Hadapi Tahun Pemilu, Instrumen Investasi Ini Dapat Jadi Pertimbangan

Investor dapat mencoba strategi investasi yang berpeluang memberikan imbal hasil menarik tetapi tetap aman

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Jan 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2024, 06:00 WIB
Hadapi Tahun Pemilu, Instrumen Investasi Ini Dapat Jadi Pertimbangan
Indonesia bakal gelar hajat demokrasi terbesar tahun ini, yaitu pemilihan umum (pemilu) serentak pada 14 Februari 2024.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia bakal gelar hajat demokrasi terbesar tahun ini, yaitu pemilihan umum (pemilu) serentak pada 14 Februari 2024. Transisi kepemimpinan baru bisanya akan memunculkan kekhawatiran investor terkait sejumlah kebijakan, utamanya bidang ekonomi.

Pada situasi tersebut, investor dapat mencoba strategi investasi yang berpeluang memberikan imbal hasil menarik tetapi tetap aman untuk tahun pesta demokrasi 2024. Yaitu strategi manajemen portofolio yang berimbang antara kelas aset pendapatan tetap (fixed income) dan kelas aset saham (equity) untuk menghadapi volatilitas serta risiko pasar yang diperkirakan masih tinggi.

Head of Research & Advisory Bank Commonwealth Thadly Chandra menuturkan, secara historis pemilu justru berdampak positif terhadap ekonomi, di mana pemilu biasanya meningkatkan likuiditas di pasar keuangan serta meningkatkan aktivitas ekonomi. Kinerja bursa saham menjelang pemilu pun cenderung positif, khususnya enam bulan menjelang pemilu.  

Sebagai contoh, pada pemilu tahun 2014, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat kurang lebih 15 persen sejak Desember 2013 hingga Juli 2014, sedangkan pada pemilu tahun 2019 indeks naik sekitar 11 persen sejak Oktober 2018 hingga April 2019.  

"Selain pemilu, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi investasi pada tahun 2024. Antara lain kondisi perekonomian global yang diperkirakan cenderung melambat, tensi geopolitik yang  berlangsung di Eropa dan Timur Tengah, serta arah kebijakan moneter berbagai bank sentral dunia khususnya The Fed yang diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga acuan pada tahun 2024,” ujar Thadly, dikutip Rabu (3/1/2024).  

Untuk menghadapinya, Thadly mengatakan strategi manajemen portofolio yang berimbang antara kelas aset pendapatan tetap (fixed income) dan kelas aset saham (equity) dengan metode Dollar Cost Averaging atau akumulasi secara bertahap direkomendasikan untuk menghadapi volatilitas serta risiko pasar yang diperkirakan masih tinggi.  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Imbauan kepada Investor

20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Kelas aset pendapatan tetap diperkirakan dapat memberikan peluang yang menarik seiring dengan rencana pemangkasan suku bunga acuan The Fed.

Bank Indonesia (BI) juga memiliki ruang untuk penurunan suku bunga acuan pada tahun 2024 jika inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah stabil. Obligasi dapat dijadikan opsi diversifikasi investasi yang risikonya lebih rendah, namun dengan yield yang relatif stabil dan tetap memberikan return yang menarik.  

Sedangkan kelas aset saham juga memiliki peluang yang menarik dengan pertimbangan kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia yang solid, inflasi yang terkendali, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di atas 5 persen untuk tahun 2024, dan juga aktivitas ekonomi yang diperkirakan meningkat sebagai dampak dari pemilu. Selain itu berdasarkan valuasi Price Earning Ratio IHSG juga menarik di kisaran 15,4x.

"Investor sebaiknya terus memperhatikan perkembangan pasar terkini terkait tensi geopolitik yang masih terus berlangsung, perlambatan ekonomi global yang berpotensi memicu resesi, serta arah kebijakan moneter berbagai bank sentral khususnya the Fed. Selain itu sebaiknya investor juga menyesuaikan dengan profil risiko serta tujuan dan jangka waktu investasi untuk mengoptimalkan portofolio," kata Thadly.

 

 


IHSG Tumbuh 6,1% pada 2023, Catat Posisi 2 di ASEAN

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatat pertumbuhan positif sepanjang 2023. Hal itu di tengah sentimen global yang menciptakan ketidakpastian.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (30/12/2023), IHSG melonjak 6,1 persen ke posisi 7.272,8 secara year to date (Ytd). Kinerja positif tersebut membawa IHSG berada di peringkat dua di ASEAN. Sedangkan di Asia Pasifik, pertumbuhan IHSG berada di peringkat ke-7. Di dunia, pertumbuhan IHSG berada di posisi ke-24.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG dipengaruhi sejumlah hal antara lain menyambut tahun politik. Kemudian ada konflik di Timur Tengah. "Selanjutnya kebijakan the Fed yang pada saat itu masih cenderung higher for longer,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.

Sepanjang 2023, sektor saham infrastruktur catat penguatan terbesar. Sektor saham infrastruktur melambung 80,75 persen. Disusul sektor saham basic materials atau bahan baku naik 7,51 persen, dan sektor saham keuangan melesat 3,07 persen. Selain itu, sektor saham konsumer nonsiklikal bertambah 0,82 persen dan sektor saham properti menguat 0,41 persen.

 


Sektor Saham

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, sektor saham teknologi terpangkas 14,07 persen dan catat koreksi terbesar. Disusul sektor saham perawatan kesehatan turun 12,07 persen, sektor saham energi melemah 7,84 persen, sektor saham industri tergelincir 6,86 persen. Selanjutnya sektor saham transportasi dan logistic susut 3,64 persen, sektor saham konsumer siklikal melemah 3,46 persen.

Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) tercatat berada pada posisi Rp10,75 triliun, diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,8 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,2 juta kali.

Terdapat rekor baru dari sisi kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai angka Rp11.762 triliun pada 28 Desember 2023. Rekor baru lain juga tercatat dari sisi volume transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebesar 89 miliar lembar saham pada 31 Mei 2023.

Dari sisi pertumbuhan investor, jumlah investor pasar modal pada 2023 mencatatkan pertumbuhan sebesar 17,95% dari 10,31 juta pada 2022 meningkat menjadi 12,16 juta per 27 Desember 2023.

Jumlah tersebut terdiri dari jumlah investor saham dan surat berharga lainnya (5,25 juta), reksa dana (11,40 juta), surat berharga negara atau SBN (1 juta). Sedangkan dari data demografi per 27 Desember 2023, investor pasar modal masih didominasi oleh 62,03% laki-laki, 56,41% usia di bawah 30 tahun, 31,77% pegawai (negeri, swasta dan guru), 64,19% lulusan SMA, 45,80% berpenghasilan 10-100 juta/bulan dan 67,68% berdomisili di pulau Jawa.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya