Liputan6.com, Jakarta - Facebook menghabiskan US$ 23 juta atau setara Rp 336 miliar untuk menjamin keselamatan CEO Mark Zuckerberg sepanjang 2020. Informasi ini diketahui dari laporan Facebook di Security and Exchange Commission.
"Dia (Mark Zuckerberg) identik dengan Facebook. Akibatnya, sentimen negatif terkait perusahaan kami secara langsung dikaitkan dan seringkali dialihkan ke tuan Zuckerberg," kata perwakilan Facebook mengenai peran sang CEO Mark Zuckerberg, demikian dikutip dari The Verge, Senin (12/42021).
Baca Juga
Berdasarkan tinjauan, biaya program keamanan untuk melindungi keamanan Mark Zuckerberg dan keluarganya meningkat pada 2020. Peningkatan terjadi karena protokol perjalanan di masa Covid-19 serta cakupan keamanan Mark Zuckerberg selama musim Pilpres AS 2020.
Advertisement
"Dalam periode lain dengan peningkatan risiko keamanan serta peningkatan biaya untuk personel keamanan," kata Facebook.
Dana Rp 336 miliar itu dihabiskan untuk keamanan pribadi di kediaman Mark Zuckerberg serta untuk perjalanan Zuck dan keluarganya.
Tidak hanya itu, disebutkan pula bahwa sang CEO mendapatkan tambahan US$ 10 juta untuk biaya personel keamanan dan biaya keamanan lainnya. Biaya keamanan dasar naik menjadi US$ 13,4 juta tahun lalu dibandingkan dengan US$ 10,4 juta pada 2018.
Sepadan
"Komite kompensasi, pencalonan, dan tata kelola percaya, biaya ini sepadan dan diperlukan mengingat ancaman dan fakta bahwa Zuckerberg hanya meminta digaji US$ 1 dalam setahun. Ia juga tidak menerima pembayaran bonus, penghargaan ekuitas, atau kompensasi lainnya," kata Facebook dalam pernyataan.
Masih dalam laporan yang diajukan, Facebook mengatakan, akan mengajukan proposal pada pertemuan pemegang saham pada 26 Mei mendatang untuk menawarkan keamanan pribadi kepada direktur non-karyawan.
Hal ini dilakukan karena perlunya pengawasan berkelanjutan untuk para direktur, sebagai kompensasi atas layanan mereka di dewan direksi Facebook.
Advertisement
Keamanan Direktur Juga Akan Dijamin
Facebook juga menyetujui layanan keamanan pribadi untuk beberapa direktur non-karyawan pada Januari dan Februari lalu.
Hal ini sehubungan dengan pengawasan tingkat tinggi yang dihadapi perusahaan, pejabat ekesekutif, dan direktur perusahaan setelah Pilpres AS 2020 dan serangan di Gedung Capitol pada 2 Januari 2021.
Laporan pada Januari lalu oleh Tech Transparency Project mengungkap bahwa beberapa ekstremis perusuh di serangan Capitol Hill memakai grup pribadi Facebook selama berbulan-bulan untuk merencanakan dan mengkoordinasi serangan.
Pernyataan COO Facebook Sheryl Sandberg menyebut, Facebook tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan kebencian dan transparansi untuk acara yang sebagian besar diatur di platform.
(Tin/Isk)