Studi: Bioplastik Tidak Lebih Aman daripada Plastik Konvensional

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bioplastik tidak lebih aman daripada plastik lainnya.

oleh M Hidayat diperbarui 26 Okt 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2020, 16:00 WIB
Ilustrasi Stop Plastik Sekali Pakai
Ilustrasi stop plastik sekali pakai (Volodymyr Hryshchenko/Unsplash).

Liputan6.com, Jakarta - Bioplastik telah masuk ke pasar sebagai alternatif dari plastik konvensional dalam beberapa tahun terakhir.

Bioplastik memiliki beberapa keuntungan, misalnya, ia dibuat dari bahan daur ulang atau selulosa tanaman. Selain itu, ia juga dapat terurai secara alami.

Namun ternyata, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bioplastik tidak lebih aman. Menurut studi yang terbit di jurnal Environment International, bioplastik sama beracunnya seperti plastik konvensional.

"Plastik berbahan alami dan dapat terurai tidak lebih aman daripada plastik lainnya," kata Lisa Zimmermann dari Goethe Universität Frankfurt am Mein, yang merupakan peneliti utama, sebagaimana dikutip dari Eurekalert, Senin (26/10/2020).

Lisa menyoroti bahwa produk berbasis selulosa dan pati mengandung paling banyak bahan kimia. Dalam kondisi laboratorium, kedua bahan itu juga dapat memicu reaksi toksik yang lebih kuat.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Kelompok Studi ISOE

"Tiga dari empat produk plastik ini mengandung zat, yang kami tahu berbahaya, dalam kondisi laboratorium, sama seperti plastik konvensional," kata Martin Wagner, profesor di Norwegian University of Science and Technology's Department of Biology.

Martin merupakan adalah salah satu kolaborator untuk PlastX, sebuah kelompok studi di Institut für sozial-ökologische Forschung (ISOE) di Frankfurt.

Kelompok studi ini telah mengamati kandungan zat beracun dalam jenis plastik-plastik ini. Zat tersebut bisa langsung meracuni sel di laboratorium, atau bisa juga berperan sebagai hormon yang pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan tubuh.

Studi ini mencakup 43 produk plastik yang berbeda, termasuk alat makan sekali pakai, kertas kemasan coklat, botol minuman, dan gabus anggur.

"Delapan puluh persen produk yang diteliti mengandung lebih dari 1.000 bahan kimia yang berbeda. Beberapa di antaranya sebanyak 20.000 bahan kimia," kata Martin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya