Kecerdasan Buatan Kini Bisa Ciptakan Parfum

Kecerdasan buatan ini, dinamai Philyra. Ia merupakan sekumpulan algoritma yang bekerja untuk menciptakan formula wewangian baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Okt 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2018, 09:00 WIB
Parfum atau Minyak Wangi
Ilustrasi Foto Minyak Wangi atau Parfum (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) tak cuma merambah ke ranah aplikasi dan solusi teknologi.

Buktinya, industri fashion dan kecantikan pun mulai megadopsi kecerdasan buatan. IBM salah satunya.

Perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam tersebut menciptakan aroma parfum berbasis kecerdasan buatan

Seperti dilansir Geek, Rabu (31/10/2018), IBM bekerjasama dengan produsen parfum Symrise.

Kecerdasan buatan ini, dinamai Philyra. Ia merupakan sekumpulan algoritma yang bekerja untuk menciptakan formula wewangian baru.

“Menciptakan aroma parfum yang baik adalah seni dan sains yang membutuhkan ketelitian. Oleh karena itu, adanya perubahan kecil dalam jumlah material bisa menciptakan, atau menghancurkan parfum baru,” tutur Ilmuwan Pimpinan IBM Research Richard Goodwin.

Baginya, ia menciptakan Philyra untuk menghasilkan kombinasi baru dari formulasi aroma khusus.

Nantinya, Symrise akan mengujicoba dua parfum baru yang diperkirakan meluncur tahun depan, dengan perusahaan kecantikan global yaitu O Boticario.

 

Kecerdasan Buatan Kalahkan Dokter Saat Diagnosis Tumor Otak

Parfum atau Minyak Wangi
Ilustrasi Foto Minyak Wangi atau Parfum (iStockphoto)

Sistem kecerdasan buatan kembali menunjukkan tajinya di bidang kesehatan.

Kali ini, kecerdasan buatan asal Tiongkok yang dilaporkan berhasil mengungguli kemampuan diagnosis dokter.

Dilaporkan Xinhua, sebuah sistem kecerdasan buatan berhasil mengalahkan tim yang terdiri dari 15 doktor kenamaan Tiongkok dalam hal mendiagnosis tumor otak dan memprediksi hematoma.

Dari uji coba yang dilakukan, kecerdasan buatan ini berhasil mengunguli kemampuan dokter saat melakukan diagnosis dua penyakit tersebut. Dikutip dari The Next Web, Rabu (4/7/2018), kecerdasan buatan ini diberi nama BioMind.

Sistem ini dikembangkan oleh Artificial Intelligence Research Centre for Neurological Disorders dari Rumah Sakit Tiantan Beijing. Saat uji coba, kemampuan BioMind ternyata berada di atas rata-rata kemampuan para dokter.

Saat menelaah sejumlah kasus tumor otak, BioMind berhasil memprediksi benar sekitar 87 persen. Sementara para dokter hanya mampu menjawab benar 66 persen dari kasus yang diberikan.

Kecerdasan buatan ini juga mampu menganalisa kasus dengan lebih cepat. Dalam 15 menit, BioMind berhasil melakukan diagnosis 225 kasus, sedangkan para dokter hanya 30 kasus.

Ketika membahas soal hematoma di otak, BioMind juga berhasil menjawab dengan benar 83 persen kasus yang diajukan. Adapun para dokter hanya dapat melakukan diagonsa yang benar untuk 63 persen kasus.

(Vivi Hartini/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya