Setelah menempuh proses cukup panjang untuk membeli saham PT Axis Telekom Indonesia, manajemen PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 5 Februari 2014.
Dalam keterangan yang diterbitkan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/2/2014), bagi pemegang saham publik yang tidak menyetujui rencana penggabungan antara XL dengan Axis dapat mengajukan manajemen XL dan Axis untuk membeli saham publik dengan harga wajar.
Penentuan harga saham publik yang dijual kepada manajemen XL di kisaran Rp 5.280 per saham. Harga saham itu merupakan harga wajar yang ditetapkan penilai. Angka itu lebih tinggi dari harga saham yang ditentukan setelah mendapatkan persetujuan Menkominfo untuk penggabungan Axis dan XL di kisaran harga Rp 5.200.
Pada perdagangan saham Selasa (4/2/2014), saham EXCL ditransaksikan melemah 1,02% ke level Rp 4.855 per saham. Nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp 4,3 miliar.
Pemegang saham publik yang berhak untuk mengajukan penjualan sahamnya kepada manajemen XL bila terdaftar dalam Daftar Pemegang Saham pada 6 Januari 2014. Pemegang saham publik itu dapat mengajukan pembelian sahamnya satu hari sebelum panggilan RUPSLB.
Jadwal sementara untuk periode pernyataan kehendak pemegang saham publik yang bermaksud menjual sahamnya pada 6 Februari-25 Februari 2014. Sementara itu, pembayaran atas pembelian saham milik pemegang saham publik pada 9 April 2014.
Sementara itu, penggabungan usaha PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telekom Indonesia diharapkan efektif pada 28 Maret 2014.
Manajemen XL Axiata akan mengambilalih saham Axis mencapai 95% dengan nilai transaksi sekitar US$ 865 juta atau setara Rp 10,04 triliun. Angka itu dengan mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI per 30 September 2013 sebesar Rp 11.613 terhadap dolar Amerika Serikat.
Dana pembelian saham Axis itu berasal dari induk usaha perseroan yaitu Axiata Group Berhad sebesar US$ 500 juta, dan sisanya pinjaman perbankan.
Proyeksi Kinerja Perseroan
Berdasarkan laporan penilai dari Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan menyebutkan, proyeksi laba perseroan bila terkonsolidasi dengan Axis maka memperoleh laba sebesar Rp 3,5 triliun, sedangkan tanpa Axis sebesar Rp 3,2 triliun.
Selain itu, rata-rata debt to equity XL dengan Axis mencapai 146%, sedangkan rata-rata debt to equity XL tanpa Axix mencapai 90%. Dengan rasio utang yang lebih tinggi maka dapat menurukan kemampuan perseroan dalam mendapatkan pinjaman untuk pembiayaan rencana pengembangan perseroan. (Ahm)
Dalam keterangan yang diterbitkan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/2/2014), bagi pemegang saham publik yang tidak menyetujui rencana penggabungan antara XL dengan Axis dapat mengajukan manajemen XL dan Axis untuk membeli saham publik dengan harga wajar.
Penentuan harga saham publik yang dijual kepada manajemen XL di kisaran Rp 5.280 per saham. Harga saham itu merupakan harga wajar yang ditetapkan penilai. Angka itu lebih tinggi dari harga saham yang ditentukan setelah mendapatkan persetujuan Menkominfo untuk penggabungan Axis dan XL di kisaran harga Rp 5.200.
Pada perdagangan saham Selasa (4/2/2014), saham EXCL ditransaksikan melemah 1,02% ke level Rp 4.855 per saham. Nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp 4,3 miliar.
Pemegang saham publik yang berhak untuk mengajukan penjualan sahamnya kepada manajemen XL bila terdaftar dalam Daftar Pemegang Saham pada 6 Januari 2014. Pemegang saham publik itu dapat mengajukan pembelian sahamnya satu hari sebelum panggilan RUPSLB.
Jadwal sementara untuk periode pernyataan kehendak pemegang saham publik yang bermaksud menjual sahamnya pada 6 Februari-25 Februari 2014. Sementara itu, pembayaran atas pembelian saham milik pemegang saham publik pada 9 April 2014.
Sementara itu, penggabungan usaha PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telekom Indonesia diharapkan efektif pada 28 Maret 2014.
Manajemen XL Axiata akan mengambilalih saham Axis mencapai 95% dengan nilai transaksi sekitar US$ 865 juta atau setara Rp 10,04 triliun. Angka itu dengan mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI per 30 September 2013 sebesar Rp 11.613 terhadap dolar Amerika Serikat.
Dana pembelian saham Axis itu berasal dari induk usaha perseroan yaitu Axiata Group Berhad sebesar US$ 500 juta, dan sisanya pinjaman perbankan.
Proyeksi Kinerja Perseroan
Berdasarkan laporan penilai dari Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan menyebutkan, proyeksi laba perseroan bila terkonsolidasi dengan Axis maka memperoleh laba sebesar Rp 3,5 triliun, sedangkan tanpa Axis sebesar Rp 3,2 triliun.
Selain itu, rata-rata debt to equity XL dengan Axis mencapai 146%, sedangkan rata-rata debt to equity XL tanpa Axix mencapai 90%. Dengan rasio utang yang lebih tinggi maka dapat menurukan kemampuan perseroan dalam mendapatkan pinjaman untuk pembiayaan rencana pengembangan perseroan. (Ahm)