Faisal Batubara atau lebih dikenal dengan nama Faisal Basri (6 November 1959) adalah seorang politikus asal Indonesia. Selain seorang politisi, Faisal Basri juga merupakan seorang ekonom. Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat ini adalah lulusan Master of Arts di Vanderbilt University dalam bidang Ekonomi.
Nama Basri berasal dari nama ayahnya, Hasan Basri Batubara. Faisal juga masih memiliki keturunan dengan wakil presiden RI, Adam Malik. Pria yang tergabung dalam Ikatan Alumni Ekonomi ini menjadi salah satu yang mendirikan Majelis Amanat Rakyat, yang sekarang menjadi Partai Amanat Nasional. Namun tahun 2001, Faisal mundur dari PAN. Meski tidak tergabung di partai politik, dirinya tetap terjun di dunia politik dengan status independen. Faisal pernah mencoba mencalonkan dirinya menjadi Gubernur Jakarta tahun 2012 bersama putra dari Benyamien Sueb, Biem Benyamin.
Ingatkan Rekomendasi Penghapusan Premium
Pengamat ekonomi Faisal Basri mengingatkan pemerintah pernah punya rencana penghapusan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium. Hal tersebut merupakan rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang telah dibubarkan.
?Faisal yang juga menjadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi mengatakan, saat ini momen yang baik bagi pemerintah menerapkan rekomendasi penghapusan Premium. Sebab, kata dia, menurunnya harga minyak membuat selisih harga Premium dengan BBM RON 92 beda tipis.
"Inilah momentum terbaik karena perbedaan harga Premium dengan harga RON 92, karena kita ingin standar RON 92 sudah tipis sekali," kata Faisal, seperti yang dikutip di Jakarta, Selasa (9/8/2016).
Komentar Soal Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek kereta cepat Jakarta-Bandung telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (21/1/2016) kemarin. Peletakan batu pertama tersebut menandakan dimulainya pembangunan moda transportasi darat dengan nilai proyek hingga Rp 70 triliun tersebut.
Ekonom Faisal Basri mengatakan ada beberapa hal yang mengganjal pikirannya dalam proyek pembangunan kereta cepat tersebut. Pertama adalah target waktu tempuh dengan jarak tempuh.
"Prinsip-prinsip dasar kereta cepat itu untuk penumpang. Setahu saya ada yang tidak cocok dalam proyek ini. Dari Gedebage ke pusat Bandung itu 1,5 jam. Ada hal-hal rasional yang susah diterima dengan akal sehat," kata Faisal, seperti dikutip Sabtu (23/1/2016).