Presiden AS: Platform Digital Seperti Facebook "Bunuh Orang" dengan Disinformasi Covid-19

Presiden AS mengatakan, platform digital seperti Facebook "membunuh orang" dengan disinformasi mengenai Covid-19 yang masih beredar di platfromnya.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 17 Jul 2021, 17:03 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2021, 17:03 WIB
Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato tentang kesetaraan rasial di Ruang Makan Negara Gedung Putih pada 26 Januari 2021, di Washington.
Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato tentang kesetaraan rasial di Ruang Makan Negara Gedung Putih pada 26 Januari 2021, di Washington. (Foto: AP / Evan Vucci)

Liputan6.com, Jakarta - Disinformasi Covid-19 di media sosial tidak hanya diperangi di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia, termasuk oleh Gedung Putih AS. Dalam informasi terbaru, Istana Kepresidenan AS meningkatkan perang melawan disinformasi mengenai vaksin.

Presiden AS Joe Biden terang-terangan mengkritik Facebook dan platform digital lainnya karena mengizinkan beredarnya disinformasi. Biden menyebut, disinformasi menyebabkan peningkatan jumlah kematian selama pandemi.

"Mereka (platform digital) membunuh orang. Satu-satunya pandemi yang kita miliki adalah di antara yang tidak divaksinasi, dan mereka membunuh orang," kata Biden ketika ditanya media tentang platform seperti Facebook.

Mengutip The Verge, Sabtu (17/7/2021), pernyataan orang nomor satu di Amerika Serikat ini diucapkan setelah kampanye terkoordinasi dari Gedung Putih menekan Facebook dan platform digital lain untuk bertindak lebih agresif dalam melawan disinformasi mengenai vaksin Covid-19.

Sebelumnya, sebuah laporan dari seorang ahli bedah umum meminta platform digital untuk menerapkan hukuman yang keras kepada akun yang membagikan informasi salah.

Ahli Bedah Umum bernama Vivek Murthy itu secara khusus menyebut mesin rekomendasi algoritmik seperti News Feed Facebook turut berkontribusi atas adanya disinformasi.

Algoritme Tuntun Pengguna ke Sumur Disinformasi

Facebook
Ilustrasi peretasan melalui Facebook. (Doc: The Hacker News)

"Meski telah merancang fitur produk seperti tombol 'Like', yang menghargai kami karena berbagi konten yang bermuatan emosi, bukan konten akurat," katanya.

Murthy menambahkan, algoritme platform seperti Facebook cenderung memberi pengguna lebih banyak dari yang diklik. "Algoritme menarik kita lebih dalam dan lebih dalam lagi ke dalam sumur disinformasi," katanya.

Sementara itu, ketika dihubungi untuk dimintai komentar, perwakilan Facebook membela upaya-upaya perusahaan dalam menangani disinformasi terkait vaksinasi.

Bantahan Facebook

Salah Satu Sudut Ruangan di Kantor Facebook di Seattle
Salah Satu Sudut Ruangan di Kantor Facebook di Seattle. Kredit: Facebook

"Kami tidak akan terganggu oleh tudingan yang tidak didukung fakta. Faktanya, lebih dari 2 miliar orang telah melihat informasi resmi tentang Covid-19 dan vaksinasi di Facebook, lebih banyak daripada di tempat lain di internet," kata juru bicara Facebook.

Tidak hanya itu, juru bicara juga mengatakan, lebih dari 3,3 juta orang Amerika menggunakan pencari vaksin dari Facebook untuk mengetahui di mana dan bagaimana mendapatkan vaksin.

"Fakta ini memperlihatkan Facebook membantu menyelamatkan nyawa manusia. Titik," katanya. Di Amerika Serikat, vaksin Covid-19 tersedia secara luas. Namun dalam beberapa bulan terakhir, angka vaksinasi disebut-sebut mengalami penurunan.

Sebagai hasilnya, angka kasus dan kematian terkait Covid-19 meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Terutama karena adanya varian virus baru yang menjangkau populasi yang belum divaksin.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya