Melihat Kinerja Keuangan Emiten Bank BUMN hingga Kuartal III 2023, Siapa Catat Pertumbuhan Terbesar?

Hingga akhir kuartal III 2023, mayoritas emiten perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membukukan kenaikan pendapatan maupun laba.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 06 Nov 2023, 14:37 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2023, 14:36 WIB
Ilustrasi daftar kode bank
Himpunan Bank Milik Negara alias Himbara (Mandiri, BRI, BNI) telah melaporkan kinerja keuangann untuk periode sembilan bulan pertama 2023.(Photo by vectorjuice on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Himpunan Bank Milik Negara alias Himbara (Mandiri, BRI, BNI) telah melaporkan kinerja keuangan untuk periode sembilan bulan pertama 2023.

Pada periode tersebut, mayoritas emiten bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membukukan kenaikan pendapatan maupun laba. Lantas, emiten apa yang paling cuan sepanjang periode kuartal III 2023? Menarik untuk diketahui, berikut ini Liputan6.com ulas soal kinerja emiten perbankan BUMN.

1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil menjaga kinerja keuangan yang solid hingga akhir kuartal III 2023. Pada periode tersebut, BRI berhasil mengantongi laba bersih senilai Rp 44,21 triliun atau tumbuh 12,47 persen yoy.

Dari sisi fungsi intermediasi, hingga akhir September 2023 BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 12,53 persen yoy menjadi Rp 1.250,72 triliun. BRI berhasil menurunkan Loan at Risk (LAR), di mana hingga akhir kuartal III 2023 LAR BRI tercatat sebesar 13,80 persen. Angka tersebut membaik atau menurun apabila dibandingkan dengan LAR BRI pada September 2022 yang sebesar 18,68 persen. 

Upaya BRI dalam menjaga kualitas kredit juga berdampak terhadap Credit Cost BRI yang membaik, dari semula 3,02 persen pada kuartal III 2022 menjadi 2,44 persen pada kuartal III 2023. Sebagai bagian dari soft landing strategy, BRI juga tetap menyediakan pencadangan yang memadai, dimana hingga akhir kuartal III 2023 tercatat NPL Coverage BRI mencapai sebesar 228,65 persen.

Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total DPK sebesar Rp1.290,29 triliun atau tumbuh 13,21 persen yoy. Penopang utama DPK BRI masih bersumber dari dana murah (CASA) dengan porsi mencapai 63,64 persen atau sebesar Rp 821,14 triliun. 

Kemudian, hingga akhir September 2023 tercatat pendapatan bunga BRI telah mencapai Rp138,63 triliun atau tumbuh 13,91 persen yoy. Selain itu, itu, aset BRI secara konsolidasian juga meningkat 9,93 persen year on year (yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun. 

2. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

Salah satu BUMN yang telah berhasil mewujudkan transformasi digital adalah PT Bank Mandiri Tbk melalui Super App Livin’ by Mandiri. (Dok Kementerian BUMN)
Salah satu BUMN yang telah berhasil mewujudkan transformasi digital adalah PT Bank Mandiri Tbk melalui Super App Livin’ by Mandiri. (Dok Kementerian BUMN)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berhasil mencatatkan kinerja keuangan positif hingga kuartal III 2023. Bank Mandiri juga berhasil menorehkan rekor sebagai bank pertama di Indonesia dengan total aset konsolidasi yang menembus Rp 2.007 triliun per September 2023 atau tumbuh 9,11 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau year on year (YoY).

Bank Mandiri berhasil menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp 1.315,92 triliun pada September 2023 dari posisi setahun sebelumnya sebesar Rp 1.167,51 triliun atau tumbuh 12,71 persen YoY. 

Dengan demikian, laba bersih Bank Mandiri secara konsolidasi melesat 27,4 persen YoY menjadi Rp 39,1 triliun hingga September 2023. 

Total  dana pihak ketiga (DPK) secara konsolidasi Bank Mandiri tumbuh positif 6,6 persen YoY dari Rp 1.361,3 triliun pada September 2022 menjadi Rp 1.451,7 triliun hingga akhir September 2023 yang ditopang oleh dana murah atau current account and saving account (CASA). Total dana murah Bank Mandiri yakni Tabungan dan Giro berhasil menembus Rp 1.070 triliun, naik sebesar 12,8 persen secara YoY.  

 

Rasio Dana Murah Bank Mandiri

Gedung Bank Mandiri.
Tampak gedung Bank Mandiri. (Foto: Shutterstock)

Rasio dana murah atau CASA Ratio Bank Mandiri praktis terkerek naik menjadi 73,73 persen secara konsolidasi dan 78,8 persen secara bank only pada September 2023. Membaik bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 69,73 persen secara konsolidasi dan 73,2 persen secara bank only. 

Sementara itu, posisi non performing loan (NPL) bank only yang melandai ke level 1,36 persen per September 2023. Posisi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan periode September 2022 di level 2,26 persen atau telah turun sebesar 90 basis poin (bps).

Hingga September 2023, BMRI telah menyiapkan pencadangan yang cukup, dengan NPL Coverage ratio bank only mencapai 339,34 persen, meningkat dari posisi September 2022 yang sebesar 292,28 persen.

Adapun, sampai dengan akhir September 2023, posisi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri makin landai menjadi Rp 23,8 triliun. Jumlah ini sudah jauh lebih rendah dari September 2022 di posisi Rp 45,6 triliun, atau menurun -47,81 persen secara YoY.

Tak hanya itu, biaya kredit atau cost of credit (CoC) Bank Mandiri secara bank only pun berhasil ditekan menjadi 0,73 persen per September 2023. Jauh lebih baik bila dibandingkan periode setahun sebelumnya 1,30 persen.

3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

Gedung BNI (Dok: BNI)
Gedung BNI (Dok: BNI)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengantongi laba bersih BNI senilai Rp15,8 triliun hingga September 2023. Angka itu tumbuh sebesar 15,1 persen secara tahunan (Year on Year/YoY).

BNI juga mampu mencatatkan pertumbuhan kredit sampai dengan September 2023 sebesar 7,8 persen YoY menjadi Rp671,4 triliun, yang didorong oleh ekspansi di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, kredit konsumer, dan Perusahaan Anak.

Dengan demikian, rasio NPL per September telah berada di level 2,3 persen membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,0 persen dan LAR di level 14,4 persen yang membaik dibandingkan dengan posisi 19,3 persen pada September 2022.

Kualitas aset yang terus membaik membuat perseroan dapat mengurangi pembentukan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Hal ini membuat credit cost membaik dari 2,0 persen pada September 2022 menjadi 1,4 persen pada September tahun ini. 

Hingga September 2023, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh 9,1 persen YoY, mencapai Rp747,6 triliun. Rasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9 persen tahun lalu menjadi 21,9 persen per September 2023, jauh di atas persyaratan modal minimum sebesar 13,8 persen. 

Penyaluran kredit terus mengalami akselerasi pada kuartal III 2023, dimana kredit di kuartal ketiga tumbuh 3,2 persen dari posisi Juni atau Quarter on Quarter (QoQ), lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 2,6 persen QoQ. 

Akselerasi kredit ini membuat BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit secara konsolidasi hingga September tahun ini sebesar 7,8 persen YoY. 

 

Kualitas Kredit

Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. (Dok BNI)
Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. (Dok BNI)

Kemudian, kualitas kredit terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio NPL dan LaR. Rasio NPL per September 2023 tercatat berada di level 2,3 persen, telah jauh membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3,0 persen.

Sementara itu, rasio LaR, yang mencakup NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi tercatat sebesar 14,4 persen, membaik dibandingkan September tahun 2022 yang sebesar 19,3 persen. 

Rasio pembentukan beban CKPN terhadap total kredit atau credit cost hingga September 2023 sebesar 1,4 persen, menurun 60 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk pada periode yang sama tahun lalu sebesar 2,0 persen. 

CKPN yang dibentuk sangat memadai untuk meng-cover kebutuhan penambahan pencadangan bagi debitur–debitur yang masih dalam perhatian khusus. Kecukupan pencadangan ini tergambar dari rasio pencadangan untuk NPL dan LaR pada posisi September 2023, yang berada di level memadai masing–masing sebesar 324,5 persen dan 51,1 persen.

Pertumbuhan DPK hingga September 2023 mencapai 9,1 persen YoY lebih tinggi dari pertumbuhan kredit karena BNI menekankan pentingnya membangun likuiditas yang kuat di saat terjadi kenaikan risiko ekonomi global akhir-akhir ini. 

Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) dapat dijaga sesuai dengan target perseroan didukung oleh kemampuan BNI untuk menyeimbangkan komposisi aset dan liabilitas secara efisien.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya