Liputan6.com, Jakarta - Layanan streaming musik, Spotify, kian serius memikirkan keuntungan. Salah satu investor awal Spotify, Par-Jorgen Parson, mengatakan bahwa keuntungan akan mulai menjadi prioritas perusahaan pada tahun depan.
"Sampai saat ini, saya pikir Spotify terus tumbuh, tumbuh dan tumbuh. Mungkin profitabilitas akan mulai menjadi prioritas juga," kata Parson. Ia yakin hal itu akan terjadi pada tahun depan.
Advertisement
Baca Juga
Spotify saat ini memimpin industri streaming musik, meski kompetisi semakin sengit dengan kehadiran sejumlah pendatang baru termasuk Apple Music. Sayangnya, salah satu startup paling bernilai di Eropa itu justru membukukan kerugian sejak hadir satu dekade lalu.
Spotify dilaporkan mengalami kerugian sebesar 184,5 juta Euro atau setara Rp 2,6 triliun, naik dari 165,1 juta Euro atau setara Rp 2,3 triliun pada 2014.
Spotify yang kini ada di 60 negara, menerapkan biaya bulanan bagi pengguna untuk dapat mengakses lebih banyak musik. Namun keuntungan sebenarnya sangat bergantung pada kesepakatan lisensi royalti dengan label musik setiap beberapa tahun.
Kendati tidak sedang berada dalam performa terbaik dari sisi keuntungan, hal tersebut tidak menyurutkan Spotify untuk melantai di bursa saham. "Sebagai seorang investor, saya sudah ada di perusahaan ini selama hampir 10 tahun. Kami melihat peluang untuk IPO," tutur Parson, enggan merinci soal rencana IPO.
Beban Biaya
Parson menjelaskan bahwa Spotify memakan biaya yang sangat besar untuk perkembangannya yaitu melakukan ekspansi ke berbagai pasar baru. Perusahaan harus menanggung biaya awal royalti musik untuk para pengguna baru, belum lagi harus menunggu sampai bisa menggaet pengiklan atau mendapatkan pendapatan berlangganan dari pengguna.
"Saat kami mulai mengoptimalkan profitabilitas ketimbang pertumbuhan, maka nilai ekonominya akan terasa maksimal," jelasnya, seperti dilansir Reuters, Minggu (4/12/2016).
Spotify juga akan terus melanjutkan ekspansinya. Perusahaan baru saja meluncurkan layanannya di Jepang, dan tengah menargetkan pasar baru seperti Tiongkok, Rusia dan Korea Selatan (Korsel). Parkon yakin Spotify dapat mengontrol sepak terjangnya.
"Saya tidak melihat para pendiri akan melepas kontrolnya. Daniel dan Martin, saya pikir mereka telah menemukan panggilan hidupnya," ungkapnya.
(Din/Ysl)
Advertisement