliar, terkontraksi 14,75 persen dibanding periode tahun sebelumnya sebesar Rp 57,50 miliar. Di tengah rebranding yang tengah digencarkan, layanan laboratorium medis dan klinik berkontribusi baik terhadap pendapatan.
Dalam laporan keuangan tercatat capaian layanan laboratorium medis dan klinik sebesar Rp 488,16 miliar atau meningkat 16,60 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 418,66 miliar.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 31 Juli 2023, beban pokok penjualan ikut naik menjadi Rp 3,11 triliun dari Rp 2,95 triliun pada semester I 2022.
Meski begitu, laba kotor perseroan pada paruh pertama tahun ini masih naik menjadi Rp 1,83 triliun dibanding semester I 2022 sebesar Rp 1,48 triliun.
Laba Perseroan
Pada periode yang sama, laba usaha tercatat sebesar Rp 236,3 miliar. Berbanding terbalik dengan posisi Juni 2022 di mana perseroan membukukan rugi usaha Rp 15,67 miliar.
Hal ini umumnya ditopang selisih kurs mata uang asing pada paruh pertama 2023 sebesar Rp 901,45 juta, dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat minus Rp 1,76 miliar. Hingga 30 Juni 2023, perseroan membukukan beban keuangan Rp 256,56 miliar dan penghasilan keuangan Rp 17,33 miliar, dan manfaat pajak penghasilan sebesar Rp 3,82 miliar.
"Pencapaian kinerja positif tersebut mampu mendorong bottom line Kimia Farma dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 19,47 miliar sepanjang semester I 2023. Jika dibandingkan pada periode sama tahun lalu, Kimia Farma mencatat kerugian bersih Rp 206,30 miliar," ujar David.
Sementara, pada periode tersebut perseroan masih membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 21,76 miliar, susut dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 205,12 miliar.
Aset perseroan hingga 30 Juni 2023 naik menjadi Rp 20,6 triliun dari Rp 20,35 triliun pada Desember 2022. Liabilitas naik dari Rp 11,01 triliun pada akhir tahun lalu menjadi Rp 11,23 triliun per Juni 2023. Ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik tipis menjadi Rp 9,37 triliun dibandingkan posisi 31 Desember 2022 sebesar Rp 9,34 triliun.
Advertisement