Liputan6.com, Jakarta - Fabelio, startup marketplace furniture dituntut karyawannya sendiri. Hal ini diketahui dari petisi online yang dilayangkan akun bernama Karyawan Fabelio di laman Change.org.
Berdasarkan pantauan Tekno Liputan6.com, Selasa (15/12/2021), hingga berita ini ditayangkan, petisi bertajuk "Fabelio, Segera Bayarkan Gaji Karyawan dan Vendor dari Bulan September!" tersebut sudah ditandangani oleh 3.334 orang dari target 5.000.
Baca Juga
Dalam petisi itu disebutkan Fabelio belum membayarkan gaji karyawan dan vendor rekanannya sejak September 2021.
Advertisement
Menurut pembuat petisi, ia sudah lama bekerja di Fabelio dan berada di level 5. Ia menuliskan, terakhir kali mendapatkan gaji pada September 2021 dengan nilai hanya 75 persen dari keseluruhan.
"Gaji untuk karyawan di level 5 itu antara Rp 2,5 juta sampai 7 juta per bulannya," tulisnya seperti dikutip dari laman Change.org. Status karyawan di level itu pun beragam, ada yang sudah menikah dan harus membiayai hidup keluarga dan ada yang masih single tapi tetap menyokong perekonomian orangtua.
Lebih lanjut menurut akun pembuat petisi, startup lokal tersebut hingga saat ini belum ada klarifikasi mengenai alasan gaji karyawan belum dibayarkan. Fabelio pun disebut tidak pernah mengumumkan apakah perusahaan akan tetap berjalan atau bangkrut, termasuk soal waktu pembayaran gaji.
"Kami sebagai karyawan ingin menuntut hak kami! Kami ragu bisa melakukan audiensi dengan Fabelio secara langsung, mengingat level karyawan saya ada di level 5," tulis akun tersebut melanjutkan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Paksa Karyawan Resign?
Sebelumnya, ada informasi yang ramai di media sosial mengabarkan Fabelio memanggil puluhan karyawannya agar bersedia mengundurkan diri.
Perusahaan juga disebut-sebut menyewa ormas untuk menjaga kantor dengan alasan keamanan.
"Lagi rame nih f*belio yang maksa karyawannya resign pake sewa ormas segala. Barusan main ke kolom komen IG-nya. Ternyata bukan cuma karyawan jadi korban, tapi vendor dan customer juga ikutan," tulis akun seorang warganet di Twitter.
(Dam/Isk)
Advertisement