Liputan6.com, Jakarta - Salah satu momentum untuk berinvestasi pada obligasi adalah saat suku bunga turun. Umumnya, penurunan suku bunga meningkatkan harga obligasi di pasar sekunder.
Selain itu, obligasi yang sudah diterbitkan dengan kupon tetap menjadi lebih menarik dibandingkan instrumen lain dengan imbal hasil yang menyesuaikan suku bunga terkini.
Advertisement
Baca Juga
Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan baru-baru ini akan memberikan angin segar bagi pasar obligasi domestik. Langkah ini dinilai dapat meningkatkan minat investor terhadap obligasi, baik dari kalangan institusional maupun individu.
Advertisement
"Dengan turunya suku bunga BI maka imbal hasil obligasi jangka pendek memiliki potensi penurunan ke depannya, sehingga dapat menguntungkan reksa dana pendapatan tetap durasi pendek," kata Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Ezra Nazula kepada Liputan6.com, Minggu (19/1/2025).
Kondisi makro ekonomi global, khususnya AS masih menjadi pusat perhatian. Menurut Ezra, jika data-data ekonomi melemah dapat membuka ruang untuk The Fed menurunkan suku bunga lebih banyak dari ekspektasi pasar.
"Itu membuat nilai mata uang Dollar melemah sehingga dana aliran asing dapat kembali masuk ke pasar berkembang seperti Indonesia," imbuh Ezra.
Secara moneter, Bank Indonesia (BI) fokus pada stabilitas rupiah. Terakhir, BI terpaksa menurunkan suku bunga untuk menjaga nilai tukar rupiah. Kebijakan ini dilakukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan global, khususnya akibat kebijakan Federal Reserve (Fed) dan penguatan dolar AS. Sebelumnya, BI mempertahankan suku bunga pada 17-18 Desember lalu.
Namun, peningkatan ketidakpastian ekonomi global, termasuk ketegangan geopolitik, membuat BI mengarahkan kebijakan moneternya untuk menjaga stabilitas rupiah.
Stabilitas Rupiah
Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono menilai, stabilitas rupiah menjadi penting untuk menekan dampak penguatan dolar AS, seperti menjaga harga impor dan daya beli masyarakat.
Jika rupiah stabil, konsumen dan produsen yang terdampak oleh fluktuasi dolar dapat lebih termitigasi dari tekanan ekonomi lebih lanjut. Meskipun demikian, potensi penguatan dolar AS masih menjadi ancaman bagi perekonomian domestik. Untuk sementara, kebijakan pelonggaran moneter BI memberikan manfaat bagi perbankan, sektor riil, dan konsumen, terutama yang berkaitan dengan impor.
"Kebijakan ini juga memberikan dampak positif bagi pasar obligasi, khususnya obligasi korporasi. Pelonggaran moneter membantu sektor riil dan menurunkan risiko gagal bayar, yang berkontribusi pada penguatan pasar obligasi," kata dia.
Data Pefindo mencatat penerbitan obligasi korporasi tahun lalu mencapai Rp 149,73 triliun. Sementara kebutuhan refinancing pada 2025 diperkirakan akan meningkat, dengan surat utang jatuh tempo mencapai Rp 159,74 triliun.
Likuiditas lembaga keuangan yang semakin ketat juga mendorong perusahaan mencari alternatif pendanaan yang lebih murah. Penurunan suku bunga menjadi angin segar bagi pasar obligasi, sementara euforia pemangkasan BI Rate turut mendorong kenaikan di bursa saham dan pasar surat utang negara.
Namun, ketidakpastian global, termasuk kebijakan Federal Reserve dan situasi geopolitik, masih menjadi tantangan bagi stabilitas ekonomi domestik.
Advertisement
Mengenal Obligasi, Instrumen Investasi yang Bisa Dilirik saat Suku Bunga Turun
Sebelumnya, obligasi adalah instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Sebagai salah satu pilihan investasi, obligasi menawarkan imbal hasil berupa kupon (bunga) yang dibayarkan secara periodik hingga jatuh tempo.
Namun, kapan waktu yang tepat untuk melirik obligasi sebagai pilihan investasi?
Salah satu momentum untuk berinvestasi pada obligasi adalah saat suku bunga turun. Melansir berbagai sumber, penurunan suku bunga meningkatkan harga obligasi di pasar sekunder.
Selain itu, obligasi yang sudah diterbitkan dengan kupon tetap menjadi lebih menarik dibandingkan instrumen lain dengan imbal hasil yang menyesuaikan suku bunga terkini. Jenis obligasi yang direkomendasikan adalah obligasi pemerintah atau obligasi korporasi dengan kupon tetap.
Kondisi lainnya, yakni saat terjadi ketidakpastian. Obligasi, terutama obligasi pemerintah, dianggap sebagai instrumen investasi yang relatif aman (safe haven) dibandingkan saham saat kondisi ekonomi tidak menentu. Investor cenderung mencari stabilitas dan kepastian pembayaran kupon. Jenis obligasi yang direkomendasikan adalah obligasi pemerintah seperti Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi berbasis syariah (sukuk).
"Ke depannya, pasar obligasi masih terkait kondisi eksternal, terutama terkait kebijakan tarif yang akan diterapkan Trump dan arah suku bunga Fed," kata Ekonom BCA, David Sumual kepada Liputan6.com, Jumat (17/1/2025).
Ketika Volatilitas Pasar Saham Tinggi
Saat volatilitas pasar saham sedang tinggi, juga menjadi momentum untuk masuk pasar obligasi. Obligasi memiliki risiko lebih rendah dibandingkan saham, sehingga menjadi pilihan ideal untuk mendiversifikasi portofolio.
Saat pasar saham fluktuatif, obligasi dapat memberikan pendapatan tetap yang stabil. Jenis obligasi yang direkomendasikan adalah obligasi dengan tenor pendek hingga menengah.
Obligasi menawarkan stabilitas dan pendapatan tetap, sehingga dapat mengurangi risiko keseluruhan portofolio yang terlalu berat di saham atau aset berisiko tinggi lainnya. Instrumen ini cocok untuk diversifikasi. Jenis yang direkomendasikan adalah kombinasi obligasi pemerintah dan korporasi dengan profil risiko yang sesuai.
Di tengah tren menuju keberlanjutan (Sustainability), obligasi juga bisa jadi pilihan investasi hijau. Green bonds atau obligasi berbasis lingkungan semakin populer karena memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan sambil tetap memberikan imbal hasil kompetitif. Jenis yang direkomendasikan seperti green bonds atau sukuk hijau.
Di samping itu, kupon obligasi memberikan arus kas yang teratur, sehingga cocok bagi investor yang mencari pendapatan pasif, seperti pensiunan atau investor konservatif. Jenis yang direkomendasikan untuk target pendapatan tetap seperti obligasi dengan kupon tinggi atau obligasi jangka panjang.
Obligasi adalah instrumen investasi yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi pasar. Namun perlu dicatat, sebelum berinvestasi, penting untuk memahami profil risiko, tenor obligasi, serta tujuan keuangan Anda. Jika dikelola dengan baik, obligasi dapat menjadi instrumen yang memberikan stabilitas dan pendapatan tetap di berbagai kondisi ekonomi.
Advertisement