BEI Incar Kapitalisasi Pasar USD 1 Triliun di Akhir 2024, Mungkinkah?

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan kapitalisasi pasar saham tembus USD 1 triliun pada akhir tahun ini. Optimisme Bursa disokong laju indeks harga saham gabungan (IHSG) yang kembali mencatatkan level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) ke level 7.436,03 pada Rabu (14/8).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Agu 2024, 10:29 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2024, 10:29 WIB
IHSG Menguat
Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan kapitalisasi pasar saham tembus USD 1 triliun pada akhir tahun ini. Optimisme Bursa disokong laju indeks harga saham gabungan (IHSG) yang kembali mencatatkan level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) ke level 7.436,03 pada Rabu (14/8).

Analis berpendapat target ambisius itu bisa saja tercapai, namun tidak mudah. Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono mencatat kapitalisasi pasar saham saat ini berada di angka USD 773 miliar. Untuk bisa mencapai target di sisa tahun ini, harus ada emiten besar atau kapitalisasi besar yang masuk Bursa, misalnya seperti IPO GOTO.

Wahyu menambahkan, pendorong lain yang bisa menyumbang pada angka kapitalisasi pasar yakni jika kinerja mayoritas emiten naik signifikan di sisa tahun ini. Atau dengan asumsi IHSG bisa tembus rekor baru, misalnya di atas 8.000.

“Masih ada sekitar 4 bulan, ya mungkin saja (tercapai), tapi berat juga. Major listing atau big IPO sudah sulit. Sejauh ini tidak ada agenda nya. Harapan besar pada masuknya kapitalisasi besar dari asing ke bursa,” kata Wahyu kepada Liputan6.com, Jumat (16/8/2024).

Namun untuk memastikan kondisi tersebut, Wahyu mengatakan pemicunya tidak bisa kondisi normal. Harus ada kecemasan bursa global seperti Wall Street dan Eropa sehingga ada potensi dana asing masuk IHSG. Ini pernah terjadi saat pandemi Covid-19, di mana Bursa Wall Street dan Eropa mengalami bear market dan anjlok lebih 20%, namun IHSG malah ke rekor 7.000.

“Logika moneternya bisa saja mendukung. The Fed cut rate, daya tarik bisa berkurang, lower yield AS. Jika mereka masuk ke Indonesia bisa saja terjadi dan aset yang dipilih adalah saham di bursa kita,” kata Wahyu.

 

Kapitalisasi Pasar

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Idealnya, kapitalisasi pasar naik jika kinerja ekonomi bagus, kinerja perusahaan baik, dan investor masif beli saham. Sayangnya, Wahyu menilai faktor tersebut belum sepenuhnya kondusif. Di mana kinerja emiten banyak yang turun sehingga investor tidak tertarik, serta volume transaksi juga turun.

“Namun, jika kondisi ideal tersebut tidak terjadi sementara Bursa AS dan Eropa memburuk, bursa kita bisa jadi target pelarian aset,” tukas Wahyu.

Senada, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menjabarkan sejumlah faktor yang bisa andil mengerek kapitalisasi pasar saham. Di antaranya kenaikan harga saham dan IPO jumbo. Hal itu mengibgat target kenaikannya cukup besar yaitu 25% dari market cap sekarang.

Namun lebih santai, Desmond menilai kapitalisasi pasar bersifat dinamis. Sehingga tak jadi soal jika target tersebut tidak tercapai tahun ini.

“Tidak apa-apa kalau tidak tercapai. Tidak ada keharusan market cap harus naik terus setiap waktu. Market bersifat dinamis. Market cap bisa naik, bisa turun. Itu hal normal di pasar saham,” kata Desmomd.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya