Tiongkok Lepas Robot untuk Eksplorasi Sisi Gelap Bulan

Robot rover ini juga mengirimkan sejumlah data dan foto-foto dalam resolusi kasar ke CNSA saat menjelajahi permukaan Bulan.

oleh Jeko I. R. diperbarui 07 Jan 2019, 11:30 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2019, 11:30 WIB
Bulan
Wilayah pendaratan Chang'e-4 di Bulan. (Foto: Business Insider)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sukses mendarat, probe Badan Antariksa Tiongkok (CNSA), Chang'e-4, akhirnya melepas robot rovernya, Yutu 2, untuk berjalan mengeksplorasi sisi tergelap Bulan.

Dilansir Geek, Senin (7/1/2019), robot rover yang juga dipanggil dengan nama "Jade Rabbit 2" ini mulai menjelajahi permukaan Bulan 12 jam setelah Chang'e-4 mendarat.

Robot rover ini juga mengirimkan sejumlah data dan foto-foto dalam resolusi kasar ke CNSA saat menjelajahi permukaan Bulan.

Chief Designer misi bulan untuk CNSA, Wu Weiren, mengungkap pencapaian ini sebagai langkah kecil, tetapi juga menandakan lompatan besar bagi negara Tiongkok.

Untuk informasi, Yutu 2 memiliki berat 136 kilogram. Robot rover ini juga dilengkapi dengan radar pendeteksi permukaan yang dapat membantu peneliti mempelajari lingkungan dari sisi gelap Bulan, bagaimana permukannya bisa berinteraksi dengan angin solar, dan juga mengamati proses pembentukan air di Bulan.

Uniknya, Yutu 2 juga membawa 'rumah kaca mini' yang akan menguji apakah tanaman bisa tumbuh dengan baik di Bulan. Dalam hal ini, ia membawa tumbuhan Arabidopsis.

 

Pendaratan Chang'e-4

Rusia Bangun Pangkalan Permanen di Bulan pada 2030
Buzz Aldrin di Bulan (NASA)

Chang’e-4, sendiri berhasil mendarat di Bulan pada Kamis pagi (3/1/2019). 

Dilansir Business Insider, Sabtu (5/1/2019), CNSA mengungkap kalau Chang’e-4 mendarat di kawah Von Karman.  

Yutu 2 akan bergerak ke wilayah kutub selatan Bulan, Aitken Basin, yang menjadi wilayah tergelap di sana. 

Aitken Basin sendiri memiliki rentang jarak 1.550 mil. Wilayah ini terbentuk akibat hantaman yang berlangsung sejak 3,9 miliar tahun yang lalu.

Karenanya, Aitken Basin cukup dalam sehingga memerlukan bantuan para ahli, di mana dalam hal ini CNSA turut berperan besar. 

“Aitken Basin tentu sangat dalam dan mengandung material lapisan Bulan yang belum pernah kita pelajari,” ujar ahli astrofisika National Space Center Inggris Tamela Maciel.

“Dengan mendarat di wilayah tersebut, Chang’e-4 dan rovernya akan membantu para peneliti memahami lebih dalam soal sejarah formasi bebatuan Bulan,” tambahnya.

Tugas Chang'e-4

NASA
Pesawat Apollo 11 yang dijalankan Neil Armstrong dan Buzz Adlrin ketika mendekati Bulan. (NASA)

Chang'e-4 bertugas melakukan pengukuran radiasi dan level air satelit, pengujian mineral, penelitian gelombang radio untuk membangun sistem komunikasi jarak jauh, hingga eksperimen penanaman sayuran pada permukaan Bulan pun akan dilakukan dengan pantauan kamera panorama dan alat ukur. Ini akan sangat mendukung studi Astronomi.

Sebelum peluncuran Chang'e-4, masalah besar ditemukan saat berkomunikasi dengan robot ekspedisi, karena tidak ada sinyal langsung yang dapat terhubung  ke sisi lain Bulan.

Sebagai solusi, Mei 2018 lalu Tiongkok meluncurkan Satelit Queqiau ke orbit Bulan untuk pendataan dan pemberian komando dari jarak jauh.

Oueqiau atau jembatan burung Magpie, adalah nama yang diadaptasi dari kisah tradisional penduduk Cina.

Tantangan ekstrem lain ekspedisi ini adalah waktu gelap dan terang di Bulan.

Waktu malam hari Bulan bisa mencapai 14 hari, begitu pula dengan waktu terang. Ini sangat berpengaruh pada temperatur udara.

Temperatur bisa turun secara drastis hingga minus 173 derajat Celsius, dan di siang hari temperatur bisa mencapai 127 derajat Celcius.

Pesawat ekspedisi harus menghadapi fluktuasi suhu dengan energi yang sepadan. Struktur yang terjal dan rumit kawah serta lembah di selatan Bulan ini kian menambah tantangan pendaratan Chang'e-4.

Pada 1959, Uni Soviet berhasil memotret sisi gelap Bulan yang misterius dan dipenuhi kawah.

Namun, belum ada yang berhasil mendarat di sana. Ini percobaan kedua Tiongkok mendarat di Bulan, setelah misi pertama pendaratan di Bulan dilakukan oleh Yutu atau "Kelinci Giok" pada 2013.

Yutu telah berhasil menghadapi tantangan temperatur hingga geografis Bulan dan bertahan selama 31 bulan.

Penelitian Yutu ini sangat mendukung persiapan peluncuran Chang'e-4. Akhir tahun ini Chang'e-5 akan dikirimkan untuk mengoleksi sampel penelitian dan kembali ke Bumi.

(Jek/Isk)

Saksikan Video PIlihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya