KMKLabs Beberkan Kultur Engineering di Dunia Startup

Berencana untuk garap Startup? Kenali terlebih dahulu kultur engineering di dunia Startup berikut ini.

oleh M Hidayat diperbarui 24 Okt 2015, 21:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2015, 21:00 WIB
KMKLabs Beberkan Kultur Engineering di Dunia Startup
Berencana untuk garap Startup? Kenali terlebih dahulu kultur engineering di dunia Startup berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta - Startup atau perusahaan rintisan tengah menjadi topik hangat di Tanah Air, tepatnya sejak beberapa startup lokal seperti BukaLapak, Go-Jek, dan perusahaan lainnya mendulang kesuksesan. Kita ketahui bersama juga bahwa citra startup lekat dengan engineering.

Bertempat di The Hall, Senayan City, SCTV Tower, Sabtu (24/10/2015), KMKLabs menggelar Geek Camp, yang merupakan konferensi tech-savvy terbesar di Indonesia.

Di gelaran ini hadir 30 pembicara dengan pengalaman dan pengetahuan mumpuni di bidangnya masing-masing. Jumlah pembicara tersebut bisa dibilang yang terbesar di Indonesia dalam hal gelaran bertemakan teknologi.



Dengan pembicara dan tema yang beragam, termasuk startup, gelaran ini telah menjadi magnet yang menarik minat banyak kalangan.

"Antusiasme peserta tinggi. Jumlah pendaftar sangat banyak dari berbagai kalangan. Ada yang masih mahasiswa, ada juga yang sudah bekerja di startup. Ya intinya semua peserta Geek Camp 2015 ini adalah geek," ujar salah seorang panitia ketika ditemui tim Tekno Liputan6.com.



Di sesi pertama, hadir dua orang pembicara dari KMKLabs, yaitu Mohan Krishnan, CTO KMKLabs dan Tommy Sullivan, VP Engineering KMKLabs. Keduanya mempresentasikan materi 'Startup Engineering Culture - What Matters and What Does Not'.

Mohan dan Tommy menyampaikan bahwa ada tiga kultur engineering di startup yang mesti dipahami, yaitu how we work together, how we build things, dan how we fail and ensure growth.

Kultur how we work together berarti bagaimana caranya orang-orang di startup dapat bekerja sama dan saling memahami satu sama lain. Maka, di sinilah pentingnya peran dari komunikasi.

Kemudian di kultur we build things, para pelaku startup antara lain tidak boleh melakukan kesalahan yang sama dalam perancangan produknya. Misalnya, ketika ada bug ditemukan di suatu produk, bug tersebut harus segera diperiksa dan ditangani. Tak hanya itu, peninjauan kembali suatu produk mesti dilakukan secara teratur guna menghasilkan produk terbaik.

Adapun kultur how we fail and ensure growth 'memaksa' para pelaku startup untuk bangkit dan bertahan ketika menemukan kendala, gangguan, atau bahkan kegagalan.

(why/isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya