Liputan6.com, Jakarta Baru saja satu hari ditayangkan di hari pertama, Kamis (8/9/2016), film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 sudah mengumpulkan angka penonton cukup fantastis, yakni 270 ribu. Jelas, kabar ini menggembirakan produser Falcon Pictures yang memang habis-habisan mempromosikan film yang disutradarai Anggy Umbara itu.Â
Â
Advertisement
Baca Juga
Kesuksesan mencetak angka penonton itu membuat pihak bioskop, yaitu Cinema 21, CGV Blitz, dan Cinemaxx memberikan tambahan layar untuk memutar film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1.
Awalnya Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 hanya diputar di 230 layar di hari pertama, Kamis kemarin. Kini, penonton bisa melihat akting Abimana Aryasatya (Dono), Vino G Bastian (Kasino) dan Tora Sudiro (Indro) dengan jumlah layar hampir tiga kali lipat.  Jumlah layar itu sama sama dengan setengah dari keseluruhan layar bioskop di Tanah Air.
Gegap gempita sambutan penonton untuk film karya sutradara Anggy Umbara ini sudah diprediksi banyak orang. Pertama, gaya promosi Falcon Pictures yang unik membuat kesadaran pencinta film nasional sudah dibangun jauh-jauh hari.Â
Betapa tidak, Anda sudah dibuat penasaran sejak beberapa bulan lalu tentang siapa sebenarnya pemeran utama film drama komedi ini. Belum lagi setelah kelar syuting, aksi promosi yang dilakukan produser terbilang unik. Mulai dari menutup Gedung Veteran Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, dengan poster film ini, sampai disarungnya beberapa gerbong kereta commuter line di Ibu Kota dengan gambar wajah Warkop DKI versi baru.Â
Warkop DKI Ingin Seperti James Bond
Sejak menghidupkan kembali karakter Warkop DKI, Indro Warkop, satu-satunya personel Warkop DKI yang masih hidup, sudah sadar bakal bertarung dengan nasib. Indro Warkop yang juga duduk sebagai produser eksekutif sangat menjaga agar elemen-elemen film ini tetap lekat dengan sosok dirinya dan dua rekannya, mendiang Kasino dan Dono.Â
Namun, tulisan kali ini tak akan berbicara soal teknis penyutradaraan film yang digadang-gadang bakal menjadi film box office tahun ini. Warkop DKI dengan puluhan judul film komedinya yang ditayangkan sejak akhir tahun 1970-an sampai 1990-an telah menjadi ikon di industri film nasional.Â
Elemen perempuan cantik, kemasan cerita komedi dengan bumbu splastik, hingga gaya plesetan lagu-lagu hit dan celetukan banyolan yang berhamburan dari mulut pemain utamanya, telah menjadi top of mind pencinta film di Tanah Air. Dan, semua itu dihadirkan kembali dengan manis oleh sang sutradara, meski film ini berpangkal dari satu judul film Warkop DKI versi lama, yaitu Chips.Â
Warkop DKI memang sebuah fenomena di industri film Tanah Air. Melestarikan dengan cara menghidupkan kembali film ini dalam format bukan sekedar remake menjadi hal menarik. Apalagi,  jika ternyata kelak film ini benar-benar menjadi box office.
"Saya ingin Warkop DKI seperti film-film James Bond. Karakter saya dan Mas Kasino dan Mas Dono bisa dimainkan oleh aktor manapun," papar Indro. Jelas pencinta film James Bond mahfum, karakter agen rahasia 007 ini memang sudah dimainkan beberapa aktor sejak puluhan tahun silam hingga kini.Â
Advertisement
Bukan Biopic, tapi Bisa Nostalgia
Dan, terbukti sosok Dono, Kasino dan Indro hadir kembali dengan porsi pas lewat akting Abimana Aryasatya, Vino G Bastian dan Tora Sudiro. Semua tetap mempertahankan karakter asli tapi dikemas dalam rasa kekinian juga. Bukan wajah, tapi gestur dan dialog kocak mereka seperti layaknya sang legenda juga dihadirkan kembali.
Ini memang bukan film biopic, tapi aktor-aktor muda ini begitu asyik kita nikmati aktingnya seperti para senior di film-film terdahulu. Salut!
Maka, lewat tulisan tematik akhir pekan ini, Liputan6.com ingin mengajak pembaca untuk kembali bernostalgia mengulik apa saja yang menjadi ciri khas film-film Warkop DKI sejak dulu. Ini boleh menjadi bekal generasi muda saat ini, untuk mengenal kembali Warkop DKI,Â
Pembabakan tulisan, seperti biasa akan hadir dalam tiga artikel di hari Sabtu (10/9/2016) dan tiga artikel di hari Minggu (11/9/2016).Â
Selamat menikmati. Dan ingat, ingat, tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Nah!