PDPI: Wajib Deteksi Dini Gejala COVID-19 agar Pengobatan Cepat

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr Agus Dwi Susanto, Sp.P (K) menuturkan, hilang pembau dan hilang rasa sekarang menjadi gejala khas COVID-19.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Sep 2020, 15:02 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Beredar rekaman suara seorang anak dari pemilik Indonesia Motor Situbondo, Jawa Timur yang menceritakan kronologi meninggalnya sang ayah karena terpapar COVID-19 pada 9 September 2020.

Rekaman suara itu dibuat oleh Iwan Soetikno, anak dari pemilik Indonesia Motor Situbondo Hadi Soetikno. Ia membuat dua rekaman yang berisi kronologi sang ayah dan sang adik terpapar COVID-19. Selain itu juga pesan mengenai gejala awal COVID-19 dan imbauan mematuhi protokol kesehatan kepada anak muda di gerejanya. Iwan juga menjadi salah satu guru di gereja lokal.

Iwan menuturkan, gejala awal dialami sang adik bernama Yudhi yaitu demam dan tidak bisa mencium bau.  Saat itu, adiknya tidak bisa cium alkohol, kunyit dan minyak kayu putih. Demikian juga sang ayah dan pembantunya yang tidak bisa mencium bau.

"Ciri utama tidak bisa cium bau. Badan sehat, greges, demam, tapi tidak bisa cium bau, bau alkohol, minyak kayu putih. Adik, papa, pembantu tidak bisa cium bau,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis, Selasa (22/9/2020).

Sang adik pun berinisiatif ke dokter untuk memeriksa kondisinya. Ia menceritakan kondisi tak bisa mencium bau. Sang dokter pun menyebutkan, kalau hal tersebut salah satu ciri COVID-19. Namun, saat jalani tes cepat atau rapid test COVID-19, hasilnya nonreaktif.

"Ketika itu dia langsung datang inisiatif ke dokter chrisnanda. Langsung bilang ini ciri-ciri COVID-19. Sebelum ngomong ke dokter, ngomong ke mama, dan mama bilang demam biasa. Ternyata inisiatif ke dokter, kata dokter itu 85 persen mutlak ciri-ciri COVID-19. Ternyata rapid tes negatif, yo wiss tidak terlalu banyak berpikir, selang satu hari Yudhi kemudian kondisi badan sudah mulai enak, kondisi demam sudah mulai hilang, tapi masih tidak bisa cium aroma," ujar dia, seperti dikutip dari rekaman.

Iwan mengingatkan kepada anak muda untuk mewaspadai COVID-19. Hal itu karena seseorang dapat sebagai carrier atau pembawa virus yang dapat menularkan kepada orang lain.

Iwan menuturkan, penularan COVID-19 tersebut akan berbahaya ditularkan kepada lansia mulai dari orangtua, kakek, nenek, paman dan orang di sekitar yang berusia di atas 50 tahun.  Ia mengatakan, memang bagi anak muda mengganggap kuat untuk hadapi COVID-19, tetapi ketika menulari kepada orangtua memiliki penyakit penyerta maka dapat berbahaya.

Selain itu, ia mengingatkan untuk deteksi awal gejala COVID-19, salah satunya ketika tidak bisa mencium bau. 

"Contohnya begini coba ambil kopi, ketika flu lakukan, bisa tau enggak itu bau kopi, atau kasih alkokol kalian masih mampu cium alkohol. Ketika kalian tidak mampu cium alkohol itu, 85 persen itu terjangkit COVID-19. dengan sadar diri berusaha menghindari keluarga kalian, atau isolasi mandiri jangan sampai terlambat,sehingga  mengenai orang lanjut usia," ujar dia.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Agus Dwi Susanto, Sp.P (K) menuturkan, hilang pembau dan hilang rasa sekarang menjadi gejala khas COVID-19. Hal itu juga tertuang dalam pedoman WHO dan pedoman tatalaksana COVID-19.

Disebutkan dalam pedoman tersebut kalau kriteria epidemiologis seseorang dengan gejala akut anosmania (hilangnya kemampuan indra penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa) dengan tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi.

Agus menuturkan, deteksi dini wajib dilakukan, bila muncul gejala-gejala curiga COVID-19 secepat mungkin ke rumah sakit (RS), dokter dan klinik.

"Jangan ditunda-tunda. Data rumah sakit yang rawat COVID-19 menunjukkan pengobatan yang lebih cepat pada gejala ringan kesembuhan hampir 100 persen. Jadi dengan cepat datang, cepat diobati, cepat sembuh,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, jika datang telat, kondisi lebih berat sehingga risiko kematian dapat terjadi karena COVID-19. "Pesan untuk COVID-19 ini, early detection, early treatment. Kenali secara dini dan obati secepatnya,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Perkembangan COVID-19 di Jawa Timur hingga 21 September 2020

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Sebelumnya, Jawa Timur mencatat tambahan kasus positif COVID-19 lebih tinggi dari pasien sembuh pada Senin, 21 September 2020.

Ada tambahan pasien positif COVID-19 sebanyak 368 orang di Jawa Timur. Total kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 41.076 orang.

Tambahan harian pasien positif COVID-19 di Jawa Timur termasuk terbanyak ketiga di Indonesia. Di posisi pertama dicatatkan DKI Jakarta dengan tambahan pasien COVID-19 sebanyak 1.352 orang. Posisi kedua dicatatkan Jawa Barat dengan tambahan pasien COVID-19 sebanyak 680 orang.

Sementara itu, pasien sembuh dari COVID-19 bertambah 341 orang di Jawa Timur. Total pasien sembuh dari COVID-19 menjadi 33.575 orang di Jawa Timur.

Tambahan pasien sembuh dari COVID-19 di Jawa Timur secara harian terbanyak kedua di Indonesia. Posisi pertama dicatatkan DKI Jakarta dengan tambahan pasien sembuh dari COVID-19 sebanyak 1.299 orang. Posisi ketiga dicatat Jawa Tengah dengan tambahan pasien positif COVID-19 sebanyak 321 orang.

Di satu sisi, pasien meninggal karena COVID-19 bertambah 25 orang menjadi 2.990 orang di Jawa Timur. Angka kematian karena COVID-19 di Jawa Timur termasuk tertinggi di Indonesia. Disusul DKI Jakarta sebanyak 1.570 orang dan Jawa Tengah sebanyak 1.272 orang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya