Gawat, Orang Indonesia Masih Suka Umbar Password!

Pengguna internet di Indonesia rupanya masih sering membagi password kepada orang lain.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 08 Mar 2016, 17:48 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2016, 17:48 WIB
Gawat, Orang Indonesia Masih Suka Umbar Password!
Direktur Norton Consumer and Small Business Kawasan Asia Choon Hoon Chee usai presentasi mengenai hasil survei Norton di Jakarta, Selasa (8/3/2016). (Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani)

Liputan6.com, Jakarta - Pengguna internet di Indonesia rupanya masih sering membagi password kepada orang lain. Padahal, hal tersebut sangat berbahaya untuk diri mereka sendiri, terutama berkaitan dengan informasi keuangan yang kini bisa diakses secara online dengan hanya memasukkan password.

Berdasarkan hasil Insight Report yang dilakukan Norton Cybersecurity di Indonesia pada periode Februari 2015 hingga Januari 2016, mereka yang sering berbagi password dengan orang lain adalah generasi millenial atau generasi era digital.

"Berdasarkan survei yang kami lakukan terhadap 1000 sampel di Indonesia, sebanyak 36 persen dari mereka ternyata masih sering berbagi informasi pribadi seperti password e-mail. Nah, di antara orang yang saling berbagi password tersebut 47 persen adalah kaum millenial," kata Direktur Norton Consumer and Small Business Kawasan Asia Choon Hon Chee di Jakarta, Selasa (8/2/2016).

Chee mengungkapkan, generasi yang baru melek teknologi atau baby boomers pun memiliki kecenderungan membagikan password mereka. Namun, dari hasil survei diketahui bahwa generasi baby boomers hanya 19 persen membagikan password dibandingkan dengan generasi millenial yang lebih sering sharing password.

Ia melanjutkan, kebiasaan membagi password ini membuat pengguna internet rentan terkena kejahatan cyber. Hasil survei mengungkap, dampak kejahatan online ini, membuat korbannya rata-rata menderita kerugian hingga Rp 7,6 juta per orang.

Sementara, jika diakumulasi nilai kerugian total mencapai Rp 194,6 miliar. Angka yang cukup mencengangkan akibat keteledoran pengguna internet.

Chee menyebut, beberapa kegiatan yang juga berisiko kejahatan online di antaranya adalah belanja online.

"Sebanyak 55 persen orang Indonesia percaya, informasi kartu kredit mereka lebih mungkin dicuri setelah belanja online," katanya.

Sementara itu, menggunakan WiFi publik pun dianggap berbahaya dibandingkan menggunakan toilet publik. Bukan itu saja, 42 persen pengguna internet dilaporkan pernah mengalami kejahatan online dalam satu tahun terakhir.

"Penjahat cyber tidak menyerah. Mereka menggunakan teknik yang makin canggih untuk mencuri informasi pribadi konsumen seperti password, kontak, otentifikasi perbankan guna mengisi pundi-pundu keuangan mereka," kata Chee.

Meski begitu, Chee pun tidak mengetahui apa alasan di balik orang-orang membagikan password kepada orang lain selain suami atau istrinya. Ia mempertanyakan hal tersebut. Sebab, hasil survei juga mengungkapkan, sebenarnya orang Indonesia sudah peduli dan sadar akan kejahatan cyber.

"Sayangnya konsumen terlalu percaya diri dengan perilaku keamanan online mereka. Ketika diminta menilai langkah keamanan, mereka konsisten untuk menjaga keamanan datanya. Namun nyatanya, mereka tidak melakukan tindakan dasar seperti mengganti password dan juga berhenti membagikan password," ungkapnya.

Untuk itu, pria asal Malaysia ini mengingatkan kepada pengguna internet di Indonesia untuk selalu waspada terhadap keamanan online mereka.

"Karena begitu Anda menjadi korban, kami pun tidak dapat berbuat apa-apa. Makanya kami terus mengingatkan untuk menjaga keamanan online Anda," katanya.

(Tin/Isk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya