Liputan6.com, Jakarta - Setelah sempat diumumkan di gelaran Google I/O tahun ini, Android Go akhirnya resmi meluncur.
Karena itu, sistem operasi yang ditujukan untuk perangkat low-end (smartphone murah) ini sudah tersedia dan dapat digunakan para vendor termasuk pengembang.
Akan tetapi, perlu diingat sistem operasi ini tak langsung dapat dinikmati pengguna. Baik pengembang dan vendor tentu memerlukan waktu untuk mulai mengembangkan perangkat dan aplikasi berbasis Android Go edisi Oreo ini.
Advertisement
Baca Juga
Sesuai fungsinya, sistem operasi ini akan ditujukan untuk perangkat dengan spesifikasi rendah. Oleh sebab itu, meski berbasis Android Oreo, sistem operasi ini sudah didesain untuk berjalan optimal pada perangkat dengan RAM 512MB atau 1GB.
Google juga sudah mendukung kehadiran sistem operasi ini dengan menyiapkan versi ringan dari aplikasi besutannya, seperti YouTube, Gmail, Google Assistant, dan Google Maps.
Aplikasi untuk Android Go itu didesain dengan ukuran yang lebih kecil ketimbang versi reguler, sehingga tak banyak menghabiskan memori perangkat. Namun, Google menyebut tetap melakukan peningkatan performa agar aplikasi bisa berjalan optimal.
Tak hanya itu, Google juga menyediakan fitur penghemat data, mulai dari yang tersedia Google Chrome hingga aplikasi Datally untuk memantau pemakaian data. Sayangnya, tak ada informasi lebih lanjut mengenai kapan perangkat berbasis Android Go akan rilis.
Akan tetapi, ada kemungkinan perangkat pertama yang menggunakannya akan meluncur di India, mengingat pengguna Android di negara itu jauh lebih banyak ketimbang Amerika Serikat.
Â
Perbedaan Android Go dan Android One
Saat meluncurkan Android Go, tak sedikit yang mempertanyakan perbedaan sistem operasi ini dengan Android One. Alasannya, kedua sistem operasi itu memang didesain untuk perangkat kelas bawah atau low-end.
Sebagai informasi, keduanya ditujukan untuk meningkatkan kualitas perangkat kelas bawah, tapi dengan fungsi berbeda. Android One merupakan program yang memungkinkan Google bekerja sama dengan manufaktur untuk mengembangkan smartphone.
Nantinya, smartphone itu akan didukung dengan pembaruan berkala dan selalu aktual, mirip perangkat Nexus. Akan tetapi, program ini telah berkembang menyasar perangkat kelas menengah, tak lagi hanya smartphone low-end.
Sementara, Android Go merupakan Android versi penuh yang tersedia di Android Open Source Project dan dapat digunakan oleh seluruh manufaktur. Tak hanya itu, sistem operasi ini juga dibekali dengan aplikasi bawaan Google yang sudah disesuaikan.
Google sendiri juga sudah mengajak para pengembang menyiapkan aplikasinya dalam menyambut kedatangan Android Go. Hal itu diutarakan langsung oleh Director of Google Play APAC James Sander saat gelaran Google Playtime Asia Tenggara 2017.
Ia menuturkan, saat ini sudah ada 2 miliar pengguna Android aktif. Jumlah itu akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan pertumbuhan pengguna pertama yang memakai smartphone.
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement