Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan investasi milik Warren Buffett yakni Berkshire Hathaway telah menjual saham sehingga menambah kekayaannya menjadi USD 133,2 miliar atau sekitar Rp 2.109 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.836) hingga kuartal III 2024.
Di sisi lain, Warren Buffett hanya beli saham USD 5,8 miliar atau sekitar Rp 91,85 triliun sepanjang 2024. Hal itu mencerminkan pola sama dengan 2023, saat Berkshire Hathaway hanya jual saham senilai USD 32,8 miliar dan hanya beli USD 9,1 miliar.
Baca Juga
Mengutip Yahoo Finance, Sabtu (30/11/2024), Buffett memberikan sinyal yang bisa dibilang pesimistis tentang pasar. Untuk pertama kalinya dalam enam tahun, Berkshire tidak membeli kembali atau buyback saham. Ini sebuah tanda Warren Buffett menganggap saham Berkshire dinilai terlalu tinggi pada harga saat ini.
Advertisement
Perusahaan tersebut yang kepemilikannya meliputi perusahaan asuransi, perusahaan kereta api BNSF, utilitas, restoran, produsen produk konsumen, perusahaan energi dan manufaktur serta portofolio saham yang beragam memiliki kapitalisasi pasar sekitar USD 1 triliun. Itu merupakan gambaran kecil dari pasar saham itu sendiri.
"Keengganan Buffett untuk membeli kembali saham perusahaan tampaknya mencerminkan pemikiran tentang pasar lebih luas,” demikian seperti dikutip.
Warren Buffett yang dikenal sebagai salah satu investor terhebat sepanjang masa dikenal karena mengatakan takutlah saat orang lain tamak, dan tamaklah saat orang lain takut. "Saat ini ia tampaknya mengambil sikap takut. Valuasi yang tinggi secara historis terutama dalam rasio CAPE menunjukkan pasar sedang tamak,” demikian seperti dikutip.
Alasan Buffett Jual Saham
Sebagian besar penjualan saham Berkshire berasal dari sahamnya yang besar di Apple yang telah menjadi kepemilikan terbesar di Berkshire selama beberapa tahun. Buffett telah memuji perusahaan itu dalam beberapa kesempatan.
Selama empat kuartal terakhir, Berkshire telah menjual 615,6 juta saham Apple yang hasilkan sekitar USD 125 miliar atau sekitar Rp 1.980 triliun.
Dalam suatu wawancara, Buffett terus memuji bisnis Apple tetapi mengindikasikan mengambil keuntungan adalah langkah yang bijaksana karena ia yakin pemerintah akan segera menaikkan pajak keuntungan modal.
Beberapa politikus di Washington, Amerika Serikat telah membahas langkah tersebut, tetapi tidak ada undang-undang yang telah disahkan, dan langkah itu sekarang tampaknya tidak mungin karena Presiden Terpilih Donald Trump telah menganjurkan pemotongan pajak perusahaan.
Donald Trump juga mendapatkan dukungan dari sebagian besar pelaku di wall street dan komunitas bisnis yang tampaknya enggan melihat tarif keuntungan modal yang naik.
Buffett telah memberikan indikasi lain kalau dia yakin pasar dinilai terlalu tinggi. Ia menuturkan, dalam surat kepada pemegang sahamnya awal tahun ini, dan tidak ada lagi peluang akuisisi yang menarik bagi perusahaannya. Namun, terlalu menyederhanakan jika dikatakan penjualan saham Berkshire semata-mata merupakan hasil dari keyakinan Buffett kalau pasar dinilai terlalu tinggi.
Advertisement
Tak Sempurna
Perlu diingat, Buffett tidak seperti semua investor membuat kesalahan, dan bahkan tidak selalu mengikuti pepatahnya tentang rasa takut ketika orang lain serakah.
Misalnya pada 2007, ketika pasar saham mencapai puncak jelang krisis keuangan besar, kejatuhan terburuk dalam karier Buffett, Berkshire dengan bersemangat membeli saham, bukan menjualnya untuk disimpan demi resesi yang melumpuhkan. Pada tahun itu, Berkshire membeli saham senilai USD 19,1 miliar dan hanya jual USD 8,1 miliar.
“Baru-baru ini, rekam jejak Berkshire sebagai pembeli dan penjual bersih saham bervariasi, jadi tampaknya itu bukan indikator terbaik dari pemikiran Buffett,” demikian seperti dikutip.
Pada 2020, saham yang tertekan akibat pandemi COVID-19, Berskhire menjadi penjual bersih saham, sebuah tanda perusahaan itu gagal memanfaatkan kejatuhan pasar pada Maret.
Buffett juga mengatakan kalau menentukan waktu pasar adalah hal yang mustahil, jadi dia tidak berharap untuk menjual saham sebelum kejatuhan dan membeli saat harga sedang turun, meski dia berkomentar tentang rasa takut dan keserakahan.
Apa arti bagi investor individu?
Sebagai investor individu, mudah untuk mencari sinyal dalam perilaku Buffett, dan terkadang sinyal itu benar. Misalnya, ada tanda-tanda lain kalau pasar saham mungkin dinilai terlalu tinggi dan keyakinannya tentang pajak yang akhirnya naik dapat divalidasi karena defisit dan utang nasional adalah masalah yang mungkin memerlukan kenaikan pajak untuk memperbaikinya.
Namun, perlu diingat kalau pasar saham cenderung naik seiring waktu dan investor jangka panjang telah diberi imbalan bahkan untuk membeli tepat sebelum merosot. Misalnya, indeks S&P 500 naik hampir 300 persen sejak puncaknya pada 2007, dan hampir dua kali lipat sejak puncaknya sebelum kejatuhan akibat COVID-19.
“Memperhatikan pergerakan Warren Buffett bukanlah ide yang buruk, tetapi Anda juga harus ingat kalau pembeli secara historis telah diberi imbalan oleh pasar saham, bahkan pada saat terburuk, jika bertahan cukup lama,”
Advertisement