Liputan6.com, Jakarta - Startup yang bergerak di bidang financial technology (fintech), Modalku, mengklaim telah mencairkan pinjaman modal usaha sebesar Rp 1 triliun bagi lebih dari 2.000 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Di Indonesia sendiri, Modalku telah menyalurkan lebih dari Rp 540 miliar pinjaman UMKM. Sebagai peer-to-peer (P2P) lending platform yang mencetak total pendanaan terbesar di kawasan Asia Tenggara, tahun ini Modalku menegaskan akan lebih menggiatkan bisnisnya agar UMKM di Indonesia semakin memiliki akses untuk modal usaha.
Baca Juga
“Tahun ini Modalku akan lebih fokus pada industri perdagangan (trading), manufaktur, dan pelayanan (service),” kata Iwan Kurniawan, Co-Founder dan COO Modalku dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (27/1/2017) di Jakarta.
Advertisement
Mengapa membidik tiga sektor tersebut? Iwan beralasan data yang dikantongi perusahaan menunjukkan bahwa pada tahun 2017, sekitar 87 persen dari total pencairan Modalku ditujukan bagi industri-industri itu.
“Modalku juga telah mendukung industri lain seperti konstruksi, kesehatan, food and beverage (F&B), dan bahkan pariwisata. Tahun ini Modalku akan lebih aktif berperan dalam memberdayakan UMKM,” ujar Iwan menambahkan.
Secara makro, data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa sektor P2P lending Indonesia telah mendanai pinjaman sebesar Rp 2,5 triliun selama 2017.
Iwan memprediksi jumlah ini akan terus meningkat di tahun 2018, seiring dengan semakin dikenalnya P2P lending di Indonesia.
“Meningkatnya total pendanaan P2P lending di tahun 2018, akan memberikan dampak positif bagi industri kecil Indonesia sekaligus ekonomi nasional,” pungkasnya.
Selain di Indonesia, Modalku juga beroperasi di Singapura dan Malaysia dengan nama Funding Societies. Sejak awal Juni 2017, Modalku telah resmi terdaftar di OJK.
Kurangnya Akses Pinjaman Bagi UMKM
Menurut data OJK, terdapat kebutuhan kredit nasional sebesar Rp 1.700 triliun per tahun bagi UMKM Indonesia. Lembaga keuangan yang ada hanya dapat memenuhi Rp 700 triliun dari kebutuhan tersebut, sehingga ada kekurangan pendanaan sebesar Rp 1.000 trilliun setiap tahunnya.
Kurangnya akses kredit bagi UMKM lokal tak hanya merugikan industri usaha kecil, tetapi juga melemahkan ekonomi negara.
Studi Modalku dengan Oliver Wyman, sebagai firma konsultan manajemen finansial ternama, menemukan bahwa kurangnya akses terhadap pinjaman bagi UMKM Indonesia yang ingin berkembang menyebabkan kerugian sebesar 14 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional pada 2015.
(Isk/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement