Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) dilaporkan melakukan serangan ke sistem komputer yang mengatur peluncuran rudal Iran pekan ini, dipimpin oleh Komando Siber AS.
Dilansir dari New Zealand Herald, Minggu (23/6/2019), laporan dari The Washington Post menyebutkan Presiden AS Donald Trump menyetujui serangan tersebut setelah Iran menembak drone pengintai milik AS yang dianggap melanggar wilayah udara Iran.
Disebutkan juga kalau penyerangan dilakukan karena Iran diduga melakukan serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman.
Advertisement
Baca Juga
Untuk membalas serangan tersebut, AS kemudian menyerang sistem radar, baterai rudal dan jaringan siber lainnya yang dikendalikan oleh Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran.
Beruntungnya, serangan itu tidak melibatkan sipil atau korban jiwa lain.
"Militer AS kami telah lama mengetahui bahwa kami dapat menenggelamkan setiap kapal IRGC di selat dalam waktu 24 jam jika perlu," kata Thomas Bossert, mantan senior bidang siber Gedung Putih kepada Washington Post.
"Dan ini adalah versi modern dari apa yang harus dilakukan Angkatan Laut AS untuk mempertahankan diri di laut dan menjaga jalur pelayaran internasional," sambungnya.
Dilaporkan, serangan siber ini sebenarnya sudah direncanakan jauh-jauh hari oleh AS.
Akan Dibawa Ke PBB
Sementara, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif akan membawa masalah ini ke PPB. Dirinya bakal mengklaim kalau drone AS memang masuk ke wilayah udara Iran.
"Kami akan membawa agresi baru ini ke PBB dan menunjukkan bahwa AS berbohong tentang dronenya yang terbang di wilayah udara internasional," ujar Zarif di Twitter.
The US wages #EconomicTerrorism on Iran, has conducted covert action against us & now encroaches on our territory.We don't seek war, but will zealously defend our skies, land & waters.We'll take this new aggression to #UN & show that the US is lying about international waters
— Javad Zarif (@JZarif) June 20, 2019
(Tik/Isk)
Advertisement