Harga Saham BMRI Kembali ke Level 7.000an, Bagaimana Rekomendasinya?

Mengawali kuartal IV, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil kembali ke zona hijau dengan kenaikan 1,81 persen ke posisi 7.050.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Okt 2024, 19:30 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2024, 19:30 WIB
Harga Saham BMRI Kembali ke Level 7.000an, Bagaimana Rekomendasinya?
Harga saham Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terpantau kembali ke zona hijau pada perdagangan hari ini, Selasa 1 Oktober 2024 (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Harga saham Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terpantau kembali ke zona hijau pada perdagangan hari ini, Selasa 1 Oktober 2024, setelah mengalami tekanan selama sepekan. Sejak Selasa, 24 September pekan lalu, BMRI ditutup pada zona merah hingga ke posisi 6.925 per 30 September 2024.

Mengawali kuartal IV, BMRI berhasil kembali ke zona hijau dengan kenaikan  1,81 persen ke posisi 7.050. Frekuensi perdagangan saham BMRI hari ini tercatat sebanyak 10.257 kali. Merujuk data RTI, volume saham yang ditransaksikan yakni 82,69 juta lembar senilai Rp 581,69 miliar. Dalam sepekan, BMRI turun 5,05 persen, tetapi masih naik 16,53 persen YTD.

Secara teknikal, Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai BMRI mencoba untuk bangkit kembali. "Rekomendasinya accumulative buy pada saham BMRI dengan TP 1 di 7.550, TP 2 di 7.800, TP 3 di 9.500, serta support pada 7.225 dan 6.925," ungkap Nafan kepada Liputan6.com,  Selasa (1/10/2024).

Di sisi lain, Investment Analyst Lead Stockbit, Edi Chandren menilai pemangkasan suku bunga berpotensi memberikan sentimen positif terhadap beberapa sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti perbankan. Dalam perhitungannya, penurunan biaya pendanaan (CoF) dapat berdampak positif pada Net Interest Margin (NIM) perbankan.

"Untuk sektor ini, saham jagoan Stockbit Sekuritas ada BMRI, BNGA, dan NISP," ulas Edi.

Bank Mandiri sendiri berencana menurunkan suku bunga, baik untuk bunga kredit maupun bunga dana. Penurunan suku bunga utamanya akan diberlakukan pada pengajuan baru. Sementara bunga kredit dan bunga dana yang sudah dan atau sedang berjalan, menyesuaikan bunga yang berlaku secara fix.

"Transmisinya sebagian besar dari kredit kita reference rate, jadi sudah pasti turun. Reference plus margin, jadi sudah pasti turun untuk bunga kredit. Kalau bunga dana yang tergantung program yang baru. Kalau yang baru itu ya langsung (suku bunga terbaru), tapi yang sudah berjalan fixing itu (tidak berubah) karena ada kontrak," jelas Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi kepada wartawan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kisi-Kisi Pembagian Dividen

Bank Mandiri
Ilustrasi gedung Bank Mandiri/Istimewa.

Darmawan juga memberikan kisi-kisi pembagian dividen tahun buku 2024. Mengenai besaran atau dividen payout ratio (DPR), Dermawan mengatakan kemungkinan masih sama dengan tahun buku sebelumnya.

Sebagai gambaran, pada tahun buku 2023 Bank Mandiri membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2023 sebesar Rp 33,03 triliun. Pembagian dividen itu setara 60 persen dari laba bersih 2023.  

"Gak ada perubahan. Kinerja Mandiri bagus, jadi paling tidak sama dengan tahun lalu untuk rasionya. Secara capital memang kita cukup, sehingga DPR kita proyeksikan tidak akan turun," kata Dermawan kepada wartawan, Senin, 30 September 2024.

Secara historis, selama lima tahun terakhir Bank Mandiri telah membagikan dividen dengan DPR sebesar 60 persen. Ke depan, Bank Mandiri akan terus mempertahankan konsistensi perusahaan agar terus dapat meningkatkan value kepada seluruh pemegang saham.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Siklus Pemangkasan Suku Bunga, Bagaimana Langkah Bank Mandiri?

Bank Mandiri.
Gedung Bank Mandiri. (Foto: Istimewa)

Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) secara bersamaan menurunkan suku bunga acuan. The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Pemangkasan ini lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penurunan 25 bps.

Sementara, BI mengambil keputusan serupa dengan menurunkan suku bunga acuan BI Rate dari 6,25% menjadi 6%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

Sejalan dengan kebijakan tersebut, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berencana melakukan penurunan suku bunga, baik untuk bunga kredit maupun bunga dana. Penurunan suku bunga utamanya akan diberlakukan pada pengajuan baru. Sementara bunga kredit dan bunga dana yang sudah dan atau sedang berjalan, menyesuaikan bunga yang berlaku secara fix.

"Transmisinya sebagian besar dari kredit kita reference rate, jadi sudah pasti turun. Reference plus margin, jadi sudah pasti turun untuk bunga kredit. Kalau bunga dana yang tergantung program yang baru. Kalau yang baru itu ya langsung (suku bunga terbaru), tapi yang sudah berjalan fixing itu (tidak berubah) karena ada kontrak," jelas Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi kepada wartawan, Senin (30/9/2024).

BI memperkirakan peluang bagi the Fed untuk menurunkan suku bunga sebesar 75 bps pada tahun 2024, lebih tinggi dari proyeksi bulan sebelumnya sebesar 50 bps.

Chief of Economist PT Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, Bank Indonesia juga menilai bahwa penurunan suku Bank Indonesia yang lebih cepat dibandingkan the Fed, didorong oleh kepastian terkait pemangkasan suku bunga di AS, penguatan Rupiah, inflasi yang rendah, serta kebutuhan untuk mendukung perekonomian, pembiayaan fiskal, dan sektor perbankan.

 


Pertumbuhan Kredit

BI memperkirakan pertumbuhan kredit akan mencapai batas atas target 10-12% untuk 2024, dengan kontribusi signifikan dari sektor tersier dan industri yang menciptakan lapangan kerja.

Belum ada indikasi dari BI untuk menurunkan GWM, tetapi Bank Indonesia mengungkapkan bahwa 'diskon GWM' sebesar 4% sejauh ini telah menambah likuiditas sebesar total Rp 256 triliun atau 3,4% dari dana pihak ketiga.

"Ini mengindikasikan GWM efektif sebesar 5,6% dibandingkan 9% dalam headline. BI memproyeksikan pertumbuhan PDB 5,1% untuk 2024 dan melihat potensi peningkatan ke arah 5,2% bahkan bisa lebih tinggi untuk 2025, didorong oleh belanja fiskal yang lebih agresif," tambah Rangga.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya