Microsoft: 83 Persen Pekerja Indonesia Pilih Opsi Kerja Jarak Jauh

Microsoft mengungkap temuan ini dari laporan terbaru Work Trend Index 2021 yang berjudul The Next Great Disruption Is Hybrid Work-Are We Ready?

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 03 Mei 2021, 16:30 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2021, 16:30 WIB
Work From Home
Ilustrasi Kerja dari Rumah (Foto: DarkWorkX/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Microsoft baru-baru ini mengumumkan temuan dari laporan Work Trend Index 2021. Dengan judul 'The Next Great Disruption Is Hybrid Work-Are We Ready?'

Laporan ini mengungkapkan tujuh tren kerja hybrid yang perlu dipahami pemimpin bisnis saat memasuki fase kerja baru.

Sebagai informasi, kerja hybrid merupakan model kerja campuran yakni saat sejumlah karyawan kembali ke tempat kerja dan yang lain tetap bekerja dari rumah.

"Tren baru ini menghadirkan peluang unik untuk menciptakan masa depan kerja baru yang lebih baik. Di Microsoft, kami berupaya membantu semua orang baru dapat berkembang di dunia kerja hybrid ini," tutur Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Haris Izmee dalam keterangan resmi, Senin (3/5/2021).

Dalam laporan ini, diketahui ada beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian. Salah satunya adalah sistem kerja fleksibel yang ada saat ini akan tetap ada.

"Di Indonesia, sebanyak 83 pekerja menginginkan opsi kerja jarak jauh yang fleksibel, lebih tinggi dari rata-rata global di 73 persen," tulis laporan tersebut.

Selain itu, ada 72 persen pemimpin bisnis di Indonesia juga berencana mendesain ulang kantor untuk mendukung model kerja hybrid. Persentase ini lebih tinggi dari angka global yakni 66 persen.

Di samping itu, kerja jarak jauh ternyata menjadi magnet baru bagi para pencari kerja. Menurut laporan ini, di Indonesia, sekitar 63 persen pekerja mengatakan adanya kemungkinan mereka pindah ke tempat baru dalam tahun depan, jauh lebih tinggi dari angka global, yakni 46 persen.

Sementara itu, 49 persen responden mengatakan adanya kemungkinan mereka mempertimbangkan meninggalkan pekerja dalam tahun ini, lebih tinggi dari global, yakni 41 persen. Opsi kerja jarak jauh pun menjadi salah satu pertimbangan utama mereka pindah.

Dengan tren ini, Microsoft pun mengatakan akan terus berinovasi dan mendampingi orang dalam perjalanan transformasi digital.

"Contohnya, dengan menghadirkan fitur baru di Microsoft Teams, serta memperkenalkan platform pengalaman karyawan baru, Microsoft Viva," ujar Haris.

Tantangan di Tengah Tren Kerja Jarak Jauh

work from home atau kerja dari rumah
Ilustrasi work from home/Shutterstock.

Kendati demikian, tren kerja jarak jauh juga memiliki sejumlah tantangan baru. Salah satunya adalah tim menjadi lebih terkotak-kotakkan dan kelelahan digital adalah ancaman nyata.

"Di Indonesia, 40 persen responden mengalami penurunan interaksi dengan rekan kerja (yang dapat membahayakan inovasi), 61 persen pekerja merasa terlalu banyak bekerja, dan 68 persen Gen Z mengatakan mereka kesulitan bertahan," tulis laporan ini.

Laporan ini mencatat, meningkatnya waktu yang dihabiskan dalam rapat dapat menjadi salah satu faktor utama perasaan tersebut. Menurut studi terbaru Microsoft tentang aktivitas gelombang otak, rapat berturut-turut dapat menurunkan kemampuan orang untuk fokus dan sumber stres.

Selain itu, ada kesenjangan antara yang dirasakan pemimpin dan pekerja. Di Indonesia, ketika 53 persen responden pemimpin bisnis mengatakan mereka semaking berkembang, 33 persen pekerja merasa mereka meminta terlalu banyak di tengah situasi saat ini.

Oleh sebab itu, perlunya ada peningkatan kesadaran bagi para pemimpin bisnis mengenai situasi yang tengah terjadi.

Peluang di Masa Tren Kerja Jarak Jauh

Meski ada tantangan, tren kerja jarak jauh ini sebenarnya juga membuka peluang besar untuk menciptakan tempat kerja yang memungkinkan semua orang dapat berkembang.

Microsoft pun mengidentifikasi lima strategi untuk memanfaatkan peluang tersebut, seperti berikut ini:

  1. Buat rencana membedayakan orang dengan fleksibilitas tinggi
  2. Perangi kelelahan digital dari atas dengan perbanyak kolaborasi dan biasakan beristirahat
  3. Menata ulang ruang dan teknologi untuk menjembatani dunia fisik dengan digital
  4. Membangun kembali aspek sosial maupun budaya
  5. Pikirkan kembali pengalaman karyawan untuk dapat bersaing mendapatkan talenta terbaik dan lebih beragam.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya